Avan mendongakan kepalanya, menatap takjub pada rumah besar di hadapannya.
"Jadi ini rumahmu? Kau cukup kaya. Tapi, kenapa kau tidak memakai kendaraan sebelumnya." tanya Avan heran sambil menaikan sebelah alisnya.
Eunwoo menghela napas, "Lebih tepatnya rumah ibuku. Lagi pula aku tidak biasa membawa kendaraan. Dan juga rumah ini cukup dekat dari sekolah." jelas Eunwoo.
Avan membulatkan matanya dan cepat membalikkan pandangannya, "Dekat? Apa kau bercanda. Masuk ke dalam hutan membutuhkan waktu sekitar 30 menit jalan kaki. Apa kau superman, hah! Lagi pula ada jalan raya yang langsung mengarah ke Moon Light untuk kendaraan masuk. Kenapa harus mempersulitnya,"
Eunwoo menggeleng. Malas mencerna omongan Avan yang memenuhi kepalanya. Tak ingin terlarut dalam ocehan Avan, Eunwoo bergegas menekan tombol kunci terbuka disudut kiri yang terletak di sebelah Avan. Setelah terbuka, ia lekas turun tanpa sepatah kata pun.
Avan kesal melihat perilaku Eunwoo mengacuhkannya, "Apa yang kau lakukakan? Apa kau baru saja mengacuhkanku lagi?" ucap Avan kesal seiring Eunwoo menutup pintu mobil. Eunwoo terus berjalan meninggalkannya. Avan semakin kesal dan mulai mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan berteriak.
"Hoy? Aku serius! Kalau begitu aku akan menjemputmu setiap hari, bagaimana? Ide bagus bukan?!"
Eunwoo menghentikan langkahnya dan berbalik, namun diam di tempat ia berhenti.
"Tidak perlu, aku bisa jalan kaki. Pulanglah sebelum kau terbakar matahari." ucap Eunwoo dan berlalu meninggalkan Avan.
Avan diam, memandangi punggung Eunwoo yang mulai menjauh dan masuk ke dalam rumah. Senyuman tipis terlukis di wajahnya. Detik berikutnya Avan mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan halaman rumah.
Eunwoo menatap Avan dari jendela yang seiring berlalu pergi. Rasa takut dan cemas namun sedikit tenang ia rasakan.
"Setidaknya aku aman sampai rumah tanpa luka sedikitpun."
"Eunwoo, baru pulang?" panggil Jovita lembut dan pelan namun jelas terdengar.
Eunwoo terkejut dan membulatkan matanya. Giginya merapat dan berbalik tunduk, "Ibu. Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Aku menemani Avan berbelanja lalu ia mengantarku pulang."
Jovita menggeleng, "Dengar, Eunwoo. Ibu tidak melarangmu berteman dengan Vampire. Jika kau hanya ingin memanfaatkannya untuk menjauhimu dari teman di sekolahmu, lakukanlah. Tapi ingat untuk berhati-hati juga dari Avan. Keselamatanmu adalah yang utama saat ini dan selamanya." jelas Jovita lembut.
Eunwoo mengangguk dan tersenyum, "Baik. Aku akan lebih berhati-hati."
Jovita tersenyum dan mengelus lembut pundak Eunwoo, "Ayo! Makan. Ibu akan menghangatkan makananmu."
Eunwoo kembali tersenyum dan mengikuti Jovita. Rasa sayang tulus dari Jovita membuatnya tenang dan selalu ingin menghormati Jovita.
****
Aileen tampak memikirkan sesuatu. Tersenyum manis membayangkan sesosok pria hingga terlupa dengan aktifitas yang tengah ia lakukan, menjemur pakaian. Senyuman itu rasanya tak bisa berhenti, semakin ia mengingat kembali perkataan abangnya, tentang dirinya akan selalu bertemu dengan seseorang yang ia kagumi dan wajah pria yang membuatnya senang. Sehingga mengubah rasa malasnya untuk bersekolah kini membuatnya tidak sabar untuk segera berangkat ke sekolah dan cepat-cepat bertemu dengan pria itu.
Sayangnya kebahagiannya tak berlangsung lama. Resen datang dengan kejahilannya dan membuat Aileen terkejut. Resen menyadari tindakan yang akan dilakukan Aileen padanya, dengan cepat ia membalikan badannya, bersamaan dengan itu Aileen meluncurkan pukulan keras di punggung Resen.
"Resen! Aku benci padamu!" teriak Aileen dengan kesalnya seiring pukulannya yang berulang kali ia lakukakan.
Resen tersenyum dan semakin membentangkan punggungnya dan menegakkan badannya, "A-aduh! Pijitanmu boleh juga. Dan awas lho tanganmu terinfeksi oleh ketampananku." ledek Resen.
Wajah Aileen memerah dan semakin kesal dengan tingkah laku Resen yang menyebalkan. Dan menatap jijik pada tangannya. Kemudian Aileen menghentikan pukulannya lalu melemparnya wajah Resen dengan baju sebelum akhirnya berlari meninggalkan Resen.
"Aduh!" gumam Resen seraya memindahkan baju basah dari wajahnya. "Ehh, belum selesai nih jemuran!" teriak Resen.
"Bodo!"
Resen tersenyum kecil dan berganti mengelus punggungnya, "Akhh... Mau cepat-cepat ketemu malaikatmu ya! Sekolah yang bener lho?!" teriak Resen dengan senyuman yang masih terlukis dibibirnya.
Aileen tak menghiraukan Resen dan semakin mempercepat larinya dan masuk kedalam rumah hingga Resen tak melihatnya lagi. Kini Resen menghela napas kasar saat mengalihkan pandangannya ke arah jemuran menumpuk.
"Ini baju siapa sih yang paling banyak!" kesal Resen yang melihat ke arah bajunya lalu mengambil dan mengibaskannya.
****
Avan sudah siap dengan mobil mewahnya yang terparkir di depan halaman sejak pukul 18:15 hingga sekarang pukul 18:50. Padahal masih ada waktu 1 jam 10 menit lagi sebelum sokalah di mulai. Namun ia sengaja datang lebih awal karena ia tidak tahu kapan Eunwoo akan berangkat mengingat Eunwoo tidak memberitahunya bahkan tidak memnginginkannya menjemput.
Kini menunggu lama membuatnya bosan dan kesal. Akhirnya Avan turun dari mobilnya.
"Ternyata menunggu tidak semudah yang aku pikirkan. Jadi lebih baik aku pastikan saja." gumam Avan dan mulai berjalan mendekati rumah di depannya. Baru 10 langkah, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Eunwoo baru keluar dari rumahnya. Avan tersenyum dan lekas memanggil Eunwoo yang belum menyadari keberadaannya.
"Hoy!" Avan melambaikan tangan.
Eunwoo terkejut dan membuat bola matanya membulat sempurna. Dan berlari ke arah Avan untuk memastikan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Eunwoo heran dan tajam.
"Apa lagi jika bukan menjemputmu. Aku sudah memberitahumu kemarin bukan?" jawab Avan sambil tersenyum.
Eunwoo seketika teringat. Setelah kembali bermimpi sedih seperti sebelumnya ia menjadi lupa dengan perkataan Avan. Kini ia merasa lega. Untung saja ia sudah selesai makan dan keluar tepat waktu dan bau makanan sudah hilang sempurna. Jika tidak entah apa yang akan terjadi.
"Baiklah, ayo!" Eunwoo tersenyum dan berjalan memasuki mobil. Avan yang masih berdiri menggeleng heran dan memudarkan senyumnya.
"Reaksi macam apa itu? Lalu apa maksud senyumnya? Aku pikir dia akan mengoceh karena aku menjemputnya tanpa persetujuannya." gumam Avan seiring menatap Eunwoo heran.
Melihat Avan terpaku, Eunwoo menjulurkan tangannya dan membunyikan klakson mobil. Avan terkejut dan reflek berbalik ke mobilnya.
"Apa dia baru saja mengotak-atik mobilku?" gumam avan kesal. Lalu berlari memasuki mobil dan menatap Eunwoo tajam.
"Ada apa?" tanya Eunwoo polos dan tersenyum.
Avan menaikan sebelah alisnya, melihat Eunwoo tersenyum membuatnya lupa untuk memarahinya. " Apa kau bunglon? Maksudku, Kau cepat sekali merubah sifatmu. Terkadang dingin dan kini kau tersenyum manis seperti itu."
Eunwoo bersender santai lalu memejamkan mata. "Aku bisa tidur 15 menit bukan? Aku masih mengantuk setelah mengantarmu kemarin."
Avan teringat dan terlihat kesal namun menahan dirinya untuk tidak memukul Eunwoo. Eunwoo kembali membuka matanya dan melirik sekali. "Ayo jalan?"
Avan tersenyum tipis lalu cepat memundurkan mobilnya dan menjalankan mobilnya.
****
Avan tersenyum melihat Eunwoo kemudian membunyikan klaksonnya tiga kali saat tiba di tempat parkir. Bermaksud membangunkan Eunwoo yang masih tertidur. Sementara segerombolan siswi mulai ramai mendekati mobilnya. Avan tersenyum melihat siswi ramai disekitarnya dan menepuk bahu Eunwoo. Eunwoo membuka matanya perlahan dan dalam sekejap matanya langsung terbelalak. Jantungnya berpacu dan bertanya-tanya.
"A-Apa-apaan ini. Kenapa ramai sekali."
"Selamat datang di dunia sesungguhnya, Cha Eunwoo." jawab Avan dengan senyum tipis di wajahnya.