Di sebuah Cafe berhampiran perusahaan Shella.
Tia sedang duduk di dalam restoran dan pandangan nya menatap ke arah jalanan yang saat itu bisa di lihat dari kaca transparan yang ada di hadapannya. Tak lama matanya memandang Shella yang masuk ke dalam restoran. Karena satu jam sebelumnya Tua sudah mengajak Shella untuk bertemu.
"Tia." Sapa Shella tersenyum dan di balas senyuman olah Tia.
"Maaf ya. Aku terlambat." Sambung Shella.
"Kenapa ? Kamu sibuk banget ya ?"
"Ya... Ada sedikit masalah di perusahan.
"Pasti sangat berat untuk mu. Belum lagi masalah pernikahan yang tinggal menghitung hari." Kata Tia menyentuh tangan Shella.
Shella tersenyum sembari mengucapkan terimakasih. Namun saat itu Shella teringat akan sesuatu yang kurang dari mereka.
"Lia... Mana ?" Tanya Shella.
"Aku sengaja tidak mengundangnya." Jawab Tia ragu dan saat itu wajahnya berubah murung.
"Ada apa dengan kalian ? Oh Ya... apakah Cecilia sudah baik-baik saja ? Tanya Shella sebenarnya ada sesuatu yang menjangal di dalam hati Shella ketika harus di ingatkan dengan momen saat dirinya mendapati Lia dengan Franklin sedang bermesraan kemarin.
Dengan berat hati namun akhirnya Tia membuka suara.
" Apa kau merasa ada yang aneh dari Franklin akhir-akhir ini ?" Tanya Tia.
Seketika Shella yang tadinya sedang menikmati Smoothies miliknya seketika tercengang dan melotot ke arah Tia.
"Em... Tidak, tidak ada yang aneh. Hanya saja belakangan ini Franklin terlihat sangat stres, mungkin karena terlalu lelah menangani masalah pernikahan."
"Apa kau tidak merasa ada orang ketiga di antara kalian ?" Pertanyaan Tia lantas membuat Shella tersedak dan saat itu Shella terlihat sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Tia.
"Apa maksudmu Lia. Ehemmm...!" Kata Shella to the point kepada Tia. Karena Shella merasa Tia sudah mengetahui sesuatu.
"Apa kau juga merasakan hal yang sama dengan ku ? Wahhhh aku benar-benar merinding mendengar ini. Kata Tia mengusap tangannya.
"Entahlah aku juga merasa ada sesuatu di antara mereka. Semua terlihat jelas pada saat Franklin terus-menerus menatap Lia saat kita berada di butik. Dan kemarin aku berniat mengunjungi Cecilia dan secara kebetulan aku melihat mereka dengan mesra di dalam ruangan itu sedang berpelukan. Aku berusaha berfikir positif tentang hal itu, namun sepertinya hal itu terlalu menganggu pikiran ku." Kata Shella.
"Aku juga melihat mereka di sebuah restoran dan mereka pergi dengan meninggalkan mobil Lia di area parkir. Semalam juga aku melihat mereka sedang saling bertatapan di dalam ruangan Cecil."
"La... Saran ku sebaiknya selidiki dulu apa yang terjadi di antara mereka. Aku tidak ingin kau menyesal menikahi Franklin. Sebelum semuanya terlambat sebaiknya kau mencari tau. Jika Lia sampai berkhianat, aku tidak akan pernah memaafkannya." Kata Tia dengan tegas.
Kala itu hati Shella semakin teguh dan yakin untuk mencari tau sebenarnya apa yang sedang Lia dan Franklin sembunyikan darinya.
Sedangkan Tia bertekad dalam hati untuk ikut membantu Shella membuktikan segalanya bahwa dugaannya adalah benar, Lia sudah merebut Franklin dari Shella. Tapi sebenarnya ada rasa khawatir juga kasihan jika sampai semua yang di pikirkan Tia adalah kebenaran yang sesungguhnya. Tia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hati Shella jika ternyata Franklin sudah mengkhianati nya.
Ruangan 107
Lia sedang menuangkan air panas kedalam gelas untuk membuatkan Cecilia susu. Namu kata-kata Franklin tiba-tiba saja menghantui pikirannya. Lia tidak memperhatikan saat itu air yang di ruangnya sudah mengalir melewati gelas tersebut. Alhasil air panas tersebut tumpah dan mengenai kaki Lia. Lia merintih kesakitan dan saat itu secara kebetulan Franklin baru saja membuka pintu ruangan dan berniat mengecek kondisi Cecilia.
Franklin berlari dengan sigap menghampiri Lia. Sedangkan Lia merintih kesakitan karena kakinya melepuh dan memerah. Franklin langsung mengangkat Lia dan membawanya duduk di atas Sofa. Cecilia terlihat kebingungan dengan biskuit yang masih melekat di bibir merahnya. Wajah Lia terlihat menahan sakit dan Franklin langsung berlari mengambil kotak obat di ruangannya. Dan dengan segera memberikan pertolongan pertama kepada Lia. Agar kaki Lia tidak melepuh parah.
"Kenapa kau sangat tidak hati-hati ?"
" Aku tidak sengaja menumpahkan nya di kaki ku." Jawab Lia sambil merintih sakit saat Franklin mengoleskan salep di kaki Lia.
"Semoga saja lukanya tidak parah. Karena air itu benar-benar panas. Bahkan kaki mu sampai memerah seperti ini. Kata Franklin berdecak dan saat itu menatap wajah Lia. Franklin harus sedikit mendongakkan kepalanya karena sedang dalam posisi berlutut di hadapan Shella.
"Aku tidak yakin apakah kau masih bisa memakai sendal mu atau tidak. Franklin menatap ke arah sendal Lia yang sedikit bertumit.
"Mama... Are you okay ? Tanya Cecilia yang hendak turun dari ranjang.
"No... No Honey... Just stay. Kata Lia panik.
Namun Franklin sudah terlebih dahulu menghampiri Cecilia.
"Ayo Papa bantu Cecilia turun. Kata Franklin.
Dugh Jantung Lia berdegup kencang kala Franklin menyebut dirinya sebagai papa di hadapan Cecilia. Belum lagi wajah Cecilia yang terlihat awalnya sangat terkejut dan tiba-tiba memancarkan senyum manis. Tak terasa di ujung mata Lia sudah bertumpuk air mata kegembiraan.
"Hem... Apakah tangan Cecil sakit saat suster mencabut jarum infusnya ?" Tanya Franklin.
"Nope... I'm okay." Kata Cecilia antusias.
"Woahhhh Good. I got a wonderful princess. Kata Franklin dengan semangat.
Dan saat itu terdengar suara Lia tertawa dan air matanya mengalir secara bersamaan.
Benar kata Franklin. Aku juga melihat hal yang sama, sama seperti apa yang ia lihat. Aku melihat sebuah keluarga yang bahagia ketika menatap mereka berdua sedang bercanda tawa. Dan aku percaya bahwa Franklin adalah sosok Papa yang baik untuk Cecilia. Semoga saja semua perasaan ini benar, karena aku mulai membuka hati ku untuknya. Mungkin jika saja aku mencarinya sejak dulu, dia sudah pasti akan bertanggung jawab. Hanya saja waktu sedang mempermainkan kami. Dan sedang menguji kami.
"Papa...!!! Putri...!!! Apa maksudnya ? Tidak mungkin Franklin menyebut dirinya sendiri sebagai Papa dari anak Lia, dia tidak akan sembarangan menggunakan panggilan itu di dirinya. Seharusnya Cecilia memanggil Uncle. Batin Shella yang berdiri di depan pintu ruangan Cecilia.