________________
"Apa kebiasaan kalian masuk ke rumah orang tanpa permisi?." Tanya Aiden dingin dan sinis.
"Biasanya kan juga seperti ini. Kenapa kau malah marah?." Ucap seorang pria yang masuk dengan urutan nomor dua dengan santai.
Sebenarnya ketiga teman brengsek nya itu sudah biasa masuk kedalam rumah nya secara tiba-tiba seperti ini karena memang masing-masing dari mereka memegang password pintu rumah dari masing-masing anggota perkumpulan laknat ini. Dan hari minggu memang menjadi hari mereka berkumpul terlepas dari masalah dan pekerjaan mereka yang sebenarnya tidak pernah usai berdatangan. Bisa di katakan hari minggu adalah hari mereka menghabiskan waktu dengan cara bersenang-senang. You know it.
Tapi demi tuhan dan segala kekuasaanya. Aiden sangat kesal saat ini. Bagaimana tidak?. Momen menyenangkan nya bersama Lova harus terhenti karena trio laknat itu datang. Sial!. Mungkin nanti dia akan menyuruh orang untuk mengganti password rumah nya. Tidak!. Dia akan mengganti password pintu gerbang rumahnya biar trio laknat itu tidak bisa masuk bahkan ke pekarangan rumahnya sekalipun.
"Kau!!." Ucap Ansel terkejut setelah menatap Lova yang telah berdiri dari pangkuan Aiden lalu menatap Aiden yang memasang muka datar dan sedikit kesal.
"Kau menyembunyikan bidadari di rumah mu tanpa memberitahu kami?!." Ucap Aaron dengan nada tinggi dan itu sukses membuat semua orang menatap Aaron geram kecuali Axton yang malah terlihat tidak peduli.
"Apa harus aku beritahu--.." Ucap Aiden marah dengan wajah tak suka dan langsung di potong oleh Aaron kembali.
"Jangan membuatnya takut, dude." Ucap Aaron yang terkekeh senang setelah melihat wanita yang sialnya memang cantik.
Dia tidak habis pikir sejak kapan Aiden berani menyimpan wanita di dalam mansion nya. Sepengetahuan mereka Aiden sangat di pantau ketat oleh ibunya setelah hubungannya dengan mantannya diketahui orangtua Aiden. Pengalaman cinta pria ini bisa dibilang sangat buruk. Jatuh cinta untuk kedua kalinya pada wanita yang salah.
"Kita harus memperkenalkan diri secara resmi." Ucap Axton tenang dan santai lalu berjalan mendekat kearah Lova yang masih berdiri kikuk dan bingung akan situasi yang tengah terjadi.
"Namaku Axton Mckenzie. Just call me Axton." Ucap Axton sambil menjulurkan tangan nya sopan kearah Lova dan dengan ragu-ragu di balas oleh Lova dengan canggung.
Axton Mckenzie. Pemilik tunggal perusahaan IT terbesar di Amerika dan Europe juga pewaris keluarga kaya Mckenzie yang masuk kedalam 5 teratas keluarga terkaya di dunia. Kakak tertua pertama di Guardian Angel of Woman Squad dengan umur yang sudah menginjak kepala tiga namun masih single dengan bayang-bayang masa lalu yang membuatnya tidak pernah bisa move on. Poor him.
"Jovanka Lovata. Just call me Lova." Ucap Lova canggung lalu melepas jabatan tangan nya kemudian menunduk sopan.
"ckck!. Kau ini pintar sekali mencuri start. Tidak wanita itu. Tidak wanita ini. Kau selalu menang." Ucap Aaron yang tengah berjalan mendekati Lova.
"Jangan sebut dia dengan wanita itu!. Dia tidak bisa kau samakan dengan wanita lain. Camkan itu!." Ucap Axton dingin lalu pergi meninggalkan ruang makan.
"Dia selalu saja sensitif kalau berhubungan dengan Sarah." Ucap Ansel seraya menggelengkan kepalanya pelan.
"Dia tidak pernah bisa menerima fakta kalau Sarah pergi meninggalkannya." Ucap Aaron prihatin.
"Tidak sepantasnya kau membahas masa lalu nya di saat yang tidak tepat seperti ini." Ucap Aiden sambil menatap Aaron tajam.
"Oke..oke.. This is my mistake." Ucap Aaron sambil mengangkat kedua alisnya keatas.
"Sudahlah.. tidak usah dibahas lagi guys. We all know how he is." Ucap Ansel yang sudah duduk diatas salah satu kursi meja makan milik Aiden.
"You right." Gumam Aiden pelan.
"Shut up dude! Aku ingin berkenalan dengan wanita cantik ini." Ucap Aaron yang tiba-tiba kembali bersemangat.
Aiden dan Ansel langsung menatap Aaron yang kini sudah berdiri di hadapan Lova dengan heran.
"Hello beautiful!. Let me introduce my self. My name is Aaron Goddard. Just call me Aaron--Oh no no!.. Just call me honey or baby." Ucap Aaron genit lalu mencium punggung Lova secara tiba-tiba dan langsung di hadiahi tendangan oleh Aiden.
Aaron Goddard. Pemilik agensi terbesar di Hollywod dan production house yang berkuasa di dunia perfilman dunia. Pewaris keluarga kaya Goddard yang juga termasuk kedalam 5 teratas keluarga terkaya di dunia. Kakak tertua ketiga di Guardian Angel of Woman Squad setelah Axton dan Aiden. Womanizer kelas kakap dan pemain wanita nomor satu di industri hiburan tapi hanya bersikap manis pada teman masa kecil nya yang selalu dijaga nya dengan segenap jiwa dan raga nya. Bad boy with good manner just for his girl.
"Fucking asshole Aiden!." Geram Aaron yang kini mengusap bokong nya yang malang.
Ansel tertawa lepas sebelum mendekati Lova yang tampak sangat terkejut dengan kelakuan mereka yang ajaib. Oh so sorry for this beauty lady. Harus melihat interaksi antara para pecundang itu.
"Maafkan teman-teman ku yang aneh." Ucap Ansel sopan lalu menjulurkan tangan nya kearah Lova.
"Kau itu yang paling aneh diantara kita." Ucap Axton dingin yang tiba-tiba kembali masuk ke dalam ruangan setelah mendinginkan kepalanya yang mungkin dipenuhi bayangan mantannya tadi. Poor Axton. The man who can't be moved.
Ansel terkekeh sebentar sebelum mulai kembali berbicara pada Lova.
"Namaku Ansel Daren Ritchie. Just call me Ansel." Ucap Ansel sopan.
Ansel Daren Ritchie. Pemilik Club malam terbesar di New York City. Putra bungsu dari keluarga Ritchie dan sekaligus pewaris dari beberapa perusahan keluarga nya yang bergerak dalam bidang konstruksi yang telah membangun beberapa proyek besar dunia. Terlepas dari status keluarganya, sedangkan Ansel malah membuat heboh dunia dengan keputusannya mendirikan beberapa club malam besar di beberapa belahan dunia. Padahal keluarga Ritchie terkenal akan kehormatan dan segala peraturan memuakkan layaknya kerajaan tapi bukan Ansel namanya kalau tidak membuat kekacauan dan keributan. Soal cinta? Dia tidak akan pernah menikah karena dia penganut kebebasan.
"Namaku Jovanka Lovata. Just call me Lova." Ucap Lova pelan lalu membalas jabatan Ansel sebelum ditarik Aiden menjauh.
"Sudah selesai acara perkenalan nya?." Ucap Aiden dengan nada tidak suka.
"Wow santai, dude!." Ucap Ansel dengan nada jahil dan diikuti suara tawa Aaron yang sudah memenuhi ruang makan ini.
"Apa kau takut wanita-mu akan berpaling kepada kami?." Tanya Aaron dengan senyum tengilnya.
"Tidak!." Geram Aiden marah. "Dia tidak akan memilih pria brengsek seperti kalian."
"Apa kau tidak lebih brengsek dari kami?." Tanya Axton santai dan langsung diikuti oleh gelak tawa Ansel dan Aaron.
"So... Bisa dijelaskan siapa nona cantik ini?. Kita semua tau kalau ibumu tidak akan membiarkan hal sepertu ini terjadi bukan?." Ucap Aaron sambil menyilangkan tangan nya.
"Apa kau mulai menyewa jalang tetap sekarang?." Tanya Ansel tiba-tiba.
"Aiden bukanlah orang seperti dirimu, dude." Ucap Axton sambil tertawa geli dan langsung dihadiahi tatapan kesal dari Ansel.
"Apa itu alasanmu selama sebulan ini tidak pernah lagi ke club ku?." Tanya Ansel lagi.
"Aiden tidak ingin memakai wanita yang sering dimasuki oleh pria lain oleh karena itu dia menyewa jalang tetap." Ucap Aaron santai.
"Manner please!. Lova bukanlah wanita seperti itu dan berhenti memanggilnya dengan sebutan jalang!. Dia bukan jalang dan selamanya bukan jalang jadi hentikan omong kosong kalian!." Geram Aiden marah.
Deg!
Maksudnya apa?. Apa barusan Lova dikatakan jalang?. Apa salahnya hingga bisa dikatakan seperti itu?. Lova hanya bekerja disini. Melamar pekerjaan ini dengan cara resmi dan diterima secara terhormat disini sebagai chef. Bukan sebagai wanita penghibur yang hanya mengandalkan tubuhnya untuk mencari uang. Dia bukan lah wanita yang seperti itu. Kehormatan dan harga diri sangat dijunjung tinggi oleh wanita keturunan asia sepertinya.
Lova memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Perkataan ini terasa familiar. Orang seringkali berbicara tanpa memikirkan dampak yang akan di dapat oleh orang lain. Mereka tidak tahu kalau perkataan mereka bahkan melebihi tajamnya sebuah silet yang dapat menggores bahkan membuat cacat hati seseorang. Apa mereka tidak tahu kalau perkataan mereka bahkan dapat membunuh seseorang?. Perlu Lova tegaskan kalau perkataan adalah senjata paling mematikan untuk membunuh jiwa seseorang. Salah satu nya jiwa ibunya.
Sekelebat bayangan masa lalu nya yang menyedihkan muncul di dalam pikirannya. Perkataan demi perkataan keluarga ayah nya yang menusuk hati ibunya hingga ibunya pergi dari rumah mereka dan keesokan harinya di temukan tewas didalam mobil bersama ayah dan kakak laki-lakinya tanpa diketahui penyebabnya. Menyedihkan bukan?. Ditinggal dalam kesendirian disaat kamu bingung dengan apa yang terjadi. Saat itu dia sangat hancur sekali. Dunia nya. Hati nya. Perasaan nya. Impian nya. Jiwa nya. Semua hancur hanya dalam sekejap.
Tubuh Lova hampir jatuh ke lantai jika Aiden tidak dengan cepat menangkap tubuh Lova kedalam pelukannya. Punggung dan tangan Lova mulai bergetar pelan. Air matanya pun sudah menggenang di pelupuk matanya. Dengan perlahan Lova menatap Aiden dengan tatapan terluka dengan airmata yang sudah menetes di pipinya.
"Hey... Are you oke?." Tanya Aiden lembut dan Lova langsung mendorong Aiden menjauh lalu menatap ketiga pria yang tengah menatapnya.
Lova mengusap pipinya yang basah karena air mata lalu menatap tajam ketiga pria yang sudah menghina nya tanpa tahu kebenarannya. Dia sangat benci orang-orang yang hanya bisa menyakiti tanpa tau kebenarannya.
"Maaf sebelumnya sir." Ucap Lova tegas.
Dia tidak boleh lemah. Jovanka Lovata adalah wanita yang kuat dan mandiri. Kau hanya harus menunjukkan nya Lova. Tunjukkan pada mereka kalau wanita tidak seharusnya dijadikan sebuah lelucon. Wanita adalah makhluk paling terhormat di muka bumi ini.
"Tolong jangan salah paham disini." Ucap Lova dengan sangat tegas.
Ketiga pria itu mengerutkan dahinya serentak. Mereka tampak bingung pada apa yang Lova katakan.
"Saya hanyalah seorang chef di rumah ini dan bukan jalang seperti yang kalian katakan. Saya juga tidak memiliki hubungan apa-apa dengan teman anda. Kalau begitu saya permisi. Maaf sudah mengganggu waktu anda semua." Ucap Lova tegas sebelum berjalan meninggalkan ruang makan.
_______________
To be continuous