Seno buru-buru menutup pintu lagi. Anak itu kaget setengah hidup, shock dengan apa yang barusan Ia lihat didepan matanya. Dia segera lari kocar kacir ke depan tivi, tempat Oma nya berada.
"O..MA.. OMA!!!" nafasnya naik turun tidak karuan.
"Hmmm.." Mami masih saja sibuk berkipas-kipas sambil selonjoran. Posisi wenak emak-enak banget lah pokoknya.
"Itu.. di.. dep..depan..."
"Kenapa sih Seeennn?" Mami bertanya tapi matanya masih saja sibuk menonton acara tivi itu. Sama sekali nggak peka, mengabaikan sang cucu. "Udah kamu bilang kan ke tukang kredit nya?"
"Bukan dia, oma!" Seno jadi menjerit, geregetan sendiri. Tapi bingung mau cerita apa. Dia bener-bener speechless. Kini sang Oma beralih menatapnya.
"Lah terus siapa?"
"Itu Oma.." Seno menunjuk-nunjuk ke arah layar tivi. Memberikan isyarat.
"Oh tukang tivi?" Celetuk Mami asal, "Lah kamu bilang aja tivi kita lagi gak rusak!"
"Aduuhhh... bukan!" Seno jadi pengen nangis sekarang. Tapi tadi dia lupa siapa sih nama orang di depan itu? Mana tadi gak ngajak kenalan.
"Yang ini nih Oma..." Seno berdiri tegap, menyetel tampang serius. Sekarang dia berlagak memparodikan seseorang, "Kami berjanji akan memberikan fasilitas terbaik di hotel ini!"
HAH?!
Kening Oma nya berkerut, nyaris keriting. Ngomong apa sih anak kecil ini? Muter-muter udah kayak gasingan aja.
"Ribet deh kamu Sen! Udahlah Oma usir sendiri aja!" Wanita paruh baya itu buru-buru berdiri, berjalan ke depan. Tanpa ragu dia segera memutar gagang pintu, bersiap hendak memaki tukang-tukangan yang menganggu kegiatan menganggurnya itu.
"Eh bang denger ya... HAHHH?!" Dia yang terngaga sekarang. Aduh, pengen pingsan rasanya saking kaget ngelihat siapa orang itu!
Buru-buru Mami yang masuk ke dalam sekarang. Gantian dia yang lari-lari memanggil Seno.
"Sen...itu.. itu kan!"
"Iya, Oma!"
Secara kompak keduanya langsung memparodikan gaya orang itu, "Kami berjanji akan memberikan fasilitas terbaik di hotel ini!"
Sesaat keduanya saling pandang. Berati cowok itu bukan tukang kredit panci atau tukang service tivi.
Dia... Yang di tivi tadi kan?
"Aduh, Sen! Cepetan telpon Papa kamu suruh ke rumah Oma sekarang!"
"Oke Oma!"
Seno lari ke dalam kamar untuk mengambil ponsel Oma nya. Sedangkan sang Oma balik lagi ke teras depan, udah kayak keluarga kocar kacir mereka sekarang.
Mami memperhatikan orang yang berdiri di teras itu dengan saksama, from head to toe. Orang itu begitu ideal tubuhnya, tinggi dan besar. Walaupun terbalut kemeja, namun otot-otot tangan dibalik kemeja itu tetap tercetak dengan jelas. Penampilannya benar-benar seperti orang berkelas. Mami masih melongo dihadapannya.
"Boleh saya masuk?" tanya orang itu pelan.
***
Setelah beberapa saat, kini seluruh keluarga Lenny sudah berkumpul. Ada kakak laki-lakinya yang merupakan Papanya Seno, namanya Sendy. Ada mama nya Seno, adeknya Seno, dan juga Ayah Lenny. Mereka semua berkumpul di ruang tamu saat ini.
Tapi karena kedatangan tamu spesial yang sangat tidak disangka dan diduga kehadirannya, sontak saja semuanya kompak duduk lesehan di tiker, sedangkan si tamu diwajibkan duduk di kursi. Mereka semua cuma bengong, terpana berjamaah. Untuk beberapa menit mereka cuma tatap-tatapan.
"Mami..." desis si tamu pelan. Langsung saja Mami tersipu dipanggil begitu. Pipinya merah.
"Ap.. Apa? Sayang, denger itu dia manggil mami!" Mami menyikut-nyikut lengan sang suami.
"Ayah..."
"Wahh!!!" Ayah Lenny jadi ikutan histeris, "Denger Mam, dia juga manggil aku 'ayah'!"
"Kakak Sendy, Kakak Ipar Serly, Seno, dan Seina... perkenalkan, saya Reyhan Deandra!"
"Mam, denger itu... suaranya lembut banget!" Ayah masih saja terpesona dengannya. Mami menimpali.
"Suaranya aja udah berkelas loh! Bukan kelengkeng-kelengkeng!"
"Kaleng-kaleng!" Ralat Ayah
"Oiya, itu maksudnya Yah!" Mami terkikik pelan sambil bisik-bisik.
"Apa saya boleh duduk bareng dibawah juga?" Dengan santun, Reyhan meminta izin. Langsung saja semuanya bertriak melarang.
"JANGAN!" Kata mereka sekeluarga. Reyhan jadi kaget. Akhirnya dia mengurungkan niat itu.
"Tapi kenapa?" tanya nya penasaran. "Bukankah lebih asik kalau sama-sama lesehan?"
"Aduh gak boleh, nanti kamu kena debu lantai nak!" Jawab Ayah cepat. Kak Sendy menimpali
"Iya, gak cocok orang seperti kamu itu lesehan!"
"Tapi..."
"Udah nak, duduk aja disitu. Oh iya Sen, ambilin kulkas dong!" perintah Mami. Matanya masih saja menatap Reyhan lekat-lekat. Bener-bener gak percaya di rumahnya ada orang keren, padahal baru aja mereka nonton di tivi!
"Gimana caranya gotong kulkas Oma?"
"Oh iya ya.." Mami jadi ketawa sendiri, "Maksudnya bikinin minuman yang dingin! Ayo buruan kasian nak Reyhan kepanasan!"
"Em, kakak ipar Serly.." panggil Reyhan pelan, "Mungkin Seno perlu dibantu. Tolong ajak Seina sekalian"
"Oke oke!" Seperti terbius, Serly segera bangkit dan menggiring anak-anaknya ke dapur.
Kini di ruang tamu tersisa mereka ber empat saja. Kak Sendy yang penasaran ada gerangan apakah cowok itu bisa terdampar disini, memberanikan diri untuk bertanya.
"Mohon maaf sebelumnya, tapi ada hal apa ya sampai dik Reyhan ini sudi menginjakkan kaki di rumah kami?"
"Sendy!" refleks Mami langsung mencubit paha Sendy. Gak sopan banget anak sulungnya itu berani berbicara begitu di depan boss adeknya. Gak tau apa dengan siapa dia berbicara!
"Gak apa-apa Mami.." Reyhan tersenyum simpul, membuat ekspresi seolah-olah dia sangat memaklumi pertanyaan itu. "Sebelumnya saya mau meminta maaf kalau kedatangan saya ini sudah mengganggu keluarga Ayah dan Mami"
"Oh enggak!" dengan kompak Mami dan Ayah merespon.
"Nak, justru kami semua merasa terhormat kedatangan tamu seperti nak Reyhan ini!"
"Terimakasih, Ayah..." ucapnya sangat manis. Sekarang dia membenarkan posisi duduknya, menyetel tampang ganteng itu agar terlihat serius. "Sengaja saya jauh-jauh dari Jakarta karena ingin bersilaturahmi dengan keluarga disini, Apakah boleh?"
"Pasti! Pasti!" Jawab mereka bertiga dengan cepat dan kompak. Dalam hati Reyhan tertawa ngakak sekarang, ternyata seru sekali ya keluarga ini.
"Kalau gitu, terimakasih banyak atas izin yang diberikan, saya merasa sangat tersanjung!"
Tetep dong, Reyhan harus menunjukkan sopan-santun tingkat dewa. Sedikit-sedikit dia mengucapkan terimakasih, sedikit-sedikit minta maaf. Pokoknya, dia mau menciptakan image 'anak baik-baik' di depan keluarga ini. Padahal biasanya sih, boro-boro dia mau minta maaf. Mahal banget dia ngucapin maaf, kalau gak kepepet.
"Jadi selain mau bersilaturahmi, saya memang ada maksud dan tujuan lain datang kesini..."
Sampai situ Reyhan sengaja menggantungkan kalimatnya. Menikmati wajah-wajah penasaran di hadapannya saat ini. Cowok itu sadar, kalimat yang akan dia ucapkan setelah ini mengandung bom atom dengan kekuatan yang besar. Jadi suasananya harus dibuat tegang dulu.
"Sebenarnya sesuatu yang buruk telah terjadi diantara saya dan Lenny. Lagi-lagi saya ingin meminta maaf yang teramat besar kepada Ayah, Mami, dan kak Sendy. Karena ini semua kesalahan saya, dan saya sangat menyesalinya!"
Ketiga wajah didepannya tak mengerti, mereka saling pandang. Sesuatu yang buruk menyangkut puteri bungsu mereka? Apa itu? Bukankah selama ini Lenny tidak pernah cerita apapun? Terakhir menelpon dia bilang semuanya baik-baik aja!
"Apa maksud dik Reyhan ya?" Kak Sendy menaikkan satu alisnya, "Jujur aja, kami yang rakyat jelata ini kurang paham dengan yang dibicarakan barusan..."
Reyhan menunduk dalam-dalam. Kali ini dia berekspresi seolah-olah sangat menyesal, sangat sedih dengan apa yang telah menimpanya.
"Kak Sendy, seseorang sudah menjebak saya dan Lenny.. Orang itu benar-benar jahat dan sedang dalam pengejaran! Saya tidak akan pernah mengampuni dia!"
"Nak.. emang.. emang apa yang sudah dia lakuin? Apa dia coba celakain kalian berdua?"
"Mami..." Reyhan makin menunduk. Suaranya serak sekarang, emang jago banget nih orang acting. "Suatu malam saya datang ke sebuah pesta dengan Lenny. Tapi ternyata, orang jahat itu memasukkan obat tidur ke minuman kami berdua. Kami tidur dan gak tau apa yang terjadi, tiba-tiba waktu bangun, kami berdua sudah satu ranjang di dalam hotel.."
Berhasil!
Tiga wajah orang dihadapannya terpucat-pucat sekarang. Reyhan bisa melihatnya karena sempat curi-curi pandang sedikit. Tapi tunggu, kejutannya belum selesai! Pikirnya.
"Selama nggak sadar, saya gak tau apa yang terjadi antara kami berdua.. saya pikir kami hanya tidur biasa aja, tapi..." Cowok itu mengangkat kepalanya sekarang. Pipinya berderai air mata buaya. Dengan cepat cowok itu mengeluarkan sebuah sapu tangan lecek dari kantung celananya.
"Petugas hotel menemukan ini diatas ranjang.."
Reyhan segera menyerahkan sapu tangan itu ke tangan Mami. Dengan gemetar tangan wanita paruh baya itu membuka sapu tangannya.
Betapa terkejutnya mereka melihat isi sapu tangan itu.
DARAH?!
Sontak saja mami menangis sejadi-jadinya. Sekarang roll rambutnya sudah kacau total, tapi dia tidak memperduli itu. Hatinya teriris-iris, pedih!
Benar-benar suatu perbuatan terkutuk! Perbuatan Laknat!
Bagaimana mungkin putri bungsu tersayangnya yang dijaga dengan baik selama ini... bagaimana bisa ini terjadi? Apa salahnya hingga harus menerima takdir buruk ini? Kenapa mereka harus dijebak?
"Saya minta maaf Mami.." sekarang Reyhan turun dari kursinya dan bersujud di depan Mami. "Kami benar-benar tidak sengaja, ini salah saya! Mami boleh menghukum saya.. Memukul saya.. menampar.. atau apapun! Saya memang kurang ajar!"
Keadaan jadi kacau sekarang. Semua orang panik, semuanya sedih, semuanya kecewa. Untuk beberapa saat terjadi adegan nangis-nangisan dan menyalahkan diri sendiri ala sinetron.
"Nggak nak.. kamu gak boleh sujud begini ayo bangun!" Mami segera memeluk Reyhan. Lalu ayah dan kak Sendy juga ikut memeluk dari sisi kanan dan kiri. Keempatnya berpelukan kayak teletubbies.
"Saya janji sama Mami, Ayah, dan kak Sendy..." Reyhan melepaskan pelukannya dan menghapus air mata palsu itu, "Saya pasti bertanggung jawab.. Saya akan menikahi Lenny!"
"Itu harus, ini adalah aib dik Reyhan.. Kalau orang-orang sampai tau, dia bisa dikucilkan!" Kak Sendy berbicara dengan nada sangat serius. Jelas saja kalau sudah begini, sebagai seorang kakak dia khawatir dengan masa depan adeknya. Lenny gak mungkin menikah dengan orang lain, bagaimanapun keperawanan anak itu sudah hilang dengan Reyhan, dan mereka harus dinikahkan.
Di kampung seperti ini, masalah virginity itu masih menjadi hal yang tabu dan sakral. Seorang wanita tentu harus menjaga kehormatannya sampai menikah, dan hanya boleh menyerahkan kepada suaminya. Jika tidak, wanita itu akan dicap sebagai wanita nakal. Kecuali bila kehormatannya itu hilang akibat kecelakaan seperti jatuh dan lain-lain itu bisa dimaklumi.
Dalam kasus ini sebenarnya keduanya tidak sadar melakukan itu, tapi intinya tetap saja kehormatan itu sudah hilang diambil Reyhan. Jadi tetep dong mereka harus dinikahkan agar tidak jadi aib keluarga.
"api masih ada satu masalah kak.." ujar Reyhan
"Apa itu nak?" Kali ini Ayah yang bertanya. Sekarang adegan tangis-tangis bombay sudah selesai.
"Saya sudah melamar Lenny secara pribadi, tapi dia menolak saya! Dia malah marah sama saya dan mengundurkan diri dari perusahaan... saya bingung. Saya benar-benar mau bertanggung jawab makanya saya datang kesini.. sekarang harus gimana ayah?"
Kembali, cowok itu menyetel tampang seolah-olah dia amat galau, risau, dan sedih dengan perlakuan gadis itu padanya selama ini.
"Gak bisa!" kak Sandy mengepalkan tangan "Lenny gak bisa bersikap gitu, gimanapun dia harus nikah dengan dik Reyhan! Dia gak boleh menolak!"
"Anak itu..." Mami mendesis marah, "Dia emang bodoh! Nak Reyhan pokoknya tenang aja, kalian pasti menikah.. itu pasti!"
"Iya harus segera, kalau dia gak mau kita akan paksa!" Ayah ikutan gusar, "Ayah takut kalau setelah kejadian itu dia hamil.. Perutnya makin lama makin besar!"
Hamil? Dalam hati Reyhan benar-benar tertawa puas sekarang.
Gimana mungkin hamil, mereka pegangan tangan juga gak pernah!
Tapi memang ini sih yang dia harapkan sekarang. Kekacauan ini memang yang dia inginkan jauh-jauh hari. Dia benar-benar membuktikan ke cewek itu bahwa dirinya tidak terkalahkan. Sekarang tinggal menyelesaikan misi gila ini agar semakin sempurna.
"Tapi Ayah, Mami, dan Kak Sendy.. Saya minta tolong jangan sudutkan Lenny. Tolong bersikap seolah-olah saya tidak pernah cerita tentang kejadian ini.. Saya takut, nanti dia malah tertekan dan kabur. Saya bener-bener gak bisa kehilangan dia."
"Iya itu bener Mi!" Sendy langsung setuju, "Kita harus jaga rahasia ini. Mungkin Lenny malu untuk cerita kondisinya yang sekarang, jadi dia sengaja nutupi ini dari kita!"
Mami mengangguk setuju.
Habislah riwayat Lenny sekarang karena sebentar lagi, dia akan menghabiskan seumur hidupnya dengan orang yang paling dibenci.
***
Karena sudah sepakat diterima di keluarga ini, otomatis batin Reyhan jadi tenang sekarang. Karena sibuk acting, cowok itu tadi sampai lupa menurunkan koper-kopernya di mobil. Untung saja semua hadiah-hadiahnya sekarang sudah dibagikan. Hadiah yang membuat seluruh anggota keluarga ingin pingsan saking bahagianya. Cowok itu memang pandai memanjakan semua orang.
"Papa liat deh ini pesawat terbangnya keren!" Seno menunjukkan mainan barunya pada sang Papa.
"Dasar bocah, itu namanya drone!" ralat Papanya. Seno mencibir.
"Ya aku kan gak tau.." Dia bersungut. "Tapi terimakasih banyak hadiahnya, Uncle Rey! Aku seneng banget!" Kata anak itu dengan sopan. Reyhan mengangguk-angguk sambil tersenyum.
"Sama-sama Seno.."
Tidak kalah heboh, kakak Ipar Lenny membongkar make up high end dan tas mewah yang dibelikan oleh Reyhan. Dia jadi kepengen nangis saking bahagianya.
"Nah gini dong Pa kalau belikan tas itu, berkelas! Gak kayak papa, sering belikan yang kw 100!"
"Eh, memangnya mama mau anak-anak kita gak makan setahun kalo papa beliin mama tas beginian?"
Suami istri itu malah jadi berantem.
"Eh udah udah.." Mami melerai, "Maaf ya nak Reyhan, maklum urusan rumah tangga!"
"Gak apa-apa Mami..." Ujarnya kalem, "Oh iya Mami sendiri suka sama tas dan sepatu-sepatunya?"
"Iya, suka banget!" Mami mencoba sepatu yang dibelikan Reyhan kemudian berjalan mondar-mandir bak model ternama, "Gimana, cocok kan?"
"Wah sayang.. kamu dan sepatu itu sama-sama cantik!" Puji Ayah. Langsung saja mereka berpelukan. Lebay memang, Reyhan jadi geli sendiri ngeliatnya.
"Terimakasih sayang, I love you!"
"I love you more!"
"No, I love you more more more!"
"I love you more more more more more moreee!"
Reyhan berdehem. Langsung saja mereka berdua sadar dan melepaskan pelukan itu. Suka lupa kalau lagi ada calon mantu idaman sejagad raya didepannya.
"Tapi sebenernya saya masih punya kejutan kecil untuk mami!"
"Apa itu nak?" Mata mami berbinar.
Reyhan mengeluarkan sebuah kotak kecil perhiasan dan menunjukkannya pada calon mami mertua.
"Ini sebagai tanda terima kasih karena Mami sudah melahirkan calon istri saya ke dunia ini!"
WOW!
Kalimat yang sungguh romantis ditambah dengan isi yang super manis!
Cincin berlian terpampang nyata di dalam kotak perhiasan itu, membuat seluruh mata yang memandang jadi silau saking berkilaunya! Dalam sekali lewat saja, bisa ditaksir harga cincin ini mencapai ratusan juta, bikin ngiler! Duitnya Reyhan emang udah gak berseri lagi saking tajirnya!
"Aduh nak Reyhan pake repot-repot.. Mami jadi gak enak!" Mami emang ngomong gak enak, tapi tangannya langsung saja menyamber cincin itu dari kotaknya.
"Ini belum apa-apa Mami, kedepannya saya pengen kasih yang lebih dari ini!"
Ini gila, bener-bener gila!
Hidupnya jadi kaya mendadak dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Mami jadi ngerasa orang yang paling beruntung. Dalam hati dia pikir anaknya pinter juga 'kecelakaan' milih-milih sama Reyhan yang tajir mlintir, bukan sama orang susah. Coba kalo sama orang susah, pasti makin repot aja idup mereka. Memang benar ya kata orang, dibalik setiap musibah pasti ada hikmahnya!
Mami jadi ikhlas sekarang. Toh Reyhan ini anak baik-baik, dari keluarga terpandang, dan yang pasti anak itu mau bertanggung jawab. Dan paling pentingnya lagi, hidup mereka akan terjamin sekarang! CRAZY RICH SEKECAMATAN!
Goodbye missqueen, goodbye hidup susah!
***