Chereads / My First Love Is My Husband / Chapter 63 - Aku Ikhlas ( Bab 63)

Chapter 63 - Aku Ikhlas ( Bab 63)

Di rumah sakit.

Franklin berlari tergesa-gesa ke arah taman rumah sakit setelah mendapat pesan dari Shella. Sudah 3 hari sejak kemarin Shella tidak mengangkat atau bahkan membalas pesan Franklin namun tiba-tiba saja Shella mengirim pesan kepadanya dan mengatakan saat ini dia berada di taman Rumah sakit.

Shella duduk di kursi taman memandang ke arah pemandangan taman hijau yang luas dan dihiasi air mancur di bagian tengah taman. Franklin sedikit menarik nafas dan tangannya sengaja ia masukkan ke dalam jas putihnya. Kemudian Franklin berjalan perlahan dan duduk tepat di sebelah Shella.

"Kenapa tidak membalas pesan atau mengangkat telpon ku ? Tanya Franklin.

"Aku hanya butuh waktu untuk berfikir." Kata Shella.

"La... Mungkin maaf saja tidak akan cukup untuk meredakan situasi ini. Aku bahkan bingung harus berkata apa, namun yang jelas aku hanya ingin bertanggung jawab tidak hanya sebagai seorang laki-laki tapi juga sebagai seorang Ayah. Cecilia butuh aku, dan aku tidak ingin Cecilia bernasib sama dengan ku. Walau semuanya terjadi tanpa sengaja tapi semua ini nyata dan aku harus ada bersama mereka. Aku tidak bisa hanya menutup mata dan seolah tidak terjadi apa-apa. Kau juga tau seberapa besar aku mencintaimu sejak 5 tahun terakhir tapi sepertinya kau memang bukan jodohku. Kata Franklin.

Mendengar perkataan Franklin Shella sedikit menitihkan air mata. Air mata yang bukan berarti Shella sedih tapi air mata kebahagian karena sudah mendengar segalanya dari mulut Franklin. Dan Shella bangga karena Franklin sangat bertanggung jawab.

Shella merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru tua yang berbulu tersebut. Kotak itu adalah kotak cincin ketika Franklin melamarnya. Dan Shella menyerahkan cincin tersebut ke tangan Franklin.

"Nah... Ambil ini, aku tidak cocok memakainya. Berikan kepada Lia, dia lebih cocok di bandingkan aku. Kata Shella tersenyum sembari menghapus air matanya yang terus-menerus mengalir.

Franklin mengambil kotak tersebut dan menatap Shella.

"Aku ikhlas dan juga sangat berterima kasih karena 5 tahun terakhir kau menjadi orang yang sangat istimewa di hidup ku. Kau menjadi sandaran saat aku menangis, menjadi orang pertama yang selalu mengkhawatirkan ku juga menjadi pria yang selalu mencintai ku. Maaf jika selama lima tahun aku tidak bisa membalas perasaan mu dan juga sangat banyak mengecewakan mu. Aku sangat berhutang budi kepada mu Franklin. Bahkan sampai saat ini aku tidak mampu membayarnya, aku hanya bisa mendoakan mu bahagia bersama Lia dan Cecilia. Sekali lagi terimakasih sudah mengisi memori indah di hidup ku. Mari berteman seperti dulu. Kata Shella.

Franklin menarik Shella kedalam pelukannya. Shella menangis di dalam pelukan Franklin. Sedangkan Franklin mengelus rambut Shella beberapa kali.

"Aku juga sangat berterimakasih karena tidak peduli sebesar apa kau mencintai Jonathan tapi kau selalu bersedia menjaga perasaan ku dan tetap memilih di sisiku. Aku tidak tau akan jadi apa aku tanpa cintamu. Terima kasih Shella. Kau adalah Cinta yang tidak akan pernah aku lupakan. Kata Franklin.

Shella memeluk erat Franklin. Perasaannya lega dan lebih tenang dari biasanya seolah Shella baru saja menjatuhkan bebannya ke jurang yang dalam. Ini saat dimana Shella ingin hidup dan bernafas dengan bebas. Shella tidak harus memikirkan perasaan orang lain dan melukai perasaan nya sendiri.

Tentang Jodoh itu hanya tuhan yang tau. Tidak peduli seberapa kamu mencintai seseorang. Tidak perduli seberapa kamu sangat tidak menyukai seseorang, jika tuhan berkata dia adalah jodohmu maka tidak ada siapapun yang bisa merubahnya. Dan tidak perduli dia ada di belahan bumi mana, tuhan akan mempertemukan mereka dan membuat mereka menyatu dengan berbagai cara.

Di hidup ini tidak ada yang namanya dimiliki maupun memiliki karena hakikatnya semua hanya milih Tuhan semata. Jadi jangan terlalu memperjuangkan seseorang dan jangan pula terlalu mengabaikan seseorang. Karena mungkin saja dia sebagian dari cerita hidup bahagia mu. Yang suatu saat nanti kamu ceritakan kepada Tuhan di alam baka.

Kediaman Shella

Shella menerima telpon dari papanya.

"Hello Pa..."

"La... Apa sebenarnya yang terjadi kenapa pagi ini kamu mengirim pesan dan mengatakan pernikahan kalian di batalkan ? Tanya Papa.

"Pa... Papa percaya kepada takdir Tuhan. Bahwa kita yang berencana tanpa kehendaknya semua hanyalah sia-sia. Tidak perlu alasan Pa. Jawabanku akan tetap sama ini adalah takdir di antara ku dengan Franklin.

"La... sebaiknya jangan bercanda. Papa bahkan sudah menelpon klien papa dan sudah mengundang mereka. Kata Papa.

"Pa... Katakan kepada mereka semua di batalkan. Maafkan Shella sudah membuat Papa harus menanggung malu. Kata Shella.

"Papa harus bicara dengan Franklin. Kata Papa dengan tegas.

"No... Ini ga ada masalah dengan Franklin Pa. Masalahnya ada di aku Pa. Aku yang membatalkan pernikahan ini.

Shella mencoba untuk tidak memperpanjang masalah dan berusaha membuat Papanya percaya bahwa Shella lah yang bersalah.

"Karena kamu mencintai Jonathan. Tapi sejak awal kamu bersikeras menerima Franklin. Papa sudah tau segalanya La, dan saat itu sebenarnya Papa sudah sangat ingin menjodohkan kamu dengan Jonathan. Tapi kamu yang menolaknya secara terang-terangan. Kata Papa.

Seketika Shella melemah tangannya seolah tak berdaya, dan Handphone Shella terbanting ke lantai. Panggilan dengan Papanya terputus dan Shella yang terkejut merosot ke lantai dan matanya menatap kosong.

"Semua salahku. Aku yang terlalu munafik atas perasaan ku sendiri, sampai akhirnya aku kehilangan dia pria yang aku cintai. Batin Shella.

"Andaikan aku punya kesempatan lain maka aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku pasti akan mengatakan kepada Jonathan setiap harinya bahwa aku mencintainya. Aku tidak akan membiarkannya pergi tanpa kata Cinta. Tapi kesempatan tidak akan datang lagi karena dia sudah tiada.