Istirahat siang itu, seperti biasa Putri menuju bangku taman sekolah. Sambil membawa beberapa makanan dan minuman, Putri mulai menikmati bekal makan siangnya dan mendengarkan lagu melalui headshet.
Sekolah memiliki taman yang cukup luas, dimana para siswa dan siswi bisa dengan nyaman menikmati istirahat mereka atau sekedar mengisi waktu luang untuk belajar di ruang terbuka. Ada beberapa kolam ikan yang ditata rapi, membuat suasana alam buatan yang indah. Bangku taman sekolah tidak hanya satu, ada tersebar banyak di taman itu.
Ada yang menghadap lapangan olahraga, ada yang menghadap perpustakaan, dan ada yang langsung menghadap ke arah kolam ikan. Beberapa siswa dan siswi yang Putri lihat datang bersama teman-teman mereka. Ada yang sambil membawa bekal siang juga dan membahas beberapa mata pelajaran.
Tapi sepertinya hanya Putri yang selalu datang sendiri. Putri menghela nafas dengan panjang, kemudian meletakkan makan siang di sampingnya. Putri yang sedang mendengarkan beberapa lagu kesukaannya, kemudian mengeluarkan buku kecil dari dalam tas kecilnya.
Setelah sekian lama merasakan kesendirian.
Saat ini terasa berbeda, sungguh menenggelamkan hati yang melihat.
Setiap orang harus menghadapinya.
Tidak dapat menghindari apa yang sudah menjadi bagian dirinya.
Semakin kujauhi, semakin kesendirian itu menemani dengan setia.
Tidak perlu ada yang mengetahui, betapa sakit yang dirasakan.
Hingga kutemukan obat yang dapat menyembuhkanku.
Atau hanya menunggu, hingga rasa sakit itu pergi dan menghilang.
Putri meletakkan pulpen dan buku disampingnya, sambil memejamkan matanya, Putri mencoba menghayati setiap lirik lagu yang dinyanyikan.
Putri pun masih memejamkan matanya, suara penyanyi tersebut sangat lembut. Tapi Putri merasa ada yang menyentuh bahunya sekali. Ahh, mungkin hanya perasaan Putri yang terlalu terbawa suasana.
Tapi Putri masih merasakannya lagi, dan sekarang bukan hanya sekali tapi berkali-kali ada yang menyentuh bahu kirinya.
Putri membuka kedua matanya, penasaran apa yang menyentuh bahunya. Putri melihat sebuah jari telunjuk berada dibahunya, dan masih mengetuk-ngetukkan dibahu Putri.
"Ehh, kebuka juga matanya." Sosok laki-laki dengan menggunakan seragam rapi dengan dasi yang dilepas sedang mengamati wajah Putri dengan sangat serius.
"Siapa ya? Bisa dibantu?" Tanya Putri keheranan. Tetapi dia justru memberikan senyuman lebar. Tubuhnya yang atletis dengan rambutnya yang hitam dan sedikit berponi memberikan kesan manis diwajahnya.
Dia pun semakin memiringkan wajahnya dan kini cukup dekat untuk duduk berada di samping Putri. "Ihh jangan judes begitu, kenalin aku Andi." Ucap Andi dengan senyum selebar-lebarnya dan menyodorkan tangannya untuk menawarkan jabat tangan.
"Maaf, lagi gak mau kenalan." Balas Putri dengan ketus, dan mencoba memasang kembali headshet-nya. Tapi Andi malah menarik tali headshet-nya.
"Eitt, sebentar. Kan lagi diajak kenalan." Andi masih tersenyum lebar.
Putri yang merasa terganggu, bangkit dari kursinya memasukkan buku dan headshet-nya ke dalam tas kecil yang ia bawa, kemudian mulai berjalan meninggalkan Andi. "Ini bekalnya gak dihabiskan, sayang loh." Ledek Andi masih dengan tersenyum.
Putri yang mulai berlalu hanya menjawab singkat kepada Andi. "Terserah mau dibuang juga gak apa-apa."
Keesokan harinya, di jam istirahat. Putri seperti biasa, menuju taman sekolah dan duduk di bangku taman favoritnya. Dilhatnya bangku tersebut kosong, tanpa ada siswa aneh yang kemarin mengganggunya.
Baru saja Putri merasakan ketenangan, baru saja Putri melahap suapan pertama rotinya. Sosok laki-laki tersebut tiba-tiba muncul dibelakang Putri.
Menyapa Putri dengan riang, tapi tetap membuat Putri terkejut dan membuatnya tersedak dengan roti yang masih berada didalam mulutnya.
"Haiiii... " Andi masih dengan senyum lebarnya.
Putri berdiri dan membalikkan badannya sambil merapikan rempah-rempah roti yang ada di rok sekolahnya. Wajahnya sudah menunjukkan kekesalan. "Bisa gak, enggak ganggu!" Perintah Putri sambil melambungkan dadanya dan menarik nafas panjang.
"Bisa kok," Jawab Andi singkat. Putri sedikit heran, ternyata mudah mengusir Andi tanpa ada perlawanan. Putri kemudian kembali duduk, tanpa menghimbaukan Andi.
Ternyata Andi tidak meninggalkan Putri, Andi hanya berjalan kearah depan bangku kemudian duduk disamping Putri. Putri yang mengetahuinya, terheran dan memberikan tatapan sinisnya kepada Andi.
Tatapan sinisnya tidak mempengaruhi Andi sama sekali. Sadar Putri menatapnya, Andi menengok ke wajah Putri dan kembali tersenyum. "Bangkunya kosongkan, kalau buat sendiri masih ada space banyak. Tenang gak akan ganggu kok." Ucap Andi.
Putri pun tidak memberikan pernyataan apapun. Kembali duduk manis sambil menikmati bekal siangnya, dan mendengarkan lagu-lagu di handphonenya adalah cara terbaik untuk tidak menghiraukan Andi yang berada persis disampingnya.
Andi menyilangkan kedua kakinya, sambil memainkan kepalanya seakan-akan dia mendengar suara musik yang didengarkan oleh Putri. Dan sesekali menatap wajah Putri yang datar dan tanpa ekspresi.
Andi terus melakukan gerakan-gerakan, kakinya terus bergantian disilangkan. Membuat konsentrasi Putri menjadi buyar.
"Hhhhhh, kalau memang gak nyaman duduknya pindah aja ke bangku lain." Ucap Putri dengan sangat ketus, dan melepaskan headshetnya. Andi terlihat senang ketika Putri berbicara dengannya.
"Akhirnya, bicara juga."Ucap Andi lagi-lagi tersenyum manis.
"Aku Andi, mau lanjutkan yang kemarin. Aku mau kenalan boleh kan, as a friend, baru pindah satu minggu ini" Andi kembali menyodorkan tanggannya menawarkan jabat tangan.
Sebagai teman, teman?? Pikir Putri. Sudah beberapa bulan ini Putri tidak memiliki teman. Justru malah menjauhi yang namanya teman. Tiba-tiba ada seseorang yang dia tidak kenal menawarkan pertemanan. Aneh dan gila menurut Putri.
Putri bangkit dari duduknya dan diam terpaku, tanpa menghimbaukan Andi yang masih menyodorkan tangannya. "Lebih baih kamu gak perlu berteman dengan saya, Kamu gak tau kan siapa saya." Entah mengapa ucapan itu tiba-tiba meluncur dari mulut Putri, apakah ini akan melukai perasaan Andi. Tapi bukankah lebih baik seperti ini, daripada nantinya Andi tau kenyataannya seperti apa Putri dan nantinya malah menjauhi Putri, seperti apa yang sudah dilakukan teman sebelumnya.
Andi menatap Putri yang berjalan menjauhinya, rasa penasaran lebih meningkat daripada sebelum-belumnya. Rasa ingin mengenal dan rasa ingin dekat untuk mengetahui sosok Putri.
Hari-hari berikutnya dijam istirahat, Andi tetap melakukan hal yang sama. Bahkan kali ini dia yang sudah duduk menunggu Putri. Putri yang menyadarinya, memilih bangku lain untuk menghindarin Andi.
Setelah satu minggu berlalu, Andi tidak pernah absen untuk selalu muncul di bangku taman sekolah. Tapi tetap Putri selalu menghindarinya, selalu berusaha menjauhi.
Sampai akhirnya dihari Sabtu-jam istirahat. Andi tidak terlihat di bangku taman sekolah. "Baguslah." Pikir Putri, jadi dia tidak perlu susah payah untuk terus menghindari Andi.
Makan siang itu Putri lewati dengan sangat tenang, Andi benar-benar tidak muncul. Selesainya, seperti biasa Putri kembali ke kelas. Dan ternyata, siswa dipulangkan lebih awal karena para guru-guru harus menghadiri undangan pertemuan di sore harinya. Sehingga para guru harus bergegas dan bersiap-siap.