"Kenapa? Kenapa berhenti?" Wataru menyipitkan mata, pandangannya seolah melihat hal kotor dan menjijikkan di depannya.
"Apa?"
"Ini, kan, warna aslimu?"
Misaki disergap kebingungan, tak mengerti maksudnya.
"Pura-pura sok suci lagi, hah?" Wataru mendekatkan wajahnya hingga begitu dekat dengan wajah Misaki.
Gerakan tiba-tiba itu membuat bulu kuduk pemilik poni rata itu berdiri.
"Te-terlalu dekat." Keringat dingin mulai menuruni pelipisnya.
"Apa? Kau ingin lebih dekat lagi rupanya? Bibirmu kalau dilihat ternyata sangat indah dan menggoda juga, ya?" ibu jari Wataru menyapu lembut bibir si kutu buku itu.
"Te-terlalu dekat…" kepalanya tertunduk, seluruh tubuhnya gemetar hebat.
"Aku pikir kau beda dari perempuan lain, Misaki…" bisiknya di telinga kiri Misaki, nadanya begitu menggoda dan sensual.
Tangan kanan perempuan itu mengepal kuat di atas meja, berusaha agar tak kehilangan keseimbangan karena gemetar.
"Te-ter…" kalimatnya kini seolah-olah menguap entah kemana.
"Kau ingin menggodaku dengan menjadi perempuan polos, kan? Selama ini, semuanya hanya mendekatiku demi keuntungan wajahku semata. Tidak masalah, dong, aku ambil keuntungan dari mereka juga?" tangan kirinya mengelus sepanjang kontur wajah Misaki.
"Pe-"
Sial! Tenggorokannya tercekat, phobianya muncul di saat krisis! Jantungnya berdebar kencang hingga ingin meledak rasanya. Ia seperti ketindihan saat ini. Seluruh tubuhnya seolah berhenti berproses.
"Jangan sok suci. Kau tunanganku. Boleh, dong, aku sedikit bersenang-senang?" bisiknya lagi lebih intense. Bibir Wataru menyentuh telinganya yang memerah.
Di dadanya serasa ada 'nyut' yang dalam dan mengiris tepat di jantung.
Tidak bisa dibiarkan! pekik Misaki membatin.
Seketika otaknya berdesing, ingatan buram berkelebat di otaknya. Senyuman bengis seorang lelaki dari sudut pikirannya yang gelap muncul dan membuat pertahanan tubuhnya hampir roboh. Suara tawa orang banyak yang entah dari mana tiba-tiba bergaung di dalam kepalanya. Matanya terasa panas, lalu dalam sepersekian detik, wajah sedih ibunya yang mendengar kabar kehancuran keluarga mereka membuat pandangan mata Misaki kosong.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau tipe yang pasif, hah? Apa perlu aku panasi?"
BRUAK!
Tubuh sang playboy terhempas ke belakang, belakang kepalanya menghantam lemari dan sebuah vas bunga jatuh tepat di dahi kanannya, belingnya berserakan ke lantai. Setangkai bunga merah tergeletak di sekitarnya. Entah dari mana kekuatan itu, tapi Misaki sanggup mendorong keras pria seukuran Wataru.
"Sa-sakit!"
Misaki tersadar. Kedua telapak tangannya menggantung di udara, mengarah ke
depan.
"To-Toshio-san!" jeritnya panik, buru-buruk berjalan menaiki meja, menghampirinya.
"KAU INGIN MEMBUNUHKU, YA!" tubuhnya sebagian basah oleh air dari vas itu.
Teriakan keras dan marah lelaki itu membuatnya terperanjat.
"Ma-maaf! Maaf! Aku benar-benar tak sengaja! Di mana yang sakit?!" Perempuan bermata empat itu gelagapan dan tak tahu harus bagaimana.
"Minggir!" Ia menepis kasar tangan Misaki.
"Ta-tapi, Toshio-san! Darah… Dahimu berdarah..." jari-jarinya digigit tanpa sadar.
"Kau ini memang aneh!" tangannya mengelap darah yang turun ke pelipisnya. "Apa kau tak bisa bekerjasama sedikit?" pandangan matanya terlihat angkuh dan merendahkan.
"Apa… maksudmu? Kau yang memulai semuanya. Jadinya aku tak sengaja mendorongmu…" kedua tangannya dirapatkan ke dada seperti berdoa, masih gemetar.
"Kau bodoh, ya? Bukankah di kontrak sudah jelas? Kalau salah satu dari kita melakukan kontak fisik alias pelecehan maka bisa kena denda dan diadukan ke polisi! Tadi itu cuma latihan untuk acara akhir pekan ini. Kau bisa menghayati peran tidak, sih? Bisa bedakan mana kebutuhan kontrak dan pelanggaran kontrak? Kau tahu, kan, aku seperti apa selama ini? Ini hanya sikap naturalku saja!"
Mendengar perkataan yang bertubi-tubi dan bernada keras itu, Misaki hanya bisa tertunduk muram. Mana dia tahu kalau itu cuma akting! Siapa, sih, yang bodoh di sini? Amarah rasanya mulai bergejolak di dadanya.
"Kenapa kau tidak bilang? Aku, kan, jadi tak ada persiapan…" katanya takut-takut.
"Haaaaaaah? Kau pikir saat acara nanti aku harus mengumumkan ke seantero ruangan supaya kamu siap sedia beradu akting denganku kapan saja aku butuh? Berusahalah mengimbangiku! Kau tunangan seorang playboy sekarang! Masa disentuh sedikit saja langsung jadi monster? Kau mau bikin aku kehilangan harga diri, ya? Apa kau senang dengan hal itu?" Wataru lagi-lagi menepis tangan Misaki yang berusaha menolongnya.
"Ka-kau tidak bilang…. Mana aku tahu… aku…" Misaki enggan melanjutkan kata-katanya. Rasanya semua yang dikatakannya serba salah.
"Tsk! Dasar amnesia!"
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong. Rasanya seperti ditelanjangi oleh lelaki itu.
Misaki membeku. Separuh mulutnya terbuka, bola matanya bergerak-gerak liar.
"Misaki? Oi, Misaki?" tangan kirinya digerakkan di depan wajah perempuan itu, namun tak ada reaksi lain. "OI, MISAKI! DASAR PEREMPUAN ANEH!" bentaknya keras.
"Ah, ya!" Misaki terduduk lemas sejurus kemudian, kepalanya tak berani di angkat.
"Oi! Kau kenapa? Aku yang sakit, tapi kenapa malah kamu yang aneh?" protesnya.
Bibirnya bergetar hebat, "Amnesia… kenapa kau mengataiku begitu?"
Wataru nyaris tertawa sinting. "Kau ngambek gara-gara disebut amnesia? Tapi itu benar, kan? Masa kau lupa kontrak kita sendiri? Dan lagi, kau menaruh sembarangan kontrak senilai lima ratus juta yen ini!" tangannya meraih kontrak yang jatuh dari atas tv saat tubuhnya terbentur, ujungnya basah sedikit. "Otakmu tidak beres, ya?"
Wajahnya ditegakkan, Misaki menatapnya penuh rasa benci. Kedua tangannya mengepal kuat di atas lututnya, bahunya tegang bukan main. "Bisa tidak, sih, Toshio-san tidak merendahkan aku? Aku juga punya perasaan! Aku juga manusia! Mau amnesia, kek. Cupu, kek. Kutu buku, kek. Menghina dan mempermainkan orang itu bukan hal yang pantas untuk dilakukan!" ia menggigit bibirnya kuat-kuat menahan air mata yang bisa tumpah kapan saja.
Kedua bahu Wataru melemas. Lelaki itu hanya diam mengamati reaksi Misaki.
"Tidak seru," celutuknya kemudian, santai dan tanpa emosi.
"Apa?"
"Aku bilang kau tidak seru." Ia beranjak dari tempatnya, berjalan pelan melewati Misaki.
"Sial! Dia pikir aku apa?" bisiknya pada diri sendiri.
Lelaki brengs*k itu memikirkan harga dirinya, tapi harga dirinya sendiri dianggap apa? Krupuk?
DASAR EGOIS! Umpat Misaki dalam hati.
"Aku tidak minat keluar hari ini. Besok saja keluarnya. Mood-ku rasanya hancur. Kau buang saja semua makanan itu ke tempat sampah atau kalau kau mau makan saja sampai habis."
Panas mendengar hal itu, Misaki berbalik, berdiri tegak kemudian berteriak marah. "PERUTKU BUKAN TEMPAT SAMPAH!"
BLAM.
Sosok Wataru menghilang dari balik pintu yang tertutup.
"Dasar brengs*k! Pria mes*m tidak tahu diri!"
Tangannya melesat mengambil kontrak di lantai, siap untuk merobeknya. Lalu seperti disiram air dingin, terbayang denda dua kali lipat bertalu-talu bagaikan palu godam di otaknya.
"Sial.…"
Kedua bahunya lemas, Misaki bungkam seribu bahasa.
-----------
*Catatan Penulis
Halo!
NatsuHika di sini!^^
Novel saya SAINGAN SANG PLAYBOY adalah novel GRATIS, ya, guys!
KALIAN TIDAK PERLU BELI KOIN DAN BUKA GEMBOK UNTUK BACA INI!
Resminya yang gratis hanya bisa dibaca di platform WEB**NOVEL sampai bab tertentu ( sudah ada 109 bab per tanggal 9 September 2020), karena saya ngambek update akibat kena bajak oleh aplikasi palsu yang melakukan srapping/webmirroring pada novel saya ini, makanya blum ada bab baru sejauh ini.
WEB**NOVEL (buka tanda ** untuk tahu nama asli aplikasinya, karena saya sensor), merupakan rumah pertama lahirnya novel saya SAINGAN SANG PLAYBOY alias SSP ini.
Jika para pembaca menemukan SSP digembok di aplikasi lain dan nama aplikasinya bukan WEB**NOVEL di playstore, maka itu adalah aplikasi bajakan alias palsu.
Kasus ini saya jelaskan di bab 109, ya!
Kalaupun jika saya ingin kontrakkan SSP alias gembok, maka kemungkinan hanya bisa ditemukan di DREA**ME (buka tanda ** untuk tahu nama asli aplikasinya, karena saya sensor).
Itu pun saya masih pikir-pikir selama SSP belum tamat.
Apa artinya? SSP mungkin akan gratis SELAMANYA DI INTERNET, dan saya akan jual cetaknya aja secara pribadi.
Untuk pembaca ireading atau aplikasi bajakan lainnya, kalian pindah ke WEB**NOVEL saja.
Di sana lebih murah dan banyak gratisannya, lebih hemat buat kantong kalian dan ada komunitasnya di facebook.
Kalian bisa juga save dan baca offline di WEB**NOVEL, jadi hemat kuota. Nggak kayak di aplikasi bajakan atau palsu, harus punya kuota dan nggak bisa dibaca offline.
P. S
Catatan penulis ini sengaja saja taruh di setiap bab untuk jaga-jaga kena bajak lagi dan infonya ikut tercopy ke sana agar bisa dibaca oleh pembaca yang terjebak di aplikasi bajakan/webmirroring/scapping WEB**NOVEL di mana pun mereka berada.
Kalian bisa cari di playstore dengan mengetik "webnovel", yang diterbitkan/dipublikasikan atas nama Cloudary.
Selain daripada itu tentu saja adalah aplikasi ilegal.
Udah mahal, nggak bisa sapa penulisnya pula.
AYO, PINDAH KE WEB**NOVEL!!
Selain di sana sumber asli SSP, novel lain juga ada di sana dan updatenya lebih teratur, ya!
Sampai jumpa di aplikasi resmi dan legal!^^