Chereads / My First Love Is My Husband / Chapter 61 - Mendapatkan Jawaban ( Bab 61 )

Chapter 61 - Mendapatkan Jawaban ( Bab 61 )

Segera Shella melangkah masuk dan meletakkan parsel buahan yang ada di tangannya ke atas meja. Saat itu Shella langsung menghampiri Franklin dan Cecilia. Shella sedikit menarik tangan Franklin untuk membuat Franklin menoleh kearahnya.

"Papa !" What do you mean ? Tanya Shella.

Lia yang saat itu dalam posisi duduk dengan segera berdiri tegak dan berjalan dengan takut menghampiri ketiganya.

"La...! Ka- Kamu disini. Kata Franklin gugup.

Tidak Frank ini waktu yang tepat jika ingin memberitahunya. Dia berhak mengetahui segalanya, aku tidak boleh egois. Batin Franklin.

"Frank. No... please..." Kata Lia menggelengkan kepalanya.

Franklin menatap Lia dan Shella menatap bingung ke arah keduanya.

"Tadi... Tadi Franklin cuma salah bicara kok La. Kata Lia.

Sorry Frank. Aku gak bisa mengakuinya sekarang, aku ga siap kehilangan sahabat terbaik di hidup ku. Dia sudah cukup hancur dengan kehilangan Jonathan. Aku ga mau egois dan merebut kamu darinya.

Saat itu entah mengapa muncul ketakutan di hati Lia. Lia takut dan merasa bersalah jika Shella mengetahui segalanya. Namun tidak dengan Franklin yang sangat terkejut mendengar pernyataan Lia. Bukankah sebelumnya kami sudah sepakat, batin Franklin.

"Dia putri kandung ku. Kata Franklin dengan tegas namun matanya tetap menatap ke arah Lia yang saat itu menggeleng beberapa kali.

"La... Franklin menarik tangan Shella. Cecil putri ku, dan aku baru saja mengetahui hal itu. Ini semua kebetulan terjadi sebulan sebelum pernikahan kita, aku mengetahui segalanya sebulan sebelum kita mengikat janji. Kata Franklin berusaha meyakinkan Shella yang saat itu terlihat masih belum bisa percaya dengan apa yang ia dengar.

"Apa maksud kalian ? Aku... Aku benar-benar tidak mengerti. Kata Shella yang saat itu perlahan menjauh dari Franklin.

Lia langsung menarik tangan Shella dengan histeris dan menangis sembari meminta maaf kepada Shella.

"La... Kalo kamu tetap mau nikah sama Franklin aku gapapa. Aku bakalan tetap bahagia untuk kalian, dan Franklin masih boleh menganggap Cecilia anak. Aku ga memaksa Franklin buat tanggung jawab La. Aku ga akan maksaa... Huuuu.

Shella menatap bingung dan entah mengapa air matanya ikut mengalir deras. Seperti sambaran petir di hatinya. Hujan kembali mengikis hatinya perlahan, perasaannya kembali terluka dan Shella tidak tau jelas apa yang membuatnya terluka saat ini. Karena Cinta nya belum tumbuh sama sekali. Atau luka ini karena sudah terlanjur berharap dan sudah menggantungkan hidupnya kepada Franklin. Atau pula karena Shella tidak bisa menjalankan permintaan terakhir Jonathan meskipun permintaannya secara tidak langsung.

Apa-apaan ini bahkan tanpa aku mencari tau semuanya sudah terungkap dan sangat mengejutkan. Apa yang harus aku lakukan, nafas ku terasa mencekam dan jemari ku seolah bergetar. Aku belum bisa menenangkan pikiran ku dan juga belum bisa berfikir secara jernih. Belum lagi pernikahan yang tinggal menghitung hari. Apakah semuanya akan batal, apakah aku akan kembali sendiri. Tapi bagaimana dengan Mama dan Papa. Bagaimana perasaan mereka jika mengetahui bahwa aku batal menikah. Tuhan apa yang harus aku lakukan.

Shella bergerak menepiskan tangan Kita perlahan dan berjalan dengan cepat meninggalkan Lia dan Franklin juga Cecilia yang terlihat kebingungan.

Saat itu Franklin sempat berteriak "La... Dengar dulu penjelasan ku !"

Sedangkan Lia berusaha mengejar Shella namun dengan segera Franklin menarik tangan Lia.

"Tidak biarkan dia sendiri dulu." Kata Franklin.

"Kenapa kau mengatakannya. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan Shella. Kau sangat keterlaluan. Kata Lia memukul tangan Franklin yang sedang menahan tangannya.

"Sekarang atau besok hasilnya akan tetap sama saja. Aku tidak bisa membiarkan kebohongan ini berlarut dan membuatku buta. Aku ingin bertanggung jawab untuk kalian dan tekat ku sudah bulat. Kata Franklin.

"T-tapi Shella. Dia terlihat sangat marah. Huuu... aku tidak ingin kehilangan sahabat ku Frank. Kata Lia.

"Kau tidak akan kehilangan siapapun Lia. Aku akan menjelaskan segalanya. Orang yang seharusnya dia benci adalah aku bukan kau. Kata Franklin.

Franklin menarik Lia kedalam pelukannya dan berusaha menenangkan Lia yang terlihat sangat histeris. Sebenarnya perasaan Franklin saat itu juga sakit. Cinta yang selama ini ia perjuangkan akhirnya berakhir.

Takdir Tuhan memang sesuatu yang tidak bisa di ubah oleh siapapun. Tidak peduli seberapa keras kamu memperjuangkan seseorang, jika Tuhan berkata dia bukan jodoh mu maka sampai kapan pun dia bukan lah jodoh mu.

Shella berlari dan meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang sangat kacau menuju perusahaan Tia. Kala itu Shella benar-benar butuh bahu untuk tempatnya menangis dan entah mengapa Shella memilih Tia. Saat itu lagi-lagi hujan deras tiba-tiba melanda kota Jakarta. Petir yang seolah sambung-menyambung membuat hati Shella semakin kacau dan bergetar. Saat itu setelah menempuh perjalanan 20 menit Shella sampai di depan perusahaan Tia. Shella berlari membabi buta menerobos derasnya hujan kala itu. Tubuhnya basah kuyup, hidung dan pipinya memerah karena terlalu banyak menangis. Shella langsung menuju ruangan Tia, tanpa mengetuk Shella masuk dan saat itu wajah Tia terlihat sangat terkejut. Tia yang sedang berbicara dengan sekretarisnya langsung bangkit dan meminta sekertaris nya untuk keluar.

"La... Kamu kenapa ? Tanya Tia yang langsung menghampiri Shella.

"To... Tolong carikan handuk di mobil saya. Kata Lia kearah sekertaris nya yang saat itu baru saja akan membuka pintu.

Shella langsung memeluk Tia dengan erat dan menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Tia. Shella belum mampu mengucapkan sepatah katapun kepada Tia. Hal itu membuat Tia kebingungan.

Tia membawa Shella untuk duduk di sofa dan berusaha menenangkan sahabatnya yang saat itu tidak bisa berhenti menangis. Setelah agak sedikit tenang barulah Shella memberitahu segala nya kepada Tia. Tia terlihat sangat marah kala itu dan menganggap Lia sudah menjadi penghancur hubungan Shella dan Franklin.

"Dia tidak pantas di anggap sahabat. Benar-benar Pagar makan tanaman, aku sudah feeling sejak awal bahwa ada sesuatu di antara mereka.

"La... sebaiknya tenangkan diri mu dulu. Dan keringkan pakaian mu. Kata Tia.