Chereads / Man Without Light / Chapter 8 - Bagian 8

Chapter 8 - Bagian 8

Panas dingin mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Jantungnya berpacu semakin cepat. Menatap takut pada seluruh siswi di sekeliling nya yang berusaha menerobos masuk dan berteriak histeris memanggil namanya. Kuku mereka yang tajam tak terbayang jika menggores kulitnya.

"Kenapa jadi seperti ini?" tanya Eunwoo bingung melihat situasi di luar dugaannya.

Avan dengan santai menjawab, "Inilah dunia, Eunwoo. Orang yang tampan dan kaya akan di kerumuni oleh perempuan seperti mereka. Bukan rasa segan lagi yang mereka takutkan, namun rasa ingin memiliki yang tinggi. Yang perlu kita lakukan adalah tenang, dan hadapi." kata Avan sambil menyenderkan punggungnya.

Mata Eunwoo membulat dan mengulang perkataan Avan dengan panik, "Hadapi? Apa kau gila. Lihatlah, mereka begitu berambisi." tatap Eunwoo takut melihat kuku mereka yang panjang dan beberapa siswi yang samakin mencoba menerobos masuk.

Avan tetap tenang sambil tersenyum sinis pada seluruh kerumunan dari kursi kemudi nya, "Percayakan saja padaku, aku bisa menghadapi mereka."

"Apa kau sudah dapatkan solusi? Kalau begitu, cepat beritahu aku. Bagaimana melewati mereka tanpa tergores sedikitpun oleh kuku-kuku mereka yang panjang?" kata yang Eunwoo yang mulai berharap.

Avan menggeleng, "Solusi? Tentu saja tidak ada." jawab Avan singkat.

Wajah Eunwoo memerah, merasa Avan bercanda di situasi yang sedang kacau. Bagaimana tidak? Mereka bahkan tidak bisa menggerakan mobil dan keluar dari mobil, satu-satu nya yang bisa di lakukan hanya berdiam menunggu hingga gerombolan vampir wanita itu pergi dengan sendirinya.

"Jika kau belum menemukan solusi, maka diamlah. Jangan bercanda di saat seperti ini, Avan." kata Eunwoo kesal dan sedikit takut.

Avan tersenyum, "Suara." gumam Avan.

Eunwoo berbalik, "Suara?! Suara apa maksudmu. Apa kau mau kita berteriak dan menyuruh mereka pergi? Bagaimana mungkin. Lihatlah, mereka seperti haus da,"

Krittt!!! Goresan kaca mobil Avan terdengar jelas dan menghentikan ucapan Eunwoo. Avan dan Eunwoo membulatkan mata nya bersamaan menatap goresan panjang di sebelah kiri Avan.

"Apa yang, Arghhh, mobilku!" decak Avan. Segera Avan mengambil ponsel nya dan melakukan sesuatu dengan cepat.

Eunwoo tersenyum miring, "Apakah suara itu yang kau maksud?" ledek Eunwoo dengan wajah datarnya.

"Lihatlah." jawab Avan singkat dan menurunkan ponselnya.

Detik berikutnya suara bell peringatan berbunyi. Membuat seluruh siswa-siswi heran dan panik, kemudian secepatnya mereka berlari menuju Aula begitupun para siswi yang sedang berkerumun di luar mobil Avan, persaan takut dan menyesal yang tersisa dalam hati mereka.

Avan tersenyum senang menatap seluruh murid yang panik, "Tunggulah, kalian."

Eunwoo kini merasa sedikit lega melihat kerumunan sudah sepi dan berbalik menatap Avan kesal, "Kenapa tidak lebih awal. Menunggu mobil mu hancur lalu bertindak?" Eunwoo membuka pintu mobil dan berlalu meninggalkan Avan seiring ocehannya.

"A-apa yang, beraninya dia? Tidak sopan. Apa salahku? Seharusnya dia marah pada vampir gerombolan tadi." Avan bergumam heran lalu keluar mobilnya. Eunwoo berjalan berlawanan arah dari aula, Avan menyadarinya dan berteriak.

"Mau ke mana kau? Ayo berkumpul di Aula!"

Eunwoo berpura-pura tak mendengar dan terus berjalan dengan wajah kesal.

Aileen mendekati sokolah dengan sepedanya. Kemudian menuntun sepeda itu saat tak ada lagi jalan aspal. Sengaja ia lewat belakang sekolah agar tidak bertemu dengan murid Moon Light lainnya di gerbang masuk, mengingat jam pelajaran belum di mulai pasti masih banyak siswa yang bergerombol di sana.

Aileen akhirnya sampai tepat di halaman belakang dan menyandarkan sepedanya. Lalu memanjat dengan bantuan batu yang ia pijak dekat pembatas yang di jalari tumbuhan. Akhirnya Aileen mendarat dengan sempurna dan mengibas-ngibaskan telapak tangannya yang kotor.

"Akhirnya. Huh! Sungguh melelahkan. Jika saja aku datang lebih akhir, pasti tidak akan seperti ini. Tapi, demi bertemu dengannya lebih awal, akan kulakukan." Aileen tersenyum lebar.

Aileen menatap takjub disekitarnya. Taman belakang sekolah tak seindah halaman depan yang sudah ia lihat. Bunga menjalar dan pohon tumbuh dengan sangat subur rasanya ingin berlama-lama di halaman belakang. Terlebih dengan luasnya halaman menjadikan ia ingin menikmatinya jika ada kesempatan nantinya untuk bersantai.

Aileen mencoba meraih bunga di dekatnya dan menghirupnya perlahan. Mencoba merasakan aroma dari bunga itu dan memejamkan mata sebentar. Kemudian perlahan ia membuka matanya kembali. Samar namun jelas ia melihat sesosok pria di balik bunga. Aileen mencoba merendahkan bunga yang ia pegang dan memastikan yang ia lihat. Dan benar, pria itu tengah memejamkan mata dengan tangan sebagai pengganjal kepalanya. Pria yang sudah lama ia nantikan. Melihat pria itu tengah diam membuat aileen ingin menatapnya lebih lama dan tersenyum.

"Sudah lama sekali, ya." gumam Aileen dan tersenyum. Dan untuk beberapa saat Aileen menatapnya.

Tak lama suara speaker mengakhiri pertemuan singkat itu dan menyadarkan Aileen.

"Eunwoo!!! Cepat datang ke aula jika kau tidak ingin hal besar terjadi." teriak Avan dari speaker halaman belakang, suara itu berasal dari mic pengumuman.

Eunwoo membuka matanya perlahan dan bangun dari sandaran tangannya, kemudian mengambil dan kembali memakai sweater tebal di pangkuannya sambil berdecak kesal, "Ck! Kali ini apa lagi." Eunwoo segera berdiri dan berjalan menuju sumber suara. Aileen yang tersadar Eunwoo mulai pergi, segera ia berjalan mengikuti Eunwoo dari jauh.

Sementara di aula. Avan tengah menatap tatam pada seluruh murid yang ia perintahkan berjongkok.

"Tetap seperti itu jika kalian tidak ingin menambah hukuman. Satu orang saja yang membantah, seluruh siswa akan ikut mendapat hukuman. Mengerti?!" teriak Avan.

"Mengerti!!!" jawab seluruh murid bersamaan.

"Bagus. Sekarang seluruh siswi berjalan jongkok dan berkumpul di sebelah kiri aula pojok. Jangan ada yang berdiri selama kalian berpindah. Jika ada yang melanggar, bersiaplah kalian untuk mati." Avan tersenyum sinis dan kembali menaikan mic pengumuman di tangan kanannya hendak memanggil Eunwoo kembali yang tak kunjung terlihat.

"Eun," ucapan Avan terhenti seiring Eunwoo mulai terlihat dan memasuki Aula. Avan tersenyum dan menukar mic nya dengan mic khusus aula. "Kemarilah, pangeran. Dan atasi kegilaan ini."

Eunwoo menatap Avan sekali dan kembali berjalan dengan pandangan lurus. Siswi gerombolan tadi yang jauh darinya hanya diam terpaku dan menatapnya.

Kini Eunwoo sudah berdiri di samping Avan dan menatap bergantian seluruh murid. Ia heran, karena keadaan yang terasa mencekam. Avan melirik Eunwoo yang sudah berada di sampingnya.

"Tenanglah, aku sudah mengatasinya. Kini mereka tidak akan mendekatimu seenaknya. Mungkin kemarin aku mengatakannya kurang jelas, mereka yang membantahku dan mengusikmu akan mati." Avan mengangkat satu tangannya dan menunjuk ke arah kumpulan siswi di sebelah kiri yang cukup jauh darinya. "Lihatlah perempuan yang terbaring di kerumunan itu. Dia sudah mati, di hisap hingga kehabisan darah."

Eunwoo terkejut. Membulatkan matanya melihat siswi yang tergeletak pucat di antara kerumunan, dan melihat seluruh siswi yang terus memandanginya dengan tatapan penuh mohon akan keselamatan mereka. Namun Eunwoo yang tidak mengerti akan situasi ini hanya bisa memandangi mereka dengan heran.

Avan tersenyum dan berbalik pada Eunwoo, "Sekarang giliranmu, habisi satu orang di antara mereka."

Seketika Eunwoo terpaku. Dan menelan susah salivanya. Avan menyadarkan Eunwoo dan menyuruhnya segera memulainya. Eunwoo mengangguk sekali dan perlahan menuruni tangga di dekatnya.

Habisi?

Bagamana mungkin aku menghisap habis darah Vampir?

Aileen memandang dari jauh ikut terkejut. "(Apakah dia seorang vampir?)"