Franklin berlari menuju ruangan 107. Baru dua langkah masuk Franklin melihat seorang wanita sedang berdiri dengan khawatir terlihat dari kakinya yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Wanita yang memiliki postur tubuh tinggi dengan rambut bergelombang hitam. Dapat di pastikan saat itu si wanita sedang mengigit jari-jari kukunya karena khawatir.
"Permisi..." sapa Franklin sambil memasang stetoskop nya.
Wanita itu menoleh dan sontak membuat Franklin menghentikan langkahnya.
"Lia...!!!" Seru Franklin dan dengan cepat matanya menatap ke arah pasien yang ada di atas ranjang.
" Cecilia ?
"Franklin..., Cecilia...! Dia tiba-tiba muntah, wajahnya pucat dan bibirnya membiru. Banyak keringat yang keluar dari dahinya dan dia sudah buang air besar beberapa kali. Aku benar-benar khawatir. Kata Lia dengan panik dan terlihat air matanya mengalir di pipi.
Melihat ekspresi Lia yang se-panik itu Franklin lantas langsung mendekati Cecilia. Membuka butang baju teratas dan mulai mengecek detak jantungnya.
" Sejak kapan dia seperti ini ?
" Sejak semalam sekitar jam 1 pagi. Dia tiba-tiba menangis dan mengatakan perutnya sakit. Aku sudah berusaha memberinya obat diare tapi kondisinya tidak membaik dan pagi ini wajahnya terlihat sangat pucat. Kata Lia.
Franklin menepuk-nepuk punggung tangan nya untuk mengecek angin di perut Cecilia dan setelah beberapa saat Franklin kembali bertanya.
"Apa yang dia makan terakhir kali ? Tanya Franklin.
Sambil berusaha mengingat "emmm seperti nya aku memberi nya Susu seperti biasa namun sebelum itu aku memberinya Tempura udang. Iya aku memberinya tempura udang. Lia sengaja mengulang kata-katanya setelah yakin.
Franklin lantas tersenyum dan menatap Lia
"Dia seperti ku, Aku alergi Udang dan sepertinya dia juga alergi udang.
"Alergi udang....? Bukankah jika Alergi maka akan keluar bintik-bintik merah di kulit kita ?
"Tidak semua orang sama. Cecilia sama persis dengan ku, biasanya jika aku makan udang maka Aku akan tiba-tiba sakit perut, pucat dan mual.
" Tapi wajahnya pucat sekali. Aku benar-benar khawatir. Apa dia akan baik-baik saja ? Tanya Lia.
" Jangan khawatir ini hanya sementara aku akan memberikan obat terbaik untuknya. Kata Franklin.
Setelah Franklin memberi suntikan. Franklin menghampiri Lia yang berdiri tepat di belakang nya. Saat itu wajah Lia terlihat sangat pucat dan Lia terlihat menggigit kuku jarinya karena terlalu khawatir.
" Sudah jangan khawatir sebaiknya biarkan dia istirahat dan di rawat semalaman di sini. Kata Franklin.
Lia mengangguk ke arah Franklin namun matanya tetap menatap Cecilia.
Saat akan melangkah mendekati Cecilia tiba-tiba kunci mobil yang ada di tangan Lia jatuh tepat di sebelah Franklin.
Keduanya saling membungkuk untuk meraih kunci tersebut. Dan karena posisi mereka terlalu dekat, kepala keduanya terbentur.
Lia langsung menatap Franklin begitu juga dengan Franklin. Mata keduanya saling menatap, sekilas menusuk kalbu kehati yang paling dalam. Seketika juga jantung seolah bersorak ria di dalam sana. Perasaan yang tak biasa sungguh mendebarkan dada.
"Lia...!!! Teriak Tia sambil membuka pintu menyadarkan keduanya yang saat ini masih saling bertatapan.
Dengan segera Lia meraih kuncinya dan menatap ke arah Tia. Suasana canggung kala itu dan kecurigaan Tia semakin membabi buta. Perasaan Tia mengatakan ada yang tidak beres di antara keduanya. Tia lantas menarik tangan Lia membawa Lia keluar dari ruangan dengan paksa.
Di koridor rumah sakit.
Lia menatap bingung sedangkan Tia menatap curiga ke arah Lia.
" Apa hubungan mu dengannya ?
Lia menatap Tia terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan Tia.
" Dia... Dia siapa ? Tanya Lia gugup.
" Tunangan Shella. Katakan apa hubungan kalian ?
" Frank... Franklin. Emmm Tentu saja teman. Dia kan tunangan sahabat ku.
" Baguslah jika kau menyadari bahwa dia tunangan sahabat mu. Aku rasa untuk wanita seperti mu tidak akan mungkin kau bisa tiba-tiba sangat dekat dengan seseorang yang baru saja kau kenal. Aku melihat kalian di restoran kala itu, Kau meninggalkan mobil mu di parkiran dan ikut bersamanya menaiki mobilnya. Seperti ada sesuatu, aku mencium bau-bau penghianatan. Kata Tia dengan tegas dan sedikit menuduh Tia.
" Tia jaga bicara mu !!! Aku tidak suka jika kau terlalu ingin tau tentang kehidupan ku !!! Kata Lia yang mulai marah.
" Jika tidak karena sesuatu yang janggal aku tidak akan ingin tau tentang hidup mu. Kata Tia berjalan pergi meninggalkan Lia.
" Tapi Ingat jika benar ada maka aku tidak akan pernah memaafkan mu. Shella adalah sahabat ku juga. Kata Tia sesaat menghentikan langkahnya dan kembali melangkah meninggalkan Lia.
Lia menarik nafas dalam-dalam dan saat itu tangannya sedikit bergerak memegang kepalanya yang sakit. Namun Lia kembali berjalan menuju ruangan Cecil untuk melihat keadaan Cecilia.
Franklin masih berada di dalam ruangan sedang menatap Cecilia dan menyelimuti Cecilia.
"Apa sudah selesai ?" Tanya Lia.
"Emmm... Ya sudah." jawab Franklin.
"Franklin sepertinya akan lebih baik jika mulai dari sekarang kau menjaga jarak dengan kami. Tia sudah mulai curiga dan kami bertengkar karena masalah ini, aku rasa dia melihat kita saat di restoran." Kata Lia.
Seketika raut wajah Franklin berubah. Franklin tersenyum dan tak lama berjalan melewati Lia. Setelah menarik nafas panjang Lia duduk tepat di sebelah Cecilia sambil menggenggam tangan Cecilia.
Rasa bersalah seketika menghantui Lia. Entah apa yang sudah aku lakukan, aku baru saja meminta Papa biologis mu untuk menjauhkan diri dari kita. Ini yang terbaik Cecilia, mama tidak ingin menyakiti Tante Shella dan Papa mu juga sangat mencintainya. Lagi pula kita berdua sudah bahagia bukan. Kata Lia sembari menyentuh rambut putrinya.
"Bagaimana jika aku ingin bertanggung jawab ? Apa kau akan menerima ku ? Apa kau bersedia ?"
Suara Franklin dari arah belakang. Ternyata sedari tadi Franklin mendengar ucapan Lia kepada Cecilia. Lia lantas menoleh dengan berat kebelakang, jantungnya seketika berdegup dengan kencang. Lia tidak menyangka Franklin masih ada di dalam ruangan ini. Dan sosok tinggi, kekar, dengan mata yang tajam itu sedang menatap ke arah Lia menanti jawaban.