Chereads / Echoes Of Love|GAoW1| / Chapter 6 - Echoes Of Love|GAoW1| [6]

Chapter 6 - Echoes Of Love|GAoW1| [6]

_______________

Mansion.

Bau harum masakan tercium sampai ke dalam kamar mewah yang lebih di dominasi oleh warna merah dan hitam. Sentuhan nuansa masculin sangat terasa saat memasuki kamar utama mansion megah ini. Saat kota berjalan jauh kedalam kamar. Sebuah pintu yang menghubungkan ruang tidur dengan walk in closet super mewah sedang terbuka lebar. Disana berdiri seorang pria bertubuh atletis dengan handuk yang kurang terlilit dengan benar. Tetesan air yang jatuh dari rambutnya menetes ke dada bidang miliknya dan tentu saja lantai yang berada dibawahnya. Rasanya pemandangan seperti itu dapat membuat kaum hawa kesulitan walau hanya untuk bernapas. Atau mungkin bisa langsung membuat pingsan?.

Dengan gerakan sangat cepat pria itu mengambil kemeja putih polos dan langsung mengenakan nya. Tak lupa juga celana panjang berwarna beige dan jas yang berwarna serupa. Dan tidak ketinggalan sebuah dasi berwarna merah gelap yang melengkapi tampilan sempurna nya.

Langkah kakinya yang tegas dan mengintimidasi menulusuri anak tangga yang menghubungkan lantai satu dan lantai dua rumahnya. Sebenarnya lift juga ada di mansion megah miliknya tapi demi menghemat waktu dan berhubung dia bisa melewati dua tangga sekaligus jadi dia memutuskan untuk menggunakan tangga saja.

Suara tawa seorang wanita semakin terdengar dari arah dapur saat langkah Aiden semakin dekat dengan pintu dapur. Tanpa sadar Aiden melengkungkan sedikit bibirnya keatas. Senyuman mematikan itu menambah kadar ketampanan yang ia miliki berkali-kali lipat. Tidak percaya?. Buktikan sendiri.

Aiden terus menatap Lova sambil tersenyum tipis. Dia mulai membayangkan bagaimana kalau wanita itu tertawa dihadapannya dan karena dirinya. Pasti terlihat sangat indah.

DUG!

Kedua mata Aiden langsung membulat dengan sangat sempurna saat dia tidak sengaja menabrak meja yang menjadi pembatas antara dapur kotor dan dapur bersih. Dia menatap kearah dapur kotor tempat dimana wanita itu berada dengan cemas. Sial!! Siapa sih yang meletakkan meja ini disini?!. Mau dipecat ya?!. Rutuknya dalam hati.

Aiden menggeram sesaat sebelum memutuskan untuk berlari setelah mendengar suara Lova yang terkejut dari dalam dapur kotor. Dengan langkah yang lebar Aiden berlari ke meja makan dan langsung mengambil posisi duduk di kursi utama yang terletak paling ujung. Diaturnya kembali napasnya yang tidak teratur karena rasa cemas nya tadi. Tunggu. Kenapa aku malah lari ketakutan seperti tadi?! Aku kan boss disini! Tapi kenapa aku-. Rutuknya lagi dalam hati.

"Sir!!!." Teriak Lova sambil berlari dari arah dapur.

Aiden sedikit tersentak karena terkejut ketika suara Lova yang melengking tinggi menggema di ruang makan. Wanita itu langsung menormalkan napasnya saat dia sudah berada disebelah Aiden. Sedangkan pria itu malah berusaha untuk menormalkan raut wajahnya yang terkejut sebelum mulai berbicara.

"Apa kau sedang membentak atasan mu sekarang?." Tanya Aiden dengan sikap dingin seperti biasa.

Gelengan keras langsung diberikan oleh wanita itu. Kedua bola matanya langsung membulat sempurna beserta mulutnya yang ikut terbuka. Kedua tangan nya melambai menandakan kalau pernyataan atasan nya itu salah.

"Tidak sir-maksud saya, saya tidak sengaj-maksud saya. Saya minta maaf sir saya tidak sengaja. Sungguh." Ucap Lova menyesal.

"Bagus kalau kau merasa menyesal." Ucap Aiden angkuh.

"Maafkan kecerobohan yang saya lakukan. Saya tidak akan mengulanginya di masa depan." Ucap Lova sambil membungkukkan badannya.

Aiden dapat mendengar jika wanita itu sedang menghembuskan napasnya kesal ditengah permintaan maafnya. Aiden tidak dapat menahan senyuman geli nya. Sampai sejauh ini tidak ada wanita yang bisa melakukan hal yang dilakukan Lova. Yang ada malah mereka bersikap manja dan bertindak seperti seorang jalang. Ah dia lupa. Wanita yang menempel padanya seperti parasit memanglah jalang. Tapi saat dia melihat Lova. Semuanya nampak berbeda dan istimewa.

"Oke. I understand what do you mean, but." Ucap Aiden sambil tersenyum licik.

Lova membulatkan kedua bola matanya karena tidak percaya pada apa yang pria itu katakan. Apa dia tetap tidak dimaafkan walaupun sudah meminta maaf berkali-kali?.

"A mistake will still be punished." Ucap pria itu dengan suara berat nya.

Aiden menyeringai penuh kemenangan sementara Lova kembali terkejut dengan apa yang barusan pria itu katakan. Dia tidak bisa menerima begitu saja perkataan pria itu. Memang benar dia bawahan pria itu tapi seorang pekerja juga punya hak.

"What?! But..Sir-." Ucap Lova tidak terima.

Lova berusaha memberi pembelaan tapi suara berat dan tegas milik Aiden kembali menusuk indra pendengaran milik Lova.

"Do you want additional punishment?." Tanya Aiden dengan penuh penekanan.

Lova menggigit bibir bawahnya lalu menundukkan kepalanya ke bawah. Kalau seperti ini dia tidak punya pilihan lain selain menuruti pria itu. Untuk wanita miskin dan tidak berstatus tinggi seperti dirinya ini. Hanya bisa menerima semua pilihan yang bahkan tidak bisa dia pilih sesukanya.

"No sir." Ucap Lova terpaksa.

Aiden kembali menyeringai senang karena wanita itu kembali tunduk dan menuruti semua perkataannya.

"Good." Ucap pria itu puas.

Lova membalikkan badannya membelakangi Aiden lalu berbalik kembali setelah memikirkan sesuatu. Pria itu kini sedang memeriksa sesuatu di ponsel genggam miliknya dengan serius.

"Sir.." Panggil Lova dengan oenih hati-hati.

Aiden melirik sekilas kearah Lova lalu menatap kembali grafik-grafik rumit yang ada di dalam layar ponselnya dengan serius.

"What's the problem?." Tanya pria itu tanpa mengalihkan tatapannya.

Lova mengusap tengkuk nya yang sebenarnya sama sekali tidak terasa gatal sebelum melanjutkan perkataannya. Dia bingung harus menanyakan hal ini dengan kata apa. Namun rasa penasarannya terlalu besar jadi dia memutuskan untuk tetap menanyakan hal ini.

"Apa Sir.. melihat seseorang lewat disini tadi?." Tanya Lova pelan dan ragu.

Aiden memejamkan kedua matanya sejenak. Dia pikir Lova akan melupakan kejadian memalukan tadi tapi nyatanya sekarang dia malah bertanya pada sang pelaku yang menyebabkan kekacauan tadi?! Sungguh?! Apa menurutmu pelaku akan mengaku jika ditanya seperti ini? Ofcourse not!.

"Apa menurutmu aku melihat orang itu?." Tanya Aiden sambil menatap Lova dengan tatapan sinis.

Lova menggigit bibir bawahnya takut. Dia sangat bodoh karena bertanya hal sepele pada atasannya yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya. Dia langsung merutuki kebodohan yang dia buat dalam hati.

"T-Tidak Sir." Jawab Lova pelan.

"You already know the answer but you still asking me." Ucap Aiden dingin.

"I'm sorry Sir." Ucap Lova menyesal.

Lova langsung membalikkan badannya sambil terus merutuki kebodohannya. Bisa-bisa nya dia bertanya seperti itu pada atasan nya. Lova berjalan dengan sangat cepat dan kembali kedalam dapur sementara itu Aiden kini sedang tertawa terbahak-bahak melihat raut muka Lova yang lucu.

"She's very adorable." Ucap pria itu ditengah tawanya.

Tidak lama kemudian dia menghentikan tawa nya. Apa yang terjadi pada dirinya?!. Kenapa dia merasa bahagia seperti ini hanya karena raut muka wanita itu?. Dia tidak gila kan?

"Tunggu." Ucapnya pada dirinya sendiri lalu terdiam.

"Kenapa aku." Ucapnya lagi.

"Kenapa aku tertawa hanya karena melihat dirinya?!." Ucap Aiden heran sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Ruang makan.

Lova meletakkan satu mangkuk penuh makanan yang telah ia masak dengan hati-hati dan penuh ketelitian. Setelah selesai meletakannya dengan hati-hati didepan Aiden. Dia lalu berdiri di sebelah kanan tempat duduk Aiden dan mulai menjelaskan apa yang dia masak pagi ini.

"Pagi ini saya memasak bubur ayam yang didalamnya telah dicampur dengan wortel, jamur, seledri dan diatasnya ada taburan abon sapi. Ditambah dengan kuah kaldu khas yang kaya akan rempah-rempah yang langsung di datangkan dari Indonesia. Selamat menikmati, sir." Ucap Lova padat dan jelas.

"Bubur ayam?." Tanya Aiden dengan accent America nya. Salah satu alisnya terangkat keatas sambil menatap Lova dengan tatapan penuh tanya.

"Apa anda belum pernah mencobanya?." Tanya Lova kembali dengan nada terkejut.

Pria itu hanya menjawab dengan sebuah gelengan kecil. Menggemaskan sekali. Aiden terlihat seperti anak kecil yang tiba-tiba ditanya oleh gurunya tentang sesuatu hal yang tidak dia ketahui.

"Kalau begitu anda harus mencoba nya sekarang!." Ucap Lova bersemangat.

Kedua bola mata Aiden langsung membulat sempurna saat Lova memaksa nya untuk memasukkan satu sendok penuh berisi bubur ayam. Dan akhirnya setelah acara tolak menolak dengan Lova, Aiden akhirnya memakan habis seluruh buburnya tanpa bersisa. Ia harus berterima kasih pada pencipta resep bubur ayam dan tentu saja. Pada wanita bernama Lova yang sudah memasak makanan enak ini. Oh iya terima kasih juga untuk Lova yang telah memaksa nya memakan bubur ayam ini. Thank's to you.

"Ini sangat enak!" Ucap Aiden penuh kekaguman.

"Lain kali anda harus mencoba nya terlebih dahulu baru bisa menilai itu baik atau tidak untuk anda." Ucap Lova bangga.

Aiden menatap Lova yang tersenyum tulus kearahnya. Entah kenapa hatinya terasa menghangat dan pikirannya jadi tenang saat melihat senyuman itu. Kata-kata yang keluar dari dalam mulut kecil wanita itu terdengar bagai alunan melodi yang menenangkan jiwa. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Aiden kembali merasa nyaman dan tenang.

"Lova." Panggil Aiden.

"Yes Sir?." Jawab Lova cepat.

"Apa luka lebam di muka mu masih sakit?." Tanya Aiden dengan lembut.

Lova mengerutkan dahinya bingung lalu menggigit bibir bawahnya. Dia tidak menyangka kalau pria dingin ini menanyakan dan mengkhawatirkan keadaannya. Terlepas dari semua kedinginan dan kecuekan sikapnya. Ternyata dia hanyalah pria dengan hati yang lembut.

"Sudah tidak Sir." Jawab Lova sambil tersenyum tipis.

Tapi Aiden malah menggeram tidak suka dan menarik tangan kiri Lova hingga tubuh wanita itu maju kedepan dan hampir menabrak wajah Aiden jika tangan kanan Lova tidak segera menahannya diatas bahu Aiden. Tapi sesaat setelahnya tangan Lova langsung turun dari bahu keras itu dan dia berusaha menjauh. Namun tangan Aiden terlebih dahulu menahan pinggang wanita itu dengan kuat.

"Aku tidak suka kebohongan." Ucap Aiden tidak suka.

Lova dapat melihat dengan jelas kedua mata biru gelap itu menatapnya dengan tajam. Tidak lupa juga bulu mata milik pria itu yang panjang dan lentik, hidung nya yang ramping dan mancung, bibir nya yang tipis dan sexy, serta rahang nya yang tegas dan bergaris sempurna. Semua nya membentuk satu kombinasi yang sempurna. Atau dengan kata lain. Tampan.

"Maafkan saya Sir." Ucap Lova gugup.

"Jangan meminta maaf terus. Kau tidak melakukan kesalahan apapun." Ucap Aiden tegas.

Lova hanya diam saat dia bisa merasakan jari jemari Aiden yang mulai menyusuri wajahnya dengan oelan dan halus.

"Kenapa wajah mu bisa terluka?." Tanya Aiden prihatin.

Aiden menatap Lova dengan tatapan sendu lalu beralih menatap kearah luka lebam yang perlahan mulai terlihat memudar.

"Maafkan aku. Tapi sesuatu hal yang ingin anda ketahui itu tidak bisa saya ceritakan pada anda." Jawab Lova sambil menatap Aiden dengan tatapan misterius.

"Kenapa tidak bisa?." Tanya Aiden heran sambil menaikkan kedua alisnya keatas sedangkan Lova hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

"Kau bisa menceritakan apapun padaku dan aku akan membantumu." Ucap Aiden lagi.

Lagi-lagi bibir Lova terlihat sedikit bergetar setelah mendengar apa yang barusan Aiden katakan. Aiden tidak mengerti kenapa wanita itu selalu terlihat ketakutan. Tapi jujur. Dia tidak menyukai jika wanita itu ketakutan seperti ini.

"Tidak seharusnya seorang atasan dan bawahannya saling bertukar masalah pribadi sir." Ucap Lova tanpa rasa ragu.

Aiden terdiam. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita itu. Setiap mereka sedang membicarakan sesuatu pasti wanita itu selalu menegaskan kalau diantara mereka ada tembok yang sangat besar. Jika wanita lain akan dengan senang hati bercerita tentang kehidupan mereka. Namun tidak dengan wanita ini. Lova selalu menutup dirinya rapat-rapat.

"Kalau begitu saya permisi Sir." Ucap Lova sambil berdiri dari atas pangkuan Aiden.

Lova langsung membalikkan badannya dan akan melangkahkan kakinya namun sebuah tangan besar kembali menggenggam pergelangan tangannya dan menahan Lova untuk melangkahkan kakinya.

"Jangan lupa obati luka mu. Aku tidak ingin karyawan ku terluka ataupun sakit." Ucapnya dingin sebelum kembali melepas genggaman tangan nya dari pergelangan tangan Lova.

"Baiklah Sir, akan saya lakukan." Ucap Lova sopan.

Lova menundukkan badannya sebelum melangkah pergi dari ruang makan. Sedangkan Aiden hanya menatap punggung Lova yang sudah menghilang di balik pintu dan meninggalkan nya dalam keheningan ruang makan.

Setelah beberapa saat dia kembali mengalihkan tatapan nya kearah segelas jus buah yang terletak tepat disebelah mangkuk bubur ayamnya yang sudah kosong. Terdapat sebuah catatan kecil yang menempel di gelas besar itu. Jari Aiden langsung menyambar catatan kecil itu lalu dia membacanya dengan perlahan. Sebuah senyuman kecil langsung terbit di bibirnya setelah dia membacanya.

Wanita itu selalu bisa menarik perhatiannya.

Satu gelas jus buah segar pilihan. Dibuat khusus hanya untuk anda. Pastikan anda menghabiskan nya tanpa sisa sebelum pergi.

-Lova

______________

To be continuous