Setelah sembilan bulan mengandung, Wenda melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat. Bayi mungil bermata indah itu lalu dinamakan Alexi Denzel oleh kedua orang tuanya. Mereka berharap bahwa Alexi akan tumbuh menjadi anak yang baik dan bisa menjadi kebanggaan bagi Axton dan Wenda.
Tentang Dewi, wanita yang menjadi dalang dari percobaan pemerkosaan telah ditangkap sesudah beberapa hari dia ditangkap oleh Axton. Karena terbukti bersalah, Dewi dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Beberapa bulan berlalu, bersamanya sang buah hati serasa hidup mereka lengkap. Seperti biasa, pagi itu Wenda disibukkan dengan merawat dua bayinya.
Sebelum Alexi bangun, Wenda sibuk menyiapkan sarapan untuk Axton dan ketika si kecil bangun konsentrasinya kadang-kadang pecah. Beruntung Axton bisa mengerti dan mengalah demi putranya itu.
Suatu hari entah kenapa Axton bangun lebih awal dari Wenda. Wajahnya tampak memulas senyum menawan ketika melihat Wenda dan Alexi yang masih berusia 7 bulan masih terlelap dalam tidurnya.
Dia lalu berhati-hati dalam menggerakkan tubuhnya agar dua orang itu tak terbangun. Ekor matanya tak sengaja melihat pada kalender kecil yang berada di samping meja dan menemukan sebuah tanggal yang dilingkar.
Axton meraih kalender tersebut dan melihat baik-baik. Kedua matanya melebar, dia melirik pada Wenda dan kalender secara bergantian lalu tersenyum penuh arti.
💘💘💘💘
"Kau akan mengambil cuti untuk mengajak kami ke Swiss? Kenapa?" tanya Wenda saat keduanya sarapan.
"Aku juga butuh liburan dan menghabiskan waktu bersama dengan kalian, jadi boleh, 'kan?" Wenda membuang napas kasar dan tersenyum.
"Iya, iya. Kapan kita pergi?"
"Lusa." jawab Axton cepat. Wenda menganggukan kepalanya secara perlahan.
"Baiklah aku akan mengemasi barang-barang yang kita butuhkan." sahut Wenda. Axton hanya membayar seluruh biaya akomodasi untuk mereka di sana.
Lusa, keluarga kecil itu langsung menuju Swiss. Sesampainya, jika Wenda tak kagum itu bukan Wenda namanya. Dia berbicara imut pada Alexi bahwa mereka akan berlibur di sini.
"Wenda," wanita itu menoleh pada Axton.
"Tolong bersiap-siap ya, kita akan ke sesuatu tempat." Wenda mengkerutkan keningnya.
"Kemana?"
"Nanti kau akan tahu. Pakailah baju yang hangat oke?" pintaan Axton dibalas oleh Wenda dengan anggukkan semata. Setelah mengganti pakaian dan menuju mobil di mana Axton beserta Cody berada.
Masih dalam kebingungan, Wenda ingin membuka matanya dan bertanya pada suaminya. Tapi tiba-tiba saja mobil yang ditumpangi mereka berhenti, Axton keluar dari mobil dan membuka pintu Wenda.
Dia mengulurkan tangannya pada Wenda yang disambut baik. "Kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?" Akhirnya Wenda bertanya setelah agak lama dia diam diperjalanan.
Axton hanya tersenyum, namun sebelum Wenda memprotes butiran es jatuh di pelupuk matanya. Wenda tertegun melihat salju turun dengan banyak, "salju," gumamnya pelan. Dia lalu maju satu langkah.
Matanya berbinar-binar layaknya anak kecil. "Salju! Indah sekali!" ucapnya penuh dengan kekaguman. Wenda yang tak berhenti terpukau, tak menyadari kalau Axton berada di belakangnya. Didekapnya hangat dari belakang sambil membisikkan kalimat.
"Happy birthday, Wenda." Wenda terkejut dan menoleh pada Axton dengan mata membulat.
"Hari ini ulang tahunku? Ke-kenapa tak mengatakannya padaku?" Axton tertawa kecil melihat Wenda yang berubah menjadi kekanak-kanakan karena memprotesnya.
"Kalau aku bilang maka ini bukan kejutan namanya," jawab Axton santai.
"Kalau begitu, kenapa harus kita datang ke sini? Kita, 'kan bisa bikin acara kecil-kecilan di rumah!" protes Wenda sekali lagi.
"Tapi, aku mau ini yang paling berkesan jadi aku memutuskan untuk kita pergi ke Swiss untuk membawamu melihat salju. Bukankah aku pernah berjanji padamu bahwa kita akan pergi melihat salju bersama-sama?" Wenda terpana mendengar perkataan Axton.
Dia pikir Axton tak mengingat lagi janji itu rupanya dia mengingat. Wenda tak habis pikir hanya karena kejutan ulang tahun untuknya, Axton rela cuti. "Terima kasih Axton, kau memang suami terbaik dan aku beruntung menjadi istrimu." Axton menggeleng dan menangkup kedua pipi Wenda dengan kedua tangannya, membelai pipi Wenda dengan penuh kasih sayang dengan ibu jarinya.
"Kau yang membuatku beruntung menjadi suamimu, karena kau aku mengerti banyak hal. Terima kasih ya!" perkataan Axton diakhiri dengan ciuman penuh kasih sayang.
Takdir mempertemukan mereka dengan sebuah kesalahan dan mempersatukan mereka dengan ikatan suci yang awalnya tak mereka inginkan hingga akhirnya keduanya saling jatuh cinta. Walau terkadang masalah menghadapi keduanya dan beberapa dari masalah itu membuat mereka kadang-kadang agak sungkan untuk mempercayai satu sama lain tetapi karena keyakinan mereka dan cinta yang begitu kuat membuat mereka bisa mempertahankan hubungan dan menjadi sangat kuat.
Inilah akhir dari cerita Pernikahan Kontrak, besoknya author akan nulis cerita baru. Author dan para karakter di cerita ini mengucapkan banyak-banyak terima kasih karena readers semua selalu nunggu update-tan dari cerita ini. Semoga berjumpa lagi dah!!!