Di dalam sebuah ruangan putih dengan lampu yang menyorot jelas wajah cantik nan anggun yang saat ini sedang berpose elegan di depan kamera. Lia memamerkan senyum indah nya ke arah kamera dan sesekali memasang tatapan datar.
"1... 2... 3... Okay Nice." Ucap Photographer tersebut memuji Lia.
"Okay Guys... Kita Break sebentar." Sambung Photographer tersebut.
Saat itu semua orang kembali ke tempat istirahat dan Lia kembali ke ruangannya. Saat akan membuka ruang ganti tiba-tiba Lia di kejutkan oleh Cecilia dan Franklin yang bersembunyi di sebalik pintu. Lia sama sekali tidak tau kalau Franklin dan Cecilia akan datang mengunjunginya di pemotretan.
"Mama...!!! Seru Cecilia dengan meriah sembari merentangkan tangannya meminta Lia untuk menggendongnya.
Lia langsung menangkap putri kecilnya dan menciumi pipi chubby Cecilia. Saat itu Franklin terlihat hanya berdiri sambil tersenyum dan menatap ke arah kedua wanita yang saat ini sudah menjadi titik kebahagiannya. Tak lama Franklin berlutut di hadapan Lia dan saat itu dari arah belakang sudah ramai orang yang datang dan memberikan tepuk tangan. Beberapa dari mereka memegang bunga mawar merah dan masing-masing dari mereka menyerahkan setangkai demi setangkai bunga mawar merah ke tangan Cecilia dan Lia. Cecilia terlihat sangat antusias, sedangkan Lia sudah menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar. Tak lama Franklin mengeluarkan kotak cincin dan di dalam kotak tersebut ada sebuah cincin berlian dan sebuah gelang kecil yang di peruntukan untuk Cecilia putrinya.
"Will you marry me...? Suara Franklin membuat semua orang bersorak kegirangan.
Lia berkaca-kaca dan saat itu bahkan air matanya sudah mengalir. Rasa haru membendung Lia.
"Mungkin kau masih terlalu terkejut tapi aku rasa ini adalah keputusan yang terbaik. Biarkan hari-hari selanjutnya kita belajar mencintai satu sama lain. Saling mengenal dan saling berbagi cinta. Lia mari menua bersama ku melewati siang dan malam bersama. Aku dan kau mari kita besarkan anak-anak bersama. Kata Franklin.
Lia mengangguk dan langsung menghampiri Franklin. Menangis tersedu di dalam pelukan Franklin. Franklin mencium kening Lia dan kembali mencium Cecilia. Cecilia terlihat sangat bahagia meskipun sebenarnya dia belum terlalu mengerti situasi sebenarnya.
Franklin memasangkan cincin berlian di tangan Lia dan terlihat sedikit ada senyum lebar di wajah keduanya. Selanjutnya Franklin memasangkan gelang di tangan Cecilia. Cecilia terlihat sangat antusias. Dan seru kebahagian dari beberapa orang yang berada di tempat pemotretan memenuhi ruangan tersebut.
Di dalam Mobil menuju kediaman Lia.
Lia terlihat sangat gelisah dan sedari tadi raut wajah cemasnya tak kunjung surut. Sedangkan Cecilia hanya memandangi wajah Franklin yang sesekali terlihat mengajak Cecilia bermain.
"Are U Okay ? Tanya Franklin.
"Yup... Emmm... Sebenarnya sudah lama aku tidak menginjakkan kaki di rumah orang tua ku. Entah apa tanggapan mereka soal pernikahan kita. Papa dan Mama ku tidak pernah peduli kepada ku. Mereka hanya sibuk bekerja siang dan malam, bahkan ketika mereka tau Cecilia ada mereka malah membuang ku dari hidup mereka."
Lagi-lagi wanita ini membuat Franklin merasa takjub sekaligus iba. Jadi selama ini dia berjuang sendiri bahkan tanpa sokongan dari kedua orang tuanya. Namun ia masih bisa tersenyum dan menyayangi Cecilia sepenuh hati. Sungguh wanita yang langka. Batin Franklin memuji-muji Lia. Dan refleks tangannya mengelus rambut Lia dan tersenyum ke arah Lia.
"Ini akan menjadi hari terakhir kau berjuang sendiri. Karena setelahnya aku akan selalu ada dan aku akan selalu menjaga mu." Kata Franklin.
Kami baru saja bertemu dan baru saja mengenal, tapi hati sudah tau dimana dia bisa merasa nyaman. Bahkan lewat sentuhan sudah cukup membuat hati bergetar hebat dan seolah melambung tinggi ke udara. Bisik Lia dalam hati.
Ruangan Shella.
Tia menggenggam erat tangan Shella yang saat itu saling duduk berdampingan di sofa. Merka baru saja bercerita tentang singkat waktu. Mereka baru saja saling mengenal di SMA kemudian Kuliah dan sekarang sudah saling berkarir dengan kemampuan masing-masing.
"Aku tidak mengerti hati mu terbuat dari apa ? Kau selalu saja menjadi wanita yang berhati malaikat. Apa kau tidak pernah marah ? Tanya Tia sambil tertawa.
"Aku pernah dan bisa di bilang sering. Tapi aku tidak melampiaskan nya kepada siapapun aku melampiaskannya kepada diriku sendiri. Karena percuma jika aku marah, berteriak keras dan membentak orang tersebut. Hasilnya adalah aku semakin merasa marah." Kata Shella.
"Jadi apa kau sudah mau bicara kepada Lia ?" Tanya Shella kembali.
"Aku belum bisa memaafkannya. Aku merasa kecewa karena akhirnya dia melukai mu." Kata Tia.
"Oh... Ayolah, aku tidak merasa tersakiti sama sekali. Lalu Lia juga tidak bermaksud menyakiti ku. Takdir memang sangat mengejutkan dan tidak semua orang bisa mengeri atau menerima takdir itu dengan positif." Kata Shella.
"Maksudku kenapa dia tidak mengikhlaskan saja Franklin menikah dengan mu. Kenapa dia malah menghasut Franklin untuk meninggalkan mu." Kata Tia.
"Aku yakin dia melakukannya tapi mungkin Franklin yang tidak ingin meninggalkan mereka. Lagi pula ini awal yang baik untuk ku. Sebenarnya aku belum terlalu siap untuk menikah." Kata Shella.
"Terserah... Yang jelas aku belum bisa memaafkannya." Kata Tia.
Mereka tertawa, sembari menyeduh teh yang ada di tangan mereka. Namun tak lama Luna sekertaris Shella masuk dengan tergesa-gesa menghampiri Shella dan Tia bahkan tanpa mengetuk pintu. Wajahnya terlihat sangat khawatir dan juga sangat gelisah. Sambil memegang surat kabar Luna menghampiri Shella.
"Tuan dan Nyonya Bramasta...! Anda harus melihat ini. Kata Luna dengan wajah panik dan menyerahkan surat kabar yang ada di tangannya.