Sementara itu di istana kensington, disebuah kamar yang sangat luas atau lebih tepatnya chamber.
Seorang pemuda tampan berambut pirang sedang asyik dengan leptopnya. Mata coklatnya yang tajam tidak pernah sedetikpun berpaling pada benda didepannya sehingga dia sama sekali tidak menyadari kehadiran wanita anggun dan cantik yang sejak tadi memperhatikan dengan perasaan yang gusar.
Wanita itu sangat bersahaja dan berkarisma sehingga dengan umurnya yang sudah 50 tahun pun kecantikannya tidak memudar. Dialah Lady Kate istri dari Raja William.
" I hope that laptop is broken so you can get rid of it, George how many times ibu bilang jangan pernah bermain game konyol itu lagi...!! Kau tau, sekarang jam 1 siang dan gara-gara itu bahkan sampai sekarang kau belum makan apa- apa. Sayang, kau itu adalah calon raja, sudah dewasa dan kuliahmu tinggal 2 semester lagi selesai, apakah kau akan terus menerus seperti ini?!" Kate mengomel panjang lebar mengeluarkan keluh kesahnya.
Wanita itu sangat frustasi menghadapi tingkah putra sulungnya, diantara ketiga anaknya George lah yang sangat menyita perhatiannya. Betapa tidak, seorang pewaris tahta kerajaan yang seharusnya menjadi contoh dan panutan rakyatnya ternyata seorang maniak game yang tidak kenal waktu.
Itulah yang sangat mengganggu pikirannya. Sebenarnya terlepas dari hobinya itu George adalah pemuda yang baik, dia aktif diberbagai badan amal, sikapnya yang dermawan, ramah dan tidak arogan menjadikannya pangeran kesayangan rakyat inggris.
Selain itu dia sangat suka sekali olahraga kuda dan tenis tak heran berbagai macam kejuaraan olahraga tersebut dia raih, wajah tampan dan badan indah serta tinggi 185 cm siap melelehkan setiap wanita yang memandangnya. Itulah yang membuatnya semakin dielu-elukan.
Tapi diumur yang ke 21 tahun dan kesempurnaan yang dia miliki tidak menjadikannya mudah mendapatkan cinta sejati, semua wanita yang dekat dengannya hanya mengincar kekuasaannya. Dimatanya semua wanita sama saja, karena itulah sampai saat ini dia tidak pernah berpikir untuk mencintai wanita kecuali ibu dan adiknya.
Mendengar omelan yang sangat familiar itu, George langsung menutup laptopnya sambil tersenyum kearah ibunya.
"Yes mom i know, it's just that... gamenya sangat bagus dan aku tidak rela membiarkannya begitu saja". Jawabnya sembali memegang tangan ibunya. Mendengar jawaban anaknya kate bertambah gusar.
" This is the last time ibu peringatkan, atau ayahmu sendiri yang akan menindakmu." ucapnya sambil menatap tajam anaknya . Mendengar ancaman ibunya mata George terbelalak, membayangkan ayahnya saja dia sudah merinding duluan apalagi kalau sampai ditindak.
Bagaimana tidak, raja William adalah ayah yang sangat tegas kepada anak-anaknya. Hal itu bukan tanpa alasan, menjadi seorang raja adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap sepele.
Menjadi panutan oleh seluruh rakyat tidak semudah membalikkan telapak tangan, sangat banyak aturan dan etika, sikap yang harus ditaati dan dijaga sebaik mungkin dan itulah yang Raja Willian tanamkan kepada ketiga anaknya terkhusus lagi kepada George karena dia adalah calon penerusnya kelak.
" No mom please, i promise you. ini yang terakhir kalinya" ucap George sambil menatap ibunya dengan tatapan memohon. " Sebaiknya kau pegang janjimu itu dan ini adalah janjimu yang terakhir karena you know the consequence, now you keluar dari kamarmu dan setelah makan bersiaplah ke museum british mewakili ibu disana". Perintah ibunya sambil keluar dari kamar.
Selang beberapa menit, George keluar dengan wajah segar, rambutnya yang masih sedikit basah menambah keseksiannya. Dengan senyum dibibirnya yang indah, dia menyapa semua pelayan yang berpapasan dengannya menuju ke meja makan. Dengan tenang dan elegan dia menyantap makanannya. Setelah puas dan kenyang George langsung menuju lamborgini hitam kesayangannya dan melesat pergi.
Diwaktu yang sama, Alesha yang baru saja tiba di apartemen dikejutkan oleh sepupunya Olivia. " Surprise, welcome to the loveliest city in the world" ucapnya kepada Alesha sambil memeluk erat sepupunya itu. Alesha yang terkejut menerima serangan olivia hanya bisa berdiri mematung.
" Bisa ga sih lo ga buat gue jantungan sekali aja oli?, ga ditelpon ga bertemu langsung pasti deh jantung gue rasanya mau copot. Dan apa? what did you say? the loveliest city in the world? apa lo tau ka...." belum sempat Alesha menyelesaikan kalimatnya tangan olivia tiba tiba menutup mulut sepupunya itu.
" I know i know, karena itulah gue akan bawa lo menjelajahi seluruh kota London supaya lo sadar kalau selama ini pemikiran lo itu salah". ucapnya sambil tersenyum bangga.
" Kita liat saja nanti". jawabnya malas sambil berlalu meninggalkan sepupunya kemudian masuk ke kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan tertidur pulas.
Olivia hanya menggeleng melihat Alesha, dia tau perasaan sepupunya itu setelah pamannya yaitu ayahnya Alesha menceritakan keadaan putrinya. Maka dari itu dia bertekad mengembalikan diri Alesha seperti dulu lagi, gadis manis yang penuh semangat dan keceriaan.
" Tutuuuuuttt....tutuuuuttt....tutuuuuuut" Alesha yang sedang pulasnya tidur refleks menutup kedua telinganya dengan bantal, siapa gerangan yang ingin hidupnya berakhir dengan memasang jam weker bodoh di kamarnya. Lalu dia tersadar pasti sepupunya yang menyebalkan itu pelakunya.
" Oliiiiiiiii.....!!, lo kalo uda bosen hidup bilang, biar gue habisin lo sekalian supaya hidup gue damai".
Olivia yang sejak tadi berada dibalik pintu menahan tawa sambil memegangi perutnya yang mulai sakit.
"Ayolah Lesha, ini sudah sore. Bangun dan bersiaplah, gue mau ngajak lo jalan jalan". Ucapnya sambil menarik selimut yang menutup tubuh Alesha dan membuangnya kelantai.
" Bodo amat, emang gue pikirin? gue ga mau ke mana-mana, sana lo keluar gue masih ngantuk." Balas Alesha sambil kembali memeluk guling dan menutup matanya.
Menerima respon seperti itu Olivia tentu saja tidak tinggal diam.
"Sore ini di museum British ada pameran koleksi benda benda kuno, dan kalo ini lo ga ikut lo bakalan rugi karena pameran itu cuma diadakan lima tahun sekali."
Pancing gadis itu panjang lebar sembari keluar dari kamar Alesha sambil nyengir, dia tau sekali kelemahan sepupunya itu, selain kebiasaannya yang gemar mempelajari bahasa Alesha juga suka sekali dengan benda benda kuno. Sontak saja, Alesha yang tadinya mulai kembali tidur tiba membuka mata.
"Wait, i'm coming...!" ucapnya sambil berlari menuju kamar mandi.
Sesaat kemudian, Alesha keluar dari kamarnya. Dia terlihat begitu cantik dan manis dengan polesan make up tipis flawles kesukaanya, dengan memakai pakaian kasual dan sneaker dikakinya semakin membuat kecantikannya terpancar.
Dengan tinggi badan 170 cm serta badan yang ramping seksi dia memang tergolong tinggi untuk ukuran gadis indonesia tapi karena berada di negara yang orang orangnya hampir semua bertubuh tinggi maka gadis itu terlihat biasa saja bahkan sedikit lebih kecil dibandingkan orang orang di sekitarnya. Berbeda dengan sepupunya Olivia yang hanya memiliki tinggi 155 cm dan tubuh sedikit berisi.
" Awas aja kalau lo bohongin gue". Ancamnya sambil melotot kepada sepupunya.
Olivia yang sejak tadi menunggunya di sofa tersenyum puas. Tak lama kemudian keduanya menuju mobil dan melaju meninggalkan apartemen.
Disepanjang perjalanan Alesha ternyata diam-diam mengagumi keindahan kota London, matanya yang bulat dan indah tidak pernah lepas memandangi gedung gedung indah percakar langit, Olivia yang sejak tadi memperhatikan sepupunya itu pun tersenyum sambil pandangannya fokus ke depan.
Tak berapa lama, sampai lah mereka di sebuah bangunan yang tampak bagian depannya dipenuhi oleh pilar pilar penyangga dengan ornamen ornamen kuno disetiap sisinya, bangunan itu terlihat kuno tetapi sangat megah dan terawat dengan baik. Mereka kemudian masuk dan alangkah tercengangnya Alesha ketika melihat bagian dalam bangunan, semuanya tampak sangat menakjubkan.
Mereka kemudian berkeliling melihat berbagai macam koleksi seperti mumi mesir, papan catur lewis chessmen, harta karun oxus,patung pulau paskah, koleksi islamic word dan masih banyak lagi yang lain bahkan artefak indonesiapun ada.
Tidak seperti hari hari lain, kebetulan hari ini museum british sangat ramai pengunjung. Rupanya ada kunjungan khusus dari istana sampai Alesha bertanya tanya apakah memang museum ini selalu seramai ini tapi tidak heran sih karena semua yang ada didalam museum sangat menakjubkan. Olivia yang tidak tau pun agak sedikit heran.
Pangeran George yang baru saja tiba di museum sontak menjadi pusat perhatian semua pengunjung, seperti biasa wajahnya yang sangat tampan,badan tinggi tegap, mata coklat yang tajam dan senyum lembut membuat mata semua orang tidak bisa berpaling darinya.
Sementara itu Alesha yang ditinggal sepupunya ketoilet masih sibuk mengagumi benda benda koleksi tapi tiba tiba dia merasakan badannya terdorong keras kesalah satu sudut yang penuh dengan artefak dan guci guci kuno dan...
"klaaaang....klaaaang...!!
Suara benda hancur terdengar menggema diseluruh ruangan sehingga semua mata yang tadinya berfokus ke George refleks menuju ke sumber suara tersebut.
Alesha yang jatuh terduduk sambil memegangi bahunya yang sakit akibat terbentur hanya bisa tertunduk malu tak tak berdaya. " I'm so sorry, i didn't mean it" ucapnya sambil berusaha berdiri tapi sial kakinya ternyata tak bisa digerakkan sehingga dia kembali terduduk sambil memegangi kakinya yang terasa sakit sekali. "Oli dimana lo" gerutunya dalam hati.
Dia merasa dirinya seperti tontonan lucu, betapa malunya, pikirannya kacau,takut dan merasa bersalah, inilah yang disebut sudah jatuh tertimpa tangga pula. Dia merasa hidupnya sudah berakhir, betapa sialnya. Apakah mungkin nasib yang sudah digariskan oleh Tuhan hanyalah kesialan, tanyanya dalam hati.
Tetapi kemudian dia merasakan sepasang tangan kekar tapi lembut dan hangat mengangkat tubuhnya dan membawanya kesalah satu kursi dan mendudukannya dengan hati hati. Alesha yang berusaha menguasai perasaannya yang kacau balau itu cepat cepat memperbaiki posisi duduknya.
"Are you all right?" tanya pria yang yang menolongnya itu dengan suara serak lembut indah dan seksinya. " Yes, I'm fine thank you" jawabnya lemah karna menahan sakit pada kaki dan bahunya, tapi entah mengapa yang terdengar oleh pria yang menolongnya itu adalah suara yang paling indah yang pernah dia dengar.