Chereads / Mafia's Man / Chapter 2 - Perangkap Hitam

Chapter 2 - Perangkap Hitam

[Sebelumnya aku peringatkan untuk pembaca yang tidak cocok dengan konten di dalam novel ini harap bijak dalam membaca. Karena beberapa chapter akan berisi konten dewasa.]

.

.

.

.

Sentuhan basah dan dingin menggelitik wajahku. Dalam gelap aku merasakan cairan bergerak turun dari kelopak mataku hingga pipi lalu menghilang. Perlahan aku membuka mata. Hal pertama yang kulihat adalah wajah seorang laki-laki yang tidak asing.

"Kamu sudah bangun, Kim Min Ah?" tanyanya sambil meneguk segelas cairan berwarna kecoklatan.

Aku melotot ketika mendapati kedua tanganku tidak bisa digerakkan. Ada sejenis rantai borgol yang mengikat kedua pergelanganku di atas kepala. Hei, tunggu! Aku sedang di atas tempat tidur?

"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" teriakku sambil meronta.

"Kenapa? Bukankah seharusnya memang seperti ini? Banyak wanita di luar sana yang bahkan memohon untuk kuikat di atas ranjang. Kenapa kamu harus menolaknya?" Dia meneguk minumannya sampai habis. Lalu menyilangkan kaki sambil menautkan tangan dan menatapku.

"Aku bukan wanita seperti mereka! Lepaskan aku sekarang!" teriakku sekuat tenaga.

Laki-laki itu bergerak, berdiri, dan berjalan. Seketika jantungku berpacu cepat. Napasku mulai tidak karuan. Sesak sekaligus menyakitkan.

Aku memejamkan mata tatkala sebelah tangannya terulur. Detik berikutnya perih di punggungku dan suara kain dirobek memenuhi telinga. Aku melotot melihat bajuku sudah dirobek paksa olehnya, meninggalkan tank top.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku panik. Aku bergerak-gerak, berusaha melepaskan diri. Tiba-tiba kedua lengan atasku ditahan. Aku membeku, mengamati dia yang menatapku tajam.

"Kamu berbau mawar yang harum!" ucapnya mengendus telingaku.

"Menjauh dariku!" erangku.

Berikutnya aku merasakan celanaku ditarik lepas. Aku menatap ke bawah. Ia sudah berpindah untuk menatap daerah intimku.

"Sialan! Berengsek! Jangan sentuh aku!" teriakku tidak karuan.

"Ah, kau berisik sekali. Padahal aku hanya baru melepas celanamu. Pakaian dalammu masih terpasang kok!"

Seketika aku menggeliat geli. Ada sensasi aneh menggorogoti sekujur tubuhku. Seolah disengat listrik ketika tangannya menggosok di bawah sana.

"Kamu basah lebih cepat dari yang aku kira!"

"Berengsek!" makiku sekuat mungkin.

"Berisik!" hardiknya balik. Ia menjejalkan lain ke dalam mulutku hingga penuh. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain bergumam tidak jelas. Ya Tuhan, apa yang akan dia lakukan? Apa yang akan terjadi denganku setelah ini?

"Aku jadi penasaran, apakah yang di bawah sana masih perawan atau tidak," ucapnya sambil menarik pakaian dalamku. Berikutnya ia menarikku kakiku dan melebarkannya. "Tidak!" ujarnya terdengar lega.

Sialan! Aku tidak ingin kejadian buruk itu terulang lagi. Cukup di hari itu aku merasa sangat terhina.

"Syukurlah! Aku sempat khawatir jika kamu belum pernah melakukannya." Ia bergerak ke meja untuk mengambil sesuatu. Aku merapatkan kaki serapat mungkin. Jantungku berdebar tidak karuan. Mungkin orang lain akan mendengarnya dengan jelas.

"Agar semua terasa nyaman," laki-laki itu meneguk sesuatu, "kamu harus meminum ini," lanjutnya sambil mendekatkan wajahnya.

Semua terjadi sangat cepat. Ia mencumbuku dengan kasar. Memaksaku untuk menelan sesuatu dari dalam mulutnya. Ia bahkan memainkan lidahku dengan cepat. Setelah aku kehabisan napas barulah ia mengakhiri ciuman itu.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya sambil membelai pipiku.

Aku merasakan tubuhku memanas. Pandanganku mengabur. Dan sialnya aku ingin sesuatu menusukku di bawah sana, melepaskan rasa yang tidak tertahan ini.

"Bagus, kamu sudah merasa nyaman!" Ia mencumbuku lagi. Anehnya aku menerima saja, bahkan meminta lebih dari yang ia berikan. Tolong, siapa wanita liar yang berada dalam tubuhku sekarang. Sekuat apapun aku menolah, namun tubuh ini tidak berhenti. Ia menggeliat, mengerang, dan mengeluarkan suara menjijikkan tatkala laki-laki itu mulai menyentuh area sensitifku.

Aku tidak bisa mendengar semua yang ia katakan. Yang aku rasakan hanya perasaan yang ingin meledak.

"Aku akan memasukkan juniorku," bisikkan kecil masuk ke telinga kananku.

Beberapa detik kemudian aku merasa seperti disayat berkali-kali. Namun berikutnya terasa nyaman dan hangat. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi.

*** MAFIA ***

Perlahan aku membuka mata. Semua terasa berat. Tubuhku, tangan, kaki, dan mata sulit untuk kuajak berkompromi. Namun dari semua hal itu, rasa sakit di dekat selangkanganku menyadarkanku akan kejadian semalam.

Gila!

Apa yang telah kulakukan? Aku menyibak selimut yang membalut tubuhku yang ternyata telanjang. Aku ingin berteriak sekuat tenaga, tapi kutahan.

Di sekitar, sosok laki-laki berengsek itu tidak terlihat. Mungkin dia sedang berada di kamar mandi karena aku mendengar suara dari sana. Aku menyibak selimut tebal ini demi bangkit dari tempat tidur dan mencari pakaian. Namun aku tersungkur di lantai tepat kedua kakiku menapak. Seluruh tenagaku menghilang. Sialan! Sialan! Sialan!

Laki-laki berengsek itu benar-benar sialan. Tubuhku tidak bertenaga. Ditambah lagi rasa perih di bawah sana. Ukh! Apa tiada yang lebih menjijikkan dari semua ini? Aku kembali berdiri. Kali ini kedua tanganku berpegangan dengan dinding.

Sebuah lemari yang terbuka sedikit menjadi harapanku untuk mencari pakaian. Benar saja, aku bisa menemukan beberapa kaus yang bahkan sangat dalam hingga lutut. Ini pasti karena tubuhku yang pendek.

Tanpa membuang waktu aku segera mengenakannya. Lalu menambah sweter tebal karena saat ini aku tidak menggunakan pakaian dalam. Aku juga mengambil beberapa lembar uang dari dompet laki-laki itu. Serta sebuah kartu nama yang nantinya akan berguna bagiku.

Rupanya aku sedang berada di hotel. Pelan-pelan aku berjalan di sepanjang lorong, memperhatikan apakah ada orang yang nantinya akan menangkapku. Untung saja, pagi ini lorong hotel sepi. Berarti aku bisa melarikan diri dengan mudah.

Setelah memesan taksi dan membayarnya, aku berjalan cepat untuk masuk ke dalam kamar yang telah aku sewa sebelumnya. Berikut ya aku menghempaskan tubuhku, melepas semua lelah karena kekejaman si berengsek semalam.

Entah karena bukan pertama kalinya, atau memang aku sudah mulai bosan hidup. Setelah kejadian dengan laki-laki itu, aku tidak berniat untuk mencari demi membayar kesalahannya. Atau meminta pertanggung jawabannya. Jika memang setelah ini aku hamil, ya sudah, aku tinggal menggugurkannya. Mungkin inilah isi pikiran wanita malam. Mereka tidak peduli dengan kehidupan yang sudah hina, asalkan mendapatkan uang hal yang lain adalah debu tidak berguna.

Tiba-tiba ponselku berdering. Nana Do Hye Ri tertera di sana. Aku menggeser layar kemudian menempelkannya ke telinga. "Ya?" tanyaku seketika.

"Min Ah, kamu tidak apa-apa?"

Aku memejamkan mata. Bagaimana gadis ini tahu pertanyaan yang cocok dengan situasiku sekarang? "Aku baik-baik saja, kenapa?"

"Semalam aku bermimpi buruk, kamu diserang harimau!"

Harimau? Yang benar saja, binatang anggun dan tegas tidak pantas menjadi perumpamaannya. Ia tidak cocok sebagai pemangsa yang gagah berani itu. Adakah hewan yang licik, cerdik, buas, dan sangat jelek? Nah jika ada, itulah sebutan untuknya. "Apakah harimaunya cantik?"

"Min Ah, kenapa kamu bercanda seperti itu? Aku serius Min Ah!" Terdengar suara protes Hye Ri dari ujung sana. Aku yakin sekarang bibirnya maju, menampilkan wajah cemberutnya yang jelek.

"Aku juga serius? Kamu kan tahu kalau aku sangat mengagumi kucing paling gagah itu?" Aku bangkit dari tempat tidur. Sudah saatnya aku pergi ke kantor untuk mencari pekerjaan. Untuk dalam satu minggu ini aku menjaga mini market di malam hari.