Pertemuan kita dari sebuah ketidaksengajaan.
Kau dan Aku menjadi satu tanpa pernah kita bayangkan.
Aku tidak memandang mu sebagai sebuah kesalahan.
Aku sedang memandang mu dan entah mengapa jiwaku penuh dengan harapan.
From. Lia ( My First Love Is My Husband ).
**************************************
Apakah ini ketulusan, atau hanya sebuah belas kasihan. Jika ini hanya belas kasihan dari Franklin jujur hal ini akan sangat menyakitkan. Aku tidak sedang meminta sebuah pertanggungjawaban aku hanya menginginkan hidup yang terbaik untuk kedepannya tanpa menyakiti siapa pun, atau bahkan membuat hati yang lain terluka. Tapi kata-kata Franklin terlihat sangat tulus. Wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun keraguan.
"Apa kau melakukan ini karena kau merasa simpati atau hanya ingin bertanggung jawab. Jika Ya... maaf aku tidak bisa." Kata Lia mendorong sedikit tubuhnya menjauhi Franklin.
"Bagaimana jika aku mengatakan ketika aku memandang matamu dan ketika aku memandang mata Cecilia. Aku membayangkan sebuah keluarga yang indah masa depan yang cerah dan kebahagiaan yang berlimpah. Aku tidak akan berkata jika aku tidak yakin dan memintamu juga Cecilia masuk ke dalam hidupku adalah permintaan hati bukan pikiran atau rasa bersalahku.
"Tapi bagaimana dengan Shella ?
Seketika Franklin diam tanpa menjawab pertanyaan dari Lia.
"Aku akan membicarakannya dengan Shella. Bagaimana pun aku tidak ingin membangun hubungan yang tidak jujur. Di bandingkan Shella, kalian lebih membutuhkan sosok ku ketimbang Shella.
Di waktu yang bersamaan dari arah luar pintu tepatnya nya di depan kaca pintu Shella sedang berdiri. Mengatupkan mulutnya dengan kedua tangan. Shella tidak mendengar apa yang sedang Franklin dan Lia bicarakan namun dari tingkah mereka saat itu, apalagi saat mereka sedang berpelukan. Entah mengapa batin Shella mengatakan ada sesuatu di antara Sahabat nya dan tunangannya. Hubungan yang tidak biasa. Shella mundur perlahan dan berjalan meninggalkan rumah sakit. Awalnya saat Shella menerima kabar dari Tia, Shella langsung bergegas dari perusahaan menuju Rumah sakit.
Lia masih belum mampu menjawab pertanyaan dari Franklin. Bagaimanapun Lia masih ingin memikirkan hal ini dengan serius karena pernikahan bukanlah perkara main-main. Belum lagi entah bagaimana nantinya hubungannya dengan Shella apakah akan membaik atau tidak, sudah pasti tidak akan seperti dulu. Dan kekhawatiran itu menghambat Lia untuk menerima Franklin.
Franklin sudah pergi meninggalkan ruangan sejak tadi meninggalkan Lia yang sedang menyuapi Cecilia. Tatapannya kosong dan suara Cecilia memanggil namanya sudah tak dapat ia resapi. Ia hanya menatap putrinya dan pikirannya melambung tinggi. Berkhayal dunia indah bersama Keluarga kecilnya dan yang tidak bisa di pungkiri bahwa yang ia bayangkan saat itu adalah Franklin yang menjadi sosok Pria yang bersama mereka.
Di Dalam ruangannya.
Shella memegang Segelas Coffee sambil memandang ke arah luar. Benaknya masih dipenuhi dengan beberapa pertanyaan yang belum terjawab tentang Franklin dan Lia. Sebenarnya ingin sekali Shella mengabaikan apa yang baru saja ia lihat. Berusaha berpikir positif dan tidak memandang Lia dan juga Franklin sebagai seseorang yang berkhianat di antara hubungannya dengan Franklin. Namun perasaan Sheila merasa ada yang janggal di antara keduanya karena Lia bukan merupakan tipe wanita yang bisa dekat dengan seseorang yang baru saja ia kenal. Belum lagi saat berada di butik terlihat ekspresi Franklin sedikit berbeda memandang Lia dengan memandang Tia mata Franklin tak pernah lepas dari wajah Lia. Bahkan beberapa hari belakangan sikap Franklin benar-benar berubah. Shella menarik nafas dalam-dalam dan tak lama ia berjalan kembali ke meja kerjanya. Shella benar-benar tidak bisa berfikir saat ini. Perusahaan sedang berada di ujung tanduk dan juga hubungannya dengan Franklin tiba-tiba saja menjadi runyam.
Sore Hari.
Franklin sudah mengirim pesan kepada Shella untuk menunggu di depan perusahaan. Semenjak akan menikah Franklin tidak mengijinkan Shella menyetir sendiri.
Di dal mobil.
Lagi-lagi keduanya diam tanpa kata. Shella sedang di timbun berbagai pertanyaan sedangkan Franklin bingung bagaimana cara menjelaskan. Sungguh berat untuk Franklin berkata jujur kepada wanita yang sudah ia cintai sejak lama. Franklin memutuskan untuk diam saat melihat raut wajah Shella yang kurang baik. Pernikahan yang hanya menghitung hari entah akan bagaimana akhirnya. Namun sebenarnya andai ada kesempatan untuk nya memiliki Shella dan Cecilia secara bersamaan maka hidupnya akan sangat sempurna.
Sesampainya di depan rumah Shella. Shella langsung turun dan mengucapkan terima kasih kepada Franklin. Franklin berlari menghampiri Shella dan memeluk Shella. Franklin memeluk Shella karena saat itu tidak mampu meminta maaf secara langsung melalui pelukan Franklin sebenarnya sedang meminta maaf kepada Shella, karena mungkin saja di masa depan atau suatu hari nanti yang tidak akan terhitung kapan dan dimana. Franklin pasti akan menyakiti hati Shella karena sudah memilih Cecilia dan Lia.
"Good Night..." kata Franklin dan tanpa memandang wajah Shella Franklin langsung masuk ke dalam mobilnya.
Franklin memutuskan kembali ke rumah sakit. Untuk melihat keadaan Cecilia dan Lia.
Di dalam ruangan.
Lia tertidur pulas di atas sofa begitu juga dengan Cecilia yang masih tertidur di atas ranjang. Tangan Lia menjadi penyangga kepalanya dan wajahnya terlihat berkerut kusam. Franklin menghampiri Lia dan saat itu menarik selimut yang ada di lemari. Selimut yang memang di sediakan pihak rumah sakit. Franklin menyelimutkan nya di tubuh Lia.
"Wanita yang kuat." Batin Franklin menatap Lia dalam.