David menemui Charice dengan menjemputnya di kantornya. Setiap hari jika Charice tidak ada dinas ke luar kantor untuk meliput berita, ia hampir selau pulang bersama David.
Charice dan David sudah berada di mobil David.
"Pak, kita mau langsung pulang kan? Kita nggak mau kemana-mana lagi kan?" tanya Charice.
"Kamu maunya memang kita pergi kemana?"
"Justru saya maunya langsung pulang ke rumah."
"Tentu saya akan mengantarmu sampai ke rumah dengan selamat, tanpa terluka seujung kuku pun."
"Nggak usah Pak. Kaya biasa aja, turunin saya di halte dekat rumah saya biar orang tua saya nggak curiga."
"Namun kali ini berbeda."
"Berbeda apanya Pak?"
"Saya ingin mengaku ke ayahmu jika kita berdua telah berpacaran."
Mendadak Charice kaget. Ia menoleh ke kiri langsung, begitu juga Pak David menoleh ke kanan. Mereka saling menatap.
David menggenggam tangan Charice. "Char, memang sekarang saya masih belum diijinin main ke rumahmu?"
Charice masih belum bisa mengkondisikan keadaan hatinya, dalam benaknya. Eottoke???!!! Andwae! Jika sampai Appa tahu, aku bisa langsung disuruh tunangan besok. Appa kan sudah sering memuji tinggi-tinggi Pak David dan dia sering mengkodeku agar memilih Pak David sebagai suami kelak.
Charice ingat sekali jika di meja makan, Sang Ayah, Soojong sudah berapa kali membahas aksi heroiknya saat menolong Charice dan memuji akan segala keduniawian yang dimiliki David.
Bukannya tidak bagus, tapi ini sangat tidak bagus, pikir Charice. Ia saja masih meraba-raba sifat dan karakter David. Ia tahu jika David baik dan perhatian padanya, tak masalah baginya mempunyai pengalaman pacaran pertama dengan seseorang seperti David namun bagaimana jika Ayahnya langsung menyuruhnya benar-benar tunangan yang itu artinya menyuruhnya memiliki hubungan serius yang merujuk ke hubungan selanjutnya, yaitu menikah.
"Pak... hm..."
"Iya kenapa?"
"Jangan sekarang ya!" pinta Charice memasang muka ingin dikasihani.
"Lalu kapan?"
"Lain kali jika..."
"Jika bukan terbelah dua?"
"Ah Bapak ngelawak!" kata Charice. "Saya belum mau menikah dalam waktu dekat masalahnya..." sambungnya.
David tertawa. "Me? Menikah?" Ia heran dengan pernyataan Charice.
"Loh kok ketawa? Emang ada yang lucu?" Charice yang gantian heran.
"Iya... Kamu lucu, emangnya seorang pacar ketemu orang tua pacarnya hanya jika ingin menikah saja?"
"Pak, di Korea itu kan masih kolot, namanya juga negara Asia. Yang namanya orang pacaran terus ngenalin pacarnya ke orang tuanya itu artinya sama aja udah siap untuk menikah!"
David merasa ganjal dengan penjelasan pacarnya. "Hah?" David tahu jika kekasihnya itu sangat mengada-ngada, jelas saja pacarnya sedang mencari-cari alasan agar ia tak diijinkan berkenalan sebagai pacar Charice ke orang tua Charice. "Oh... kamu mikirnya begitu ya?"
Charice lagi-lagi mencari-cari seribu alasan agar David membatalkan niatnya untuk ke rumahnya. Ia sangat gigih membujuk David agar menunda rencana David menemui orang Tua Charice.
Akhirnya David pun mengalah. "Baiklah... saya akan menundanya, lain kali saja saya ke rumahmu."
Dalam hati Charice. Syukurlah berhasil.
Dalam benak David. Menikah? Ada-ada saja bocah ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan saya kelak. Untuk menikah dan punya anak? Mungkinkah?
***
Yeonhee mengumumkan suatu keputusan besar ke keluarganya. Keluarga Hwang sudah berkumpul di meja makan bersama.
"Appa, Eomma, Charice, aku sudah memutuskan untuk resign sebagai news anchor bulan depan."
Jelas keluarga Hwang kaget, terlebih Soojong. Ia tahu jika putri-putrinya sangat mencintai masing-masing pekerjaannya. Kedua putrinya berkecimpung di dunia yang sama, yaitu di bidang jurnalistik. Ia adalah ayah yang sangat fair dan membebaskan keinginan pekerjaan apa yang kelak mereka inginkan sejak Charice dan Yeonhee masih kecil. Sontak, keputusan Yeonhee membuat geger sekeluarga.
"Yeonhee... Kau kenapa?" Tuan Soojong yang masih shock langsung mempertanyakan keputusan putrinya. "Kau resign ingin pindah stasiun TV?"
"Eonni..." Charice hanya bisa menganga.
"Putriku, ada apa? Kau hanya resign di tempatmu sekarang kan? Kau hanya akan pindah stasiun TV kan?" Aera menanyakan pertanyaan bertubi-tubi.
Charice menggeleng. "Tidak... Saya tidak pindah ke stasiun TV manapun."
"Maksudmu apa Char?" Soojong masih tidak mengerti.
"Appa, saya... harus resign karena salah satu petinggi TVS telah mengetahui jika kemenangan kasus Appa adalah fake. Ia tahu jika Gongyoo Oppa berusaha menghancurkan jejak-jejak korupsi Appa."
Soojong mendadak lemas. "Mwo?" Soojong menjadi lebih shocked lagi.
Yeonhee tak mampung membendung air matanya. Air mata perlahan mengalir dari pelupuk matanya.
"Katakan pada Appa, memang apa buktinya jika Gongyoo telah menghancurkan bukti? Dia tahu apa? Siapa orangnya? Petinggi TVS itu siapa?"
"Dia adalah Pak Jo Insung."
Charice langsung menalar. Ia tahu siapa Pak Jo Insung. "Pak Jo Insung sahabatnya Pak Raymond Eon?"
"Maksudmu? Pak Raymond bosmu Char?" tanya Yeonhee.
Charice mengangguk. "Iya, setahu aku, Pak Raymond memiliki sahabat karib di TVS, temannya dari jaman sekolah yaitu Pak Jo Insung. Pak Jo Insung sering diundang ke acara-acara penting yang diadakan Pak Raymond."
"Mungkin, Pak Jo Insung yang kita maksud sama, namun itu tidak penting."
"Eon, dia bilang apa sama Eonni?"
"Iya benar Nak. Apa yang dikatakan dia kepadamu?" Aera penasaran.
"Dia bilang, kalau aku seharusnya tahu diri untuk tidak menampilkan diri di stasiun TV manapun lagi. Aku harus tahu diri jika apa yang terjadi dengan Appa seharusnya menjadi salah satu tanggung jawab moril bagiku. Jika aku masih muncul di TV itu artinya aku dicap bermuka tembok dan tidak tahu malu." Yeonhee langsung menagis pecah. "Dia juga bisa jadi akan membuka kembali kasus Appa jika aku tidak resign."
"Maafkan Appa Yeonhe-ya... Appa... taemuniya (Karena Papa)."
"Eonni, kau hanya perlu rehat sebentar. Aku yakin ada jalan keluarnya, Eon."
Yeonhee menggeleng. "Sudah Char, karirku sudah hancur!" Masih menangis di pelukan Aera. Aera memeluk erat putri sambungnya tersebut.
Dalam batin Charice. Pak Raymond? Mungkinkah dia yang memberitahukan ke Pak Insung? Apa untungnya dia memberitahu temannya tersebut? Sulit dipercaya, ini benar-benar sudah sangat serius. Aku harus apa? Aku tidak bisa membiarkan Yeonhee Eonni berhenti total dari pekerjaan yang dicintainya.
Dari kecil, Yeonhee selalu menjadi MC ataupun didapuk menjadi moderator. Ia menyukai berita politik maupun up to date news yang terjadi di masyarakat sejak kecil, hampir setiap pagi ia tidak pernah melewatkan aktivitas membaca koran. Ia pun menadi pintar menganalisa berbagai kasus. Kepintaran Yeonhee dan Charice tidak jauh berbeda dalam menganalisa kasus-kasus.
Sebagai news anchor, Yeonhee selalu memvalidasi segala berita yanga akan dia sampaikan kepada publik di TV. Charice sendiri adalah seorang reporter yang sangat jarang muncul di TV karena Dismass memang tidak punya channel TV sendiri ataupun channel youtube Dismass. Ia hanya bekerja dibalik layar, ia sering menulis narasi untuk reporter yang akan bicara di channel youtube Dismass. Tak jarang, Yeonhee dan Charice bertukar pendapat dalam menganalisa suatu kasus.
***
Charles kini sedang bersama Yeonhee.
Charles menemani Yeonhee yang sedih bersedih. Ia baru saja pulang dari urusan bisnis di Hongkong. Demi Yeonhee ia cepat-cepat pulang ke Korea.
"Yeonhee, ada Oppa disini... kau tidak perlu khawatir. Oppa akan membantu membereskan semuanya."
Charice yang baru dari dapur melihat kemesraan Charles dan Charice di ruang tamu. Dia hanya meihat mereka tanpa berniat menghampiri.
Beberapa hari yang lalu, Charice mengirim pesan katalk kepada Charles. Walau bagaimanapun Charice sangat nyaman curhat dengan tunangan kakanya tersebut. Ia adalah sosok yang dewasa dan bisa mengayomi.
Hampir selalu setiap hari Charles bolak balik ke rumahnya selama 8 tahun ini sejak kakaknya pacaran dengan Charles untuk antar jemput Yeonhee atau sekedar bertandang ke rumah mereka. Charice sudah biasa mengirim pesan hanya sekedar curhat dan bilang kangen kepada Charles. Charles tahu sekali Charice dan ia memaklumi dengan chat manja Charice terlebih Charice polos dan tidak punya banyak teman dekat lelaki. Charles sayang dengan Charice seperti adik sendiri.
Ia hanya memberikan wejangan kepada Charice untuk tetap sabar dan melewati segala masalah dengan kepala dingin. Untungnya Yeonhee tidak pernah cemburu dengan manja adik tiri dan tunangannya tersebut.
***