Chereads / I Love You Prince / Chapter 2 - Perasaan hampa

Chapter 2 - Perasaan hampa

Alesha melotot tak percaya dengan apa yang di lihat dan di dengarnya. Yang benar saja, mana ada pangeran tampan berkuda putih di zaman sekarang. Dia pasti sedang bermimpi.

Tapi pria itu tetap pada posisinya, menunggu Alesha untuk menyambut uluran tangannya. Alesha sampai beberapa kali mencubit pipinya sendiri karena masih tidak percaya dengan kenyataan yang ada di hadapannya itu.

Dia pasti hanya berhalusinasi, mungkin karena selama ini dia tidak pernah mengenal yang namanya kisah romantis, sehingga dalam bayangannya pun seakan tampak seperti nyata. Tapi tidak apa, kapan lagi dia bisa naik kuda dengan seorang pangeran tampan.

Dengan perlahan tangannya bergerak menyambut uluran tangan pria itu. Akan tetapi baru saja dia ingin menyentuh tangan itu, suara klakson mobil yang cukup keras memekakan telinga Alesha dan seketika itu juga pria tampan beserta kuda kuda putihnya menghilang dalam sekejap. Ini memang hanya sebuah mimpi. Mimpi yang sangat indah.

*****

Mobil melaju menuju sebuah gerbang megah yang secara otomatis terbuka, kemudian mobil masuk menelusuri taman yang luas penuh dengan berbagai macam bunga dan pohon hias nan indah. Tampaknya sang pemilik rumah megah itu sangat menyukai nuansa alam.

Mobil lalu berhenti tepat didepan pintu utama, tanpa aba-aba Alesha langsung keluar dari mobil dan berlari menuju kamarnya. Kedua orang tuanya hanya bisa tersenyum melihat tingkah putri mereka. Kesehariannya memang Alesha adalah anak yang sangat periang, tidak sekalipun dia pernah memperlihatkan wajah sedih dan muram kepada orang-orang disekitarnya. Bahkan di saat kakak yang dia sangat sayangi berangkat ke India, gadis manis ini tetap saja terlihat tegar dan tetap tersenyum meskipun hatinya sangat hancur.

Dimata orang tuanya, Alesha adalah permata yang selalu memancarkan kilau kebahagiaan. Karena itulah tuan Irwan sangat menyayangi putri bungsunya itu. Dia yang akan menjadi pewaris tunggal kerajaan bisnisnya.

Setelah menyegarkan diri dengan berendam nyaman di bathub selama hampir setengah jam, Alesha kemudian melangkah keluar dari kamar mandi yang luasnya kira kira 10x12 meter persegi. Bisa dibayangkan luas kamar gadis manis itu dan tentunya dengan semua fasilitas kelas wahid yang ada didalamnya. Tubuh indahnya yang hanya tertutup handuk pendek berjalan menuju ruang ganti.

Setelah beberapa menit gadis itu keluar dengan memakai kaos biru berkarakter hello kitty kesayangannya dan celana pants hitam selutut. Dia sangat suka sekali pakaian casual dan boyish, tapi hal itu bahkan semakin menambah kesan manisnya.

Di depan meja riasnya, gadis itu menatap wajahnya sambil tersenyum. Setelah sekian lama menyimpan keinginannya dalam hati dan menunggu saat yang tepat untuk disampaikan keorang tuanya.

Mesir...betapa ingin dia kesana, entah sudah berapa kali dia mencari informasi tentang negara tersebut dan sudah mulai belajar bahasanya. Semua buku, artikel dan hal-hal lain yang menyangkut negara tersebut sudah dipelajarinya. Betapa cita citanya yang ingin menjadi seorang translator profesional dan ingin keliling dunia membuatnya fokus belajar dan belajar tanpa mempedulikan hal lain.

Padahal kalau dilihat dari kekayaan orang tuanya, negara apa pun

Alesha bisa kunjungi.Kekayaannya bahkan sanggup menghidupi 10 turunan. Kekayaan orangtuanya itu tidak akan pernah habis. Akan tetapi gadis itu seperti tidak peduli dan bahkan dia cenderung low profile dan sangat dermawan.

Yang ada dibenaknya selama ini adalah bagaimana supaya dia bisa menguasai sebanyak-banyaknya bahasa di dunia sehingga dia bisa mewujudkan harapannya itu. Dan, yah mesir adalah tujuannya.

Tok..tok..

terdengar suara kutuan di depan pintu sehingga Alesha yang tadinya menghayal sendiri tersadar.

"Ya, masuk lah." Jawabnya sambil mengoleskan lotion kebetis dan lengannya yang indah.

"Non dipanggil tuan ke ruang kerjanya" muncul seorang wanita berseragam pelayan dari balik pintu kamar Alesha sambil menunduk.

"Baiklah, kau boleh pergi. Terima kasih ya bi Muna" balasnya sambil kembali mengoleskan lotion kebagian tubuhnya yang lain.

"Sama-sama non" balas sang pelayan.

Alesha bertanya-tanya ada apa gerangan ayah memanggilnya keruang kerja, seingatnya kalau ayahnya sampai ingin berbicara diruang kerjanya, berarti ada sesuatu yang sangat serius akan dibahas.

Alesha mulai khawatir,apakah dia akan dinikahkan? otaknya mulai meraba-raba hal yang akan terjadi sebentar lagi sehingga membuatnya tegang dan kalau sampai hal menakutkan itu terjadi maka habislah ia.

Dengan langkah ragu dan rasa khawatir dia menuju keruang kerja ayahnya sambil berdoa dalam hati semoga apa yang dipikirkannya tidak terjadi.

Tok..tok.. gadis itu mengetuk pintu ruang kerja ayahnya dengan sangat pelan, sepelan mungkin supaya ayahnya tidak mendengar ketukannya dan membiarkan dia kembali ke kamar melanjutkan daydreamingnya tentang mesir. Tapi sialnya, dengan ketukan sepelan itu pun ayahnya yang berumur 54 tahun itu masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Masuk lah" terdengar suara berat ayahnya dari dalam ruang kerja, rupaya tuan Irwan sudah menunggu putrinya dari tadi.

Alesha kemudian membuka pintu dan menuju sofa tepat ayahnya berada.

" Ada apa pa? kok tumben papa memanggil Alesha kesini, jadi khawatir."

tanya gadis itu sambil duduk persis di samping ayahnya dan seperti biasa senyum indah manjanya sudah terpampang diwajahnya yang manis.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sayang, papa cuma ingin memberitahumu sesuatu dan papa harap kau tidak menolaknya" ucap tuan Irwan memulai pembicaraan.

Mendengar kalimat dari ayahnya, dada Alesha seperti sesak dan seakan jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa detik. Tapi tidak lama, gadis itu kembali bisa menguasai perasaannya dan balik bertanya.

"Sesuatu apa itu pa, Alesha harap papa tidak menyuruh lesha nikah, aku masih mau kuliah pa," Mendengar hal itu tuan irwan tertawa kemudian mengelus kepala putrinya.

"Kamu tidak akan papa nikahkan secepat itu nak, perjalananmu masih sangat panjang. Sebaliknya, papa ingin kau keluar negeri untuk melanjutkan studimu di sana." Jawabnya sambil menatap wajah putrinya yang sejak tadi matanya sudah berkaca-kaca.

Alesha yang sudah pasrah akan apapun yang akan disampaikan ayahnya seketika itu memeluk ayahnya dengan bahagia, tetapi kebahagiaanya tidak berlangsung lama setelah ayahnya menjutkan kalimatnya.

"Papa ingin kamu ke inggris dan kuliah disana, papa sudah mempersiapkan segala keperluanmu jadi kau tinggal masuk kampus dan belajar tentang ilmu ekonomi dan manajement disana."

Sesaat jantungnya lagi-lagi dirasakannya berhenti berdetak, dadanya sesak dan rasanya sulit sekali bernapas, hatinya serasa disayat-sayat mendengar ucapan dari ayahnya. Kecewa, itu yang dia rasakan sekarang.

Gadis itu melepaskan pelukan ayahnya, dia hanya memandang ayahnya dengan tatapan tidak percaya, bisa-bisanya ayahnya memutuskan sesuatu hal yang berhubungan dengannya tanpa membertahukannya terlebih dahulu. Terlebih ketika dia juga mempunyai keinginan lain yang tadinya akan disampaikan keayahnya dengan penuh harapan.

"Tapi papa, Alesha ingin ke Mesir, Alesha ingin melanjutkan studi di sana dan bukannya di Inggris. Kenapa papa tidak menanyakannya dulu sebelum memutuskan sendiri apakah lesha setuju atau tidak?!! papa jahat, papa egois...!!! teriak Alesha dengan mata kemerahan dan basah karena air mata.

Irwan yang sudah menduga akan mendapatkan respon seperti ini dari putrinya hanya bisa menatap dengan penuh penyesalan, dia sendiri tahu keinginan putrinya itu, dia sadar motivasi putrinya yang terus belajar bahasa karena cita-citanya itu. Akan tetapi karena kondisi yang memaksaknya sehingga Irwan tidak bisa memenuhi impian putri kesayangannya itu.

Tanpa menunggu jawaban dari ayahnya Alesha berlari keluar sambil terisak menuju kamarnya dan langsung membanting pintu kemudian menghempaskan tubuhnya ke kekasur sambil terus menangis.

Nyonya Yuni sejak tadi melihat putrinya keluar dari ruang kerja suaminya sambil terisak, dia segera menyusul putrinya ke kamar dan langsung menghibur sang putri. Dia juga memberikan penjelasan terkait alasan ayahnya bisa sampai mengambil keputusan itu.

Seminggu berlalu semenjak hari itu, Alesha tidak pernah lagi tersenyum. wajah ceria dan manis tidak pernah terlihat lagi di wajahnya. Wajah manisnya kini berubah menjadi kelam dan muram bahkan teman-temannya pun tidak bisa membuatnya kembali tersenyum.

Hatinya kini terasa hampa, kosong, tanpa keinginan dan hasrat lagi. Semangat yang dulunya membara kini mati bagai api yang tersiram air. Sejak ayahnya bersikeras menyuruhnya untuk melanjutkan studi ke Inggris, motivasinya hilang bagai ditelan bumi tanpa ada yang tersisa.

Mampukah Alesha tetap bertahan dalam kehampaan itu?