_____________
"MOM!!!."
Lova tersentak bangun dari tidurnya dengan napas yang terengah-engah seperti habis melakukan lari marathon yang melelahkan. Keringat sudah membanjiri kening dan punggungnya. Kedua matanya langsung menatap sekitarnya seperti sedang mencari sesuatu yang hilang. Air mata nya sudah memenuhi kedua pelupuk matanya dan membasahi pipinya. Seketika Lova melupakan sejenak dimana ia berada sebelum sebuah suara menggema di dalam ruangan besar itu.
"Nightmare in the middle of the afternoon, huh?."
Suara bariton berat dan dalam milik Aiden langsung menusuk telinga Lova.
Lova menolehkan kepalanya kearah Aiden yang terlihat santai duduk di balik meja kerja miliknya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya serta sorot mata tajam yang langsung menusuk kedua mata Lova saat mereka saling bertukar tatap. Kedua mata itu seolah mencoba menerawang pikiran Lova yang sangat sulit ditebak oleh pria itu sekarang. Kedua tangan Lova segera mengusap kedua pipinya yang basah karena air mata dengan cepat.
Lagi. Mimpi buruk itu kembali muncul. Mimpi yang langsung membuat hati nya tercabik-cabik dan karena mimpi itu juga. Hatinya mati dan tidak percaya lagi akan cinta. Bagi Lova cinta nya sudah lama mati.
"Apa kau menangis?." Tanya Aiden sedikit khawatir dan Lova langsung menggeleng cepat.
Lova tidak butuh rasa simpati atau rasa kasihan. Dia tidak butuh semua itu.
"Kau tahu, aku paling tidak suka kebohongan." Geram Aiden tidak suka dan Lova menatap Aiden tenang.
"Saya tidak ingin dikasihani ataupun mendapat simpati dari orang lain, sir." Ucap Lova tenang seakan-akan memang tidak ada yang terjadi padanya.
"Aku bukan orang lain Lov-.." Ucap Aiden marah.
"Apa anda sudah memakan bekal yang saya bawa, sir?." Tanya Lova setengah khawatir dan mengabaikan kemarahan Aiden barusan.
Lova tahu kalau dia salah dan lancang sudah tidur seperti tadi. Lova sangat menyesalinya dan dia tidak akan mengulangi kecerobohan nya ini di masa depan.
"Apa hobi mu adalah memotong perkataan ku?." Tanya Aiden sambil menaikkan sebelah alisnya keatas.
"Maafkan saya sir." Jawab Lova cepat setelah Aiden menyelesaikan kalimatnya.
"Kau benar-benar sesuatu." Ucap Aiden dengan nada tidak percaya.
Lova menatap kotak bekal yang nampaknya masih utuh dan belum tersentuh diatas meja kerja milik Aiden. Dia menatap Aiden dengan tatapan tidak penasaran dan pria itu hanya menatap Lova dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa anda sudah memakan bekal yang saya bawa tadi?." Tanya Lova penasaran.
"Apa hanya itu yang kau khawatirkan dari sekian banyaknya hal?." Tanya Aiden lagi dengan nada tidak percaya.
"Yes sir..Maafkan saya sudah melalaikan tugas saya dan malah tertidur.. Disini." Ucap Lova dengan nada menyesal.
Aiden terdiam sejenak dengan tatapan yang terus terarah pada Lova. Pria itu melembutkan tatapan nya.
"Kau tidak perlu minta maaf. Aku cukup mengerti keadaanmu." Ucap Aiden sebelum berdiri dari posisi duduknya lalu berjalan mendekati Lova.
"Lain kali saya akan ber-.." Ucapan Lova terhenti saat Aiden sudah duduk di dekatnya dengan posisi yang sangat dekat. Oh god! HELP ME EVERYONE!. He's so fucking handsome!. Batin Lova.
"Kau sangat nakal sekarang." Ucap Aiden dengan nada rendah dan Lova hanya mengerutkan dahinya bingung.
Mata pria itu mulai menjalar dari mata nya lalu kebawah dan terus kebawah seperti melihat santapan lezat dengan penuh minat. Damn!. Apa maksud pria ini?!.
"Oh ya. Jika kau ingin bertanya. Tanyakan langsung padaku jangan tanyakan pada orang lain." Ucap Aiden dengan nada rendah yang sama.
Lova terdiam sejenak dan menahan napasnya saat dia lagi-lagi bisa melihat dengan jelas wajah atasannya yang super sexy itu dari dekat. Damn! How can his face is so fucking perfect?!. Alis nya yang tebal dan rapi, sepasang mata yang tajam dan indah, hidung nya yang ramping dan mancung, rahangnya yang tegas dan runcing serta.. Bibir tipisnya yang sangat menggoda. Lova tanpa sadar malah meneguk ludahnya dengan susah payah saat jari besar dan kokoh itu menyusuri telinga bagian atasnya untuk merapikan anak rambutnya ke belakang telinga.
"W-What do you mean, sir?." Tanya Lova sedikit berbisik akibat suara nya yang tiba-tiba sangat susah untuk di keluarkan. Damn!.
Dengan perlahan Aiden mendekatkan wajahnya kesamping wajah Lova lalu mulai berbisik tepat disamping telinga waniat itu.
"I don't like other man paying attention to you." Ucap nya pelan lalu menghembus daun telinga Lova.
"I.. Don't understand, sir." Ucap Lova gelisah karena tubuhnya bereaksi diluar dugaan nya.
Aiden menyeringai sebentar sambil menatap wajah Lova yang sudah memerah. She's so fucking beautiful with her expression now!. Muka merah dan mata yang sayu. Bayangkan jika wajah itu pasrah di bawah tindihan tubuhnya. Penuh keringat dengan rambut yang berantakan. Bibir yang merekah dan napas yang tidak teratur. Damn! She turn me on!. Batin Aiden.
"why are you so attractive?." Ucap nya dengan nada geram sebelum mendekatkan wajahnya kearah Lova.
Mengikis semua jarak dan keraguan diantara mereka dan menyalurkan suatu aliran perasaan yang aneh diantara keduanya.
Lova tercekat saat bibir tipis dan seksi itu mulai melumat bibirnya dengan irama yang pas. Pikiran nya melayang saat menerima sengatan yang disalurkan bibir Aiden. Otak nya sedari tadi menyalakan alarm bahaya tapi tubuhnya seakan lumpuh dan melawan perintah otaknya. Pergerakan bibir Aiden terasa semakin dalam saat salah satu tangan Aiden mendorong punggung Lova agar menempel pada tubuhnya yang kekar dan tak lupa tangan satunya lagi meremas bokong Lova dengan lancang sehingga wanita itu sedikit menjerit di sela-sela ciuman mereka.
Dan Aiden tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung melesakkan lidahnya kedalam rongga mulut Lova. Menyecap dan membelit lidah Lova yang sedari tadi tidak melakukan pergerakan apapun. Aiden terus memperdalam ciuman nya mengabsen setiap sisi dan sudut rongga mulut Lova yang entah kenapa terasa sangat manis. Damn! thank's to god bringing this sexy women to me!. Namun kenikmatan itu harus terhenti saat kedua tangan Lova yang tiba-tiba mendapat kekuatan untuk mendorong bahu Aiden untuk menghentikan ciuman nya.
Kening mereka menempel dengan napas Lova yang terengah-engah akibat dari perbuatan Aiden yang terus menciumnya tanpa memberi kesempatan untuk bernapas. Kedua mata mereka masih saling menatap seakan saling menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran mereka masing-masing.
"A-Apa yang anda lakukan barusan.. Sir?." Tanya Lova terbata-bata dan gelisah saat Aiden memindahkan tubuhnya keatas pangkuan pria itu. Damn! Aku bahkan bisa merasakan sesuatu yang keras dibawah sana. Oh god apa itu?!. Batin Lova gelisah.
"I think.. i'm the first man. Right?." Tanya Aiden dengan senang dan bangga.
"Sir.." Ucap Lova lirih.
Lova meremang saat Aiden mengendus leher jenjang nya tanpa permisi lalu menjilatnya dengan pelan seolah leher jenjang Lova adalah sebuah permen lolipop. Damn!.
"Just call me Aiden from now onwards." Ucap nya serak.
"Saya rasa ini salah-.. Sir!." Ucap Lova protes.
Lova menahan desahan nya saat bibir basah Aiden menyesap kulit leher Lova yang halus dan mulus itu dan membuat satu tanda kemerahan disana. Aiden menarik kepalanya dari ceruk leher Lova lalu menatap wanita itu dengan tatapan tajam dan gelap. Tatapan ini seperti tatapan.. Astaga!! ini tatapan mesum waktu dia tidak sengaja memergoki Aiden sedang mencumbu seorang wanita. Shit!.
"What i did was never wrong, baby." Ucap nya tegas dan jelas sebelum kembali mencium bibir Lova lagi tapi kali ini penuh napsu.
Ceklek!
Lova kembali mendorong dada bidang Aiden dengan susah payah hingga kedua bibir mereka terlepas dari penyatuan. Saat Lova hendak lompat dari pangkuan nya kedua tangan Aiden dengan sigap memegang kedua pinggang Lova dengan erat hingga suara seorang pria terdengar di telinga mereka berdua. Secara otomatis Lova langsung menyembunyikan wajahnya kedalam pelukan Aiden yang kini malah terkekeh gemas melihat Lova yang berusaha menyembunyikan wajahnya di dada bidang miliknya.
"Maafkan saya sudah mengganggu tuan. Saya terpaksa membuka pintu ruangan anda karena saya sudah mengetuk dari setengah jam yang lalu." Ucap pria itu sopan.
Dean menundukkan kepala nya kearah bawah seoalah mengerti bahwa atasan nya butuh privasi saat ini. Astaga! Wajahku sudah tercoreng di depan sekretaris Aiden!. Lova merutuki dirinya dalam hati dan masih berusaha menyembunyikan wajahnya.
"Tadi nya aku sangat kesal karena kegiatan menyenangkan ku harus terhenti tapi di sisi lain aku bersyukur." Ucap Aiden.
Aiden mengubah ekspresi tak suka nya menjadi ekspresi mesum yang entah kenapa membuatnya semakin menarik.
"Kau membuat kami menempel dan aku bisa merasakan sesuatu yang kenyal dan besar di balik kain tipis ini." Ucap nya dengan jahil lalu terkekeh.
Tangan nya mengelus punggung Lova yang tertutupi baju seolah menjelaskan kain yang dia maksud. Damn!
Astaga! Wajah Lova dan juga Dean-sekretarisnya memerah seketika setelah mendengar perkataan Aiden yang sangat ambigu itu!. Lova langsung menjauhkan kepalanya dari dada bidang Aiden lalu menatap Aiden dengan berang. Bisa-bisanya otak mesum itu! membayangkan hal jorok tentang dirinya!. Lova mendengus kesal namun Aiden hanya terkekeh senang. Bukan nya memikirkan kesalahan nya, dia malah nyengir mesum gitu! Bastard!. Lova mengumpat dalam hati tidak peduli pada fakta bahwa yang diumpatnya sekarang adalah atasannya.
"Saya akan memberi anda privacy Sir. Saya permisi." Ucap pria itu sopan.
Laki-laki tampan dan berkharisma itu keluar dari dalam ruangan kerja Aiden dan kembali menyisakan mereka berdua di dalamnya.
"So. Mari kita lanjutkan kegiatan kita yang sempat terhenti tadi, Baby." Ucap Aiden menggoda.
Melihat Aiden yang akan menyerang nya lagi dengan semua kekuatan dan keberanian nya yang entah datang darimana. Lova berdiri dari pangkuan pria itu dan langsung mundur beberapa langkah sambil terus menatap Aiden yang nampak sedikit terkejut namun kembali menormalkan raut wajahnya kembali.
"Maafkan saya sir. Tapi saya rasa ini sangat salah." Ucap Lova tenang dan pelan.
Terdengar geraman tidak suka dari Aiden dan Lova langsung menatap Aiden dengan tatapan cemas dan takut.
"Just call me Aiden!." Teriak Aiden tidak suka.
Lova sedikit tersentak saat Aiden membentaknya dengan wajah yang sudah mengetat marah. Dia mencoba menutupi ketakutannya dengan tetap bersikap tenang. Lova menggigit bibir bawahnya lalu mencoba memulai berbicara kembali saat Aiden sudah sedikit tenang.
" Sir-maksudku.. Aiden." Ucap Lova ragu. Sementara Aiden langsung mengembangkan senyuman nya senang.
"Saya akan pamit pulang sekarang." Ucap Lova cepat.
Lova membungkuk hormat lalu berjalan dengan tergesa-gesa mengambil tempat bekal yang tergelatak begitu saja diatas meja kerja pria itu dan memasukkan nya kembali ke dalam tas kecil yang ia bawa serta tadi. Setelah selesai ia langsung berlari menuju pintu tanpa menolehkan kepalanya kearah Aiden.
"Kita belum menyelesaikan urusan ini!." Teriak Aiden kesal pada wanita yang kembali memutar tubuhnya kehadaoan pria itu.
"Maafkan aku." Ucapnya pelan.
Lova menarik napasnya kasar lalu menghebuskan napasnya kembali.
"Aiden." Ucapnya lagi.
Sebelum seluruh tubuhnya menghilang di balik pintu yang sudah tertutup rapat. Aiden langsung mengulum senyum nya. Sepertinya dia punya mainan baru yang menyenangkan.
"Menggemaskan sekali." Ucap Aiden dengan gemas. Tanpa sadar dia tertawa geli saat mengingat kelakuan wanitaku.
"Shit!. Apa barusan aku mengatakan Lova wanitaku?!." Ucap Aiden lagi.
Aiden mengusap wajah nya kasar dan gelisah lalu tanpa sengaja dia menatap sebuah ponsel genggam di atas meja yang berada dihadapan nya. Tangan nya langsung terjulur dan mengambil ponsel itu dengan sangat erat lalu memeriksa ponsel tersebut. Sebuah foto wanita cantik dengan tatapan teduh dan bibirnya yang sedikit merekah membuat dia semakin menegang!. Shit! Kenapa dia selalu cantik sih?!.
Sebuah seringai langsung terbit di bibirnya. Sebuah rencana mulai tersusun di otaknya yang briliant. Akhirnya Aiden memutuskan untuk menggunakan rencana nya itu untuk meneruskan permainan yang akan ia ciptakan untuk wanita cantik dan sexy yang berkali-kali menolaknya itu. Aiden terkekeh senang membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
"Mari kita mulai permainan ini, sayang."
____________
To be continuous