Hari H pun tiba.
Pagi itu semua murid telah berkumpul di dalam aula mengikuti acara pelepasan murid-murid kelas 3 yang akan meningglkan SMP ini menuju kehidupan bersekolah yang lebih tinggi.
Setelah macam-macam sambutan dan acara resmi, tibalah hiburan persembahan murid-murid kelas 3 sendiri dan adik-adik kelas mereka.
Ada yang menampilkan dance kontemporer, tari daerah, karaoke, kabaret, dan macam-macam lagi.
Entah kenapa saat jam berdetak semakin dekat anak-anak mulai merasa gugup, rasanya segala sesuatu menjadi salah...
mungkin drama ini akan gagal...
mungkin sebaiknya...
Untuk menenangkan mereka, Katerina menyuruh semuanya berlatih sekali lagi. Sesekali ia melihat ke barisan penonton adakah teman-temannya sudah datang atau tidak.
Belum juga...
"Bersiaplah... sekarang orang-orang sedang makan siang, giliran kita sesudah paduan suara itu." kata Katerina.
Ia memastikan masing-masing anak mengenakan kostumnya dan make up. Hendry dan Tri yang bertugas mengurus layar dan seting sudah siap dengan perlengkapannya. Katerina sendiri akan mengurus sound dan musiknya dari samping panggung.
Mereka agak miris mendengar orang-orang yang pada keluar setelah makan siang.
"Pulang, yuk...acaranya sudah mau selesai...!"
"Katanya masih ada drama dari kelas 2C..."
"Aah... cuma dongeng, pake bahasa Inggris lagian. Aku mana ngerti. Lihat, orang-orang lain juga pulang..."
Rata-rata orang berkomentar seperti itu, tapi mereka berusaha menabahkan diri, dan maju terus.
Cerita dimulai saat layar masih tertutup. Katerina menjadi narator dengan menggunakan mikrofon.
"Once upon a time, there lived a king and his beautiful queen. They ruled a very prosperous country and lived happily because they were loved by the people. Unfortunately, after so many years of marriage they still didn't have a child to continue the dynasty. Until one day, the queen gave birth to a very beautiful daughter. To celebrate the palace's joy, the king held a party and invited everyone, including all the good fairies. But they had forgotten to invite Morgan, the evil fairy who lived in the Black Tower..."
Layar pun terbuka menampakkan dinding kertas yang dilukis seperti jendela-jendela tinggi ala istana dan tirai yang indah.
Katerina memainkan salah satu karya Mozart dan masuklah raja, ratu yang menggendong bayi, dan orang-orang yang bergembira di pesta istana.
"Ho..ho..ho.. thank you for all your best wishes for my beloved daughter, she will one day be the queen of this country, and with your help she'll be a good queen."
Semua orang bertepuk tangan dan menyatakan salut dengan gelas anggurnya. Muncullah peri-peri baik hati memberikan hadiah dengan tongkat ajaib mereka.
"I am Shylphie, the fairy of the wind, I'll give you, dear little baby, a gift so that you'll be a very good dancer and every move you make will give you happiness."
"I am Olwyn, the fairy of the wild flowers, I'll give you the prettiest face in the whole world. Every man who sees you will love you by the first sight."
"I am Naara, the fairy of the music, I'll give you a very beautiful voice to sing enchanting songs and you'll play all musical instruments with great ability."
Raja dan ratu sangat bahagia mendengar hadiah-hadiah itu dan berterima-kasih kepada para peri.
Mereka baru saja hendak mengangkat gelas lagi untuk bersulang ketika tiba-tiba suasana menjadi gelap dan terdengar suara tawa yang menakutkan.
Dalam hati Katerina memuji totalitas semua pemain yang ada dalam drama ini. Dari awal mulai ia hampir tak percaya bahwa drama ini sungguh-sungguh nyata, dan pemeran-pemerannya adalah murid-murid kelas 2C.
Laura yang menonton dari samping panggung juga tampak sangat terpesona, Michael juga, semua orang juga.
Katerina tersenyum melihat pelan-pelan orang-orang kembali ke aula. Semua orang menjadi tertarik setelah mendengar prolog dan musik pembukanya yang indah. Kini aula yang digelapkan itu sudah terisi sesak oleh penonton.
Desty yang berperan sebagai Morgan muncul dengan gerakan lamban dan terseok-seok, menambah kesan seram pada jubah gelap dan rambut panjangnya yang kusam.
"I've heard the music and sounds of happiness come from this palace from my lonely little black tower..." Ia berkata lambat-lambat dengan suara serak mengerikan, "and I was wondering on what might happened in this palace. If that's a party to celebrate the newborn princess, why didn't the king invite me to come so that I could give my blessings for her..."
Baginda raja seketika menjadi pucat.
"I'm awfully sorry Morgan...it's our mistake for we have forgotten to invite you. But since you're here... we welcome you..."
Morgan tersenyum sedikit, "You're so kind, Your Majesty. I shall give my present for this beautiful daughter of you... I'm Morgan, the fairy of The Black Tower. I give you a curse, so that on your sixteenth birthday you'll be injured by a spindle and dies of it... ha..ha..ha..!!"
Semua menjerit tertahan mendengarnya. Morgan melambaikan tongkatnya lalu pergi terseok-seok.
Ratu menangis histeris mendekap bayinya dan suasana kemudian menjadi ribut.
Tiba-tiba muncullah peri terakhir yang terlambat datang. Ia segera menenangkan suasana.
"You majesty, I'm Misty, the fairy of the Mist, haven't given the princess my gift, so with this, I change the curse of Morgan. The princess will not die by the spindle, she will only sleep for a hundred years."
"But, you're a fairy, can't you just cancel the curse? I don't want to see my daughter sleep for a century!" protes raja. Misty hanya bisa menggeleng sedih.
"I'm sorry, Your Highness, Morgan is too powerful to deal with. It's my best effort to save the princess. I'll give you a suggestion to prevent the accident in the future. Get rid off all spindles from this country, and we must take care of the princess until her sixteenth birthday is passed."
Raja mengangguk setuju. Rasanya itu adalah hal paling masuk akal yang bisa dilakukan. Ia segera memerintahkan agar semua alat pintal dimusnahkan dari negerinya.
Orang-orang keluar dari panggung meninggalkan raja dan ratu yang sedih.
Katerina mengganti musiknya dengan sebuah alunan sedih dari Tchaikovsky. Perdana menteri masuk dan melaporkan bahwa semua alat pintal telah dikumpulkan di alun-alun dan dibakar. Raja mengangguk dan bersama mereka keluar panggung.
Layar kembali ditutup.
Katerina memasang Beethoven dan memulai narasi babak kedua, menceritakan bahwa kini Aurora telah dewasa dan tumbuh menjadi seorang putri cantik jelita yang dicintai rakyatnya.
Sesaat ia terkejut melihat seseorang datang mengendap-endap ke arahnya dengan tampang mencurigakan, memakai jaket tebal sekali dan topi serta syal yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Tampangnya sangat misterius.
"Bu... Ibu sudah pernah kena cacar, kan?" bisik orang itu setelah tiba di samping Katerina. Gadis itu terkejut sekali, tapi kemudian ia tersenyum dan mengangguk, sambil terus menceritakan narasinya dengan sempurna.
Sementara itu di balik panggung, para pemain bersiap-siap mengganti dandanan mereka (raja dan ratu memakaikan bedak putih ke rambutnya untuk membuat kesan tua, ditambah goresan-goresan keriput oleh pinsil mata, dan orang-orang memakai pakaian usang serta sepatu tua).
Laura sedang kebingungan mencari sepatunya, sepatu balet beralas datar yang akan dipakai Aurora untuk menari, karena suasana belakang panggung yang kacau. Ia menemukannya tepat waktu saat narasi baru selesai dan segera memakainya.
"Aahk...!" saat ia berdiri, Laura baru merasakan betapa kakinya tertusuk beberapa paku payung yang ada di dalam sepatunya. Mungkin paku-paku itu terjatuh dari dinding panggung....
Sakit sekali.
Johan sudah selesai menata panggung dan memberi isyarat agar layar dinaikkan. Laura terpaksa harus segera masuk.
"Kamu kenapa, Laura? Mukamu pucat sekali..." tegur Nita tiba-tiba. "Apa kamu sakit? Apa kamu mau diganti?"
Laura menggeleng, "Kamu baik sekali...aku nggak apa-apa kok..."
Saat layar terbuka ia segera melompat masuk dengan gerakan tari yang indah meninggalkan Nita yang menatapnya keheranan.
"Ti..tidak mungkin..." ia bergumam pada dirinya sendiri. "Aku sudah menaruh paku ke sepatunya... seharusnya kakinya sakit... seharusnya.. Aah, mungkin ia menemukan paku itu dan membuangnya.."
Ia kesal sekali. Tadi adalah rencana terakhirnya untuk merebut kembali peran Aurora.
Ia ingin sekali tampil bersama Michael. Ia tahu ia akan menjadi seorang putri yang baik sekali... sangat cocok bersama Pangeran Eric.
Tapi semuanya gagal.
Ia hanya bisa menatap panggung dengan putus asa dan mengakui dalam hati bahwa Laura bermain bagus sekali.