"Ngapa dah. Lemes banget kek kangkung udah sore."
Keanu menatap kearah gue yang kini tengah termenung dengan segelas soda ditangan gue sedang Keanu meminum wine digelasnya tanpa mengalihkan diri dari komputer yang ada dihadapannya. Keanu belum mandi dari dua hari lalu, yang dilakukannya hanay bangun,makan cuci muka lalu sikat gigi dan kembali kedepan komputernya. Dia tengah bercinta tiap hari dengan benda tidak bernyawa itu.
Kalian pasti bertanya kenapa aku betah berteman dengan mereka. Keanu adalah teman yang paling dekat dengan gue, kita sudah saling mengenal sebelum orang tua gue berdiri dengan tahta dan harta benda yang meilimpah ruah. Yang dikatakan orang tidak akan habis tujuh turunan, serius. Itu sangat berlebihan mereka terlalu hiperbola.
Tetapi kenyataannya keluarga gue memang kaya raya sejak ayah berhasil mendirikan perusahaan PT.Goodfood yang sudah meranah kebanyak hal selain makanan, perusahaan sudah menjadi suplier dibeberapa mall besar dan supermarket lokal diluar negeri. Sempat terjadi krisis pada masa mama mengandung gue, karena hutang membengkak dan penjualan menurun.
Ada seseorang tida bertanggung jawab menyebarkan isu jika pembuatan makanan di perusahaan milik papa tidak higienis dan menggunakan bahan-bahan berbahaya. Tapi utungnya sekarang kami sudah jaya kembali.
"Nu, lu mandi kek. Ini apartemen gue jadi bau bangke karena lu kgk mandi!!"
Gue tendang kursi yang di dudukin oleh Keanu, ini gue berkata sebenarnya. Ruangan khusus di kamar gue ini jadi sangat bau seperti kandang sapi yang tidak dibersihkan seharian. Keanu yang tengah fokus berdecaak marah melihat kelakuan gue merecoki ia yang tengahkonsentrasi dalam meretas akun untuk mendapatkan profil lngkap Daniel Kang.
"Bacot banget dah!! Mau gue selesain cepet apa kagak gue seleain sama sekali nih. Komentar mulu, keluar kalau merasa bau badan gue bikin lo gak nyaman. Kelar. Gitu aja diperdebatin, anjinglah!!"
"Yeuuu.. gitu aja baper."
"Yiiii.... giti iji bipir, tai kucinglah. Kalimat paling anjing sejagat raya. Kalau semisal itu orang lagi dalam emosi nggak terkontrol lu komentari gue yakin pasti bakalan emosi, dan lu bilang baper. Mati aja sana tai!."
Keanu membalas ucapan gue tajam dengan makian kasar, yang artinya Keanu sedang benar-benar mengusahakan diri agar bisa meretas akun perusahaan agar lebih banyak tau apa saja kelemahan Daniel Kang yang terlihat sempurna ini.
"Ya sorry, abisnya gue bosen. Lu nya merhatiin komputer mulu, akunya diabaikan,. Atu titat titut atu tutuh tatih tayang. Kasih sayang darimu yang semakin menghilang."
Gue membelai bisep milik Keanu dengan gerakan gemulai dan kedipan maut manja dengan sengaja.
"HIH!! JIJIK KAMPRET!! Pegi lu sana, keluar kgk?!! Gue tendang burung lu kalau kagak keluar, ganggu mulu."
Keanu berdiri dari kursinya sambilbergidik ngeri dan mendorong punggung gue keluar dari kamar.
"Weh. Ini kamar apartemen gue, harusnya lu yang keluar!!" Gue berteriak tidak terima.
"Bodo amettt!!."
Pada akhirnya gue hengkang kearah dapur untuk mengambil bir kaleng di pendingin yang langung gue teguk setelah gue buka.
"Si Keanu kenapa tereak-tereak tuh?."
BYURR
"Sialan. Ujan lokal kampret!!"
"Lu bisa nggak sih gak usah mukul pala orang kalau lagi minum, udah bikin kaget kaya setan!. Kapan lu dimari, kok gue nggak tau?."
Sialan memang si Bara, tiba-tiba muncul bikin gue kaget. Seriusan ini bir masuk kehidung karena saking kaget, gara-gara Bara mukul pala gue sambil nanya dan muncul tiba-tiba. Fix, ini kalau orang punya penyakit jantung udah pinsan sambil keselek.
Lu harus tau, gimana otot ditubuh Bara yang liat ini. Seriusan Bara adalah pemilik tubuh paling kekar dan besar diantara kami berempat. Keturunan Rusia-Italy nya keliatan banget, walau Kakeknya asal Indonesia, gen lokalnya nggak dapet sama sekali.
"Ngapain lu diapartemen gue?."
"Biasalah gue-"
"Babe, aku lapar dan ingin makan sesuatu yang gurih. Apa kamu bisa buatkan?."
Dan satu lagi ke brengsekan Bara pun anugerah dari ketampanan oriental, tentu saja wanita Indonesia sangat menyukai hal itu. Sialnya si bajingan ini sepertinya sehabis bercinta didalam apartemen gue dan gue nggak tau, mungkin Keanu semalam membukakan pintu ketika gue sudah tertidur dan tidak memberitahu gue.
Perempuan yang dibawa oleh Bara itu hanya menggunakan kaus kebesaran milik Bara yang sialnya tidak bisa menutupi pucuk ujung payudaranya yang mengeras itu dipagi hari. Dan dengan gaya playboy cap kaki cicak itu, Bara mencium sang wanita yang entah siapa ini dengan penuh gairah.
Dan bodohnya gue terpaku seperti tidak pernah melihat saja, ini sudah jadi tontonan biasa jika Bara mengajak seorang wanita yang dikata adalah pacarnya kedalam apartemen gue, ketika apartemennya tidak aman membawa wanita.
"SIALAN!! PERGI KE KAMAR LU BABI, JANGAN GREPE-GREPE DEPAN GUE!!"
"Jingin gripi-gripi disini. Hilih kintil!! Padahal udah nyoba, munafik banget kek putri insecure."
Gue memaki ketika Tangan Bara menyentuh dua gundukan yang sama gue senangi, anjing banget emang. Sengaja banget Bara bangsat ingin membuat gue panas, oh shit. Sesuatu dibawah sana mengeras dan kepala gue pusing sekali jadinya.
"Kamu mau meledek aku, babe?. Aku tidak bisa memasak, aku akan pesankan saja Ribollita dan Saltimbocca. Dan sekarang ayo kita kekamar karena kamu perlu menjinakkan si Johny yang tengah mengeras dibawah sana dan meninggalkan si jomblo menyedihkan ini didapur."
"Brengsek, gue perlu kamar mandi sekarang."
.
.
.
.
.
Ah, sial. Tanpa ada acara apapun gue dengan sadar dan tanpa bisa dicegah malah datang kekampus dijam kelas Ara akan masuk, gue duduk dikantin bersama adik tingkat dan teman seangkatan yang belum menyelesaikan skripsinya.
Oh,iya. Gue belum kasih tau kalian kalau gue sekarang sudah wisuda, makannya tidak ada alasan kuat bagi gue untuk datang kekampus selainuntuk melihat dan menemui Ara. Lu tau, sebenernya Ara sering sekali dibicarakan oleh kebanyakan anak kampus yang mengetahui kandasnya hubungan kami, ada yang senang, ada yang memaki gue atau malah menjatuhkan Ara karena tidak tau diri berhubungan dengan gue.
Pernah gue nggap hal itu dan ancam beberapa orang, jadi syukurlah hal seperti itu tidak menjadi panjang apalagi sampai ketelingan Ara gue.
Melihat kebiasaan Ara dan ketiga temannya yang duduk dikantin menunggu jam masuk kelas. Mereka paling berisik, tentu saja karena Abi dan Farrel adalah salah satu pangeran kampus setelah Bara dan Farhan. Jadi bahan perhatian, banyak perempuan menoleh terus menerus. Dan tentu saja, Ara gue juga sangat menawan dan daya tariknya yang meningkat jika dia tertawa membuat adik tingkat gue seringnya menatap tersenyum.
Yang gue tempeleng kepalanya karena kurang ajar memperhatikan Ara.
"Ya tuhan, bang. Ngapa dah pala gue di tempeleng, untung kuat, kalau kagagk udah mintal nih."
"Ngapain lu natap si Ara, nggak liat depan lu ada gue?."
"Yailah bang, udah mantan masih aja dijagain. Gue mau maju masa disuruh mundur, lagi berlian kaya Faras lu tuker sama emas imitasi kaya si Della."
Dan ku pukul lagi kepalanya dengan wajah tanpa ekspresi sampai mengerang kembali adik tingkatku yang tidak mengenalku dengan baik, merasa begitu dekat denganku dan berbicara seakan kami sedekat seorang sahabat.
"Apa abnget dah, pala gue di nistain mulu. Lagian banyak yang mau ngedeketin Faras, bukan cuma gue. Nomornya aja udah kesebar hampir se kampus."
"Jangan bicara seakan gue se-care yang lu kira, dan katakan siapa yang berani menyebar nomor cewek gue. Karena gue pastikan hidupnya tidak akan bisa ia nikmati seperti sekarang."
Dengan intonasi yang tenang dan ekspresi mengeras gue menarik pundak bocah tengik ini untuk berbisik bertanya, bajingan mana lagi ini yang berani menyebar nomor ponsel perempuan Nugraha?.
Ada yang salah dengan semua ini, karena entah bagaimana rasanya jadi mudah sekali para cecunguk untuk mendapatkan kontak maupun berdekatan dengan Ara.
Cecunguk lemah dalam cengkraman gue langsung memucat menciut dan menggeleng tidak tau, suaranya yang sombong kini berganti menjadi cicitan tak punya harga diri seperti tadi. Mulut besarnya tidak akan bisa menyelamatkannya dari hal buruk.
Gue mendongak untuk menatap Ara tengah berdiri dari kursinya mendekat kearah seorang lelaki yang gue kenali, semua atensi kantin langsung menatap kearah pria layaknya superstar terkenal.
"Eh, si oppa dateng lagi ngjemput si Ara. Buru poto selagi masih ada, video juga sekalian!!!"
Dan apa-apaan dengan pelukan itu?. Mau gue cincang itu tangan bajingan, ada yang membakar didalam dadaku ketika Ara malah menyambut. Apa yang gue lewatkan selama dua bulan ini smapai tidak tau kalau bajingan keparat itu sudah sering datang emnyusul Ara..
"Brengsek, ngapain itu orang disini?."
.
.
.
.
"Gimana ceritanya mereka kabur tanpa bayar hutang 400 juta?. Seharusnya lu cek lebih dalem dulu kalau dia juga ada banyak hutang ke suplier lain!! Lu jangan bego, gue udah sering bilang untuk, cek ulang, cek ulang bukan main menerima aja kalau ada yang minta kirim."
FUCKING ASSHOLE.
Kenapa hari ini begitu menyebalkan dan menguras emosi, gue membentak Lucas dan beberapa pegawi yang lainnya. Sebab gue tertipu 400 juta oleh agen besar telur. Padahal disitu terlihat jelas berkas penerimaannya tidak sesuai tapi anak buah gue malah tetap mengirim.
Ini kerugian yang tidak dapat diperkirakan, sebab sebulan yang lalu dua truk pembawa telur juga terkena kecelakaan dan sebagian telur hancur dan kami gagal memenuhi kebutuhan mall dan beberapa restoran.
"Bang, itu kesalahan gue sebagai manager. Seharusnya gue mengcek ulang, tapi gue malah memberikan wewenang semuanya pada bawahan gue."
"Halah sama aja!! Nggak usah sok jadi pahlawan, kalau begini kita perlu suplai ke budidaya lain untuk beli bibit siap panen dan itu akan sangat mahal harganya dari kita menetaskan sendiri."
Kemudian gue menendang meja yang ada didekat gue cukup kencang dan terkutuknya itu menyakitkan. Gue meringis kencang dalam hati dengan memunggungi semua staff yang memegang kandang dan pengiman langsung. Dengan menahan sakit di ujung kaki gue berucap sedingin mungkin dengan mempertahankan harga diri dan martabak sebagai bos yang marah.
"Buat rekap ulang semua telur dan induk puyuh, dan katakan pada pihak restoran dan mall kalau kita hanya bisa menyuplai setengah dari pesanan. Kalian boleh keluar."
Dan setelah sendiri gue berteriak murka.
"FUCK!!!"