Chereads / Mengambil kembali cintanya / Chapter 10 - Love is not over: Gibran

Chapter 10 - Love is not over: Gibran

Gue berjalan dengan minuman soda yang gue beli dari restoran cepat saji ayam goreng sejuta umat, gue menatap kearah tubuh mungil yang tengah berjalan bersisian dengan si mata minimalis hidung ekonomis. Sipit maksud gue. Karena sepertinya bisa sebutkan sebagai penguntit sekarang ini sebab mengikuti seseorang tanpa sepengetahuannya dan termasuk kelakuan tidak bermoral.

Bodo amatlah, apa sebutannya. Intinya sekarang gue hanya ingin mengikuit kemanapun Ara gue pergi bersama om-om girang ini, takut-takut dia berbuat amoral kepada perempuan gue. Jangan kalian tiru ini dirumah, sangat tidak patut.

Melihat si brengsek memeluk bahu mungil Ara membuat gue dengan sengaja memakai hoodie dan mendekat untuk menabrak bahu Daniel melepaskan pelukannya. Oh iya, tadi di mobil gue sempat mengganti kostum kemeja gue dengan hoodie abu-abu yang dipilihkan Ara buat gue. Sengaja gue gunakan dan setelah menabrak gue keluar dari gramedia dan munggu diluar.

Duduk di kursi didekat sana, sepuluh menit belum gue liat mereka keluar, dua puluh menit masih belum sampai setengah jam kemudian baru gue liat tubuh mungil nan pendek itu keluar dengan membawa dua tas belanja, dengan senyum bahagia dan usapan dikepala.

Sampai kemudian lelaki berkemeja putih dengan celana bahan datang mendekat kearah mereka dan membawa pergi belanjaan Ara. Uh, so gentle sekali sampai menyuruh asisten membawakan belanjaan. Lebih baik gue donk, langsung bawakan sendiri tidak perlu manja dengan menyuruh bawahan.

Sial, apa gue akan bisa bertahan hanya dengan menguntit begini?. Yang ada gue terbakar api cemburu, tapi gue tidak mau meninggalkan.

.

.

.

.

Ah, sialan. Di tengah gue menguntit gue malah bertemu mamah dan Della tengah memilih baju ditoko yang sama, pada akhirnya memaksa gue untuk ikut mereka belanja karena Della melihat dan memanggil gue.

"Ini masih mau beli apa lagi?." Gue bertanya jengkel karena mama terus berjalan kesana kemari memilih sepatu, sedang leher gue rasanya kaku karena mencari keberadaan Ara takut0takut muncul disini bersama si mata minimaliskan.

Gue kehilangan jejak keduanya disini, dengan belanjaan yang banyak membuat tangan gue keram. Gue mangmbil ponsel dan menelpon supir untuk datang ke lantai empat mall ini untuk membawa belanjaan mama ke mobil saja, karena jika sampai mama membeli sepatu dan sendal lagi sudah gue pastikan tangan gue akan benar-benar kaku tidak dapat bergerak leluasa.

"Mama mau kemana lagi sih?. Nggak cape apa, ini aku udah mulai nggak betah dan lapar. Nggak paham aku dengan perempuan." Gue mengeluh dan mama segera mencubit lengan gue keras. Sumpah sakit banget.

"Berisik kamu, pulang kamu kalau memang tidak mau menemani kami belanja. Gitu saja kok repot."

"Yaudah aku duluan, pak Jupri juga menunggu dibasement kalau mamah sudah akan pulang." Tapi yang terjadi adalah mamah manrik telinga gue kesal.

"Berani kamu pulang, tidak usah kamu merengek sakit badan sama mama lagi kalau berani angkat kaki meninggalkan mama."

Kan, cewek itu memang membingungkan pengecualian Ara. Tadi gue dibolehkan pulang tapi sekarang gue malah dilarang.

"Ayo kita makan, mama ingin makan seafood direstoran korea itu. Kamu yang bayar."

"Loh!! kan mamam bawa ATM sendiri kenapa aku yang bayar?." Tidak terima gue bertanya.

''Oh... jadi kamu nggak mau bayarin mama?. Oke, mama bisa bilang ke papa kamu untuk jangan bantu lagi jika terjadi kecelakaan sama truk pembaca telur puyuh kamu."

Gue berjalan lesu membawa satu plastik belanjaan mama, sedang yang lainnya sudah dibawa oleh supir. Tangan gue jadi keram, serius ini nggak ada enak-enaknya. Memasang wajah masam gue ikutin kedua wanita didepan gue, Della sedari tadi lebih banyak diam sejak gue hadir. Padahal tadinya dia terlihat lebih cerah.

Dia juga hanya sesekali bertanya dan menjawa saja, dan gue tidak begitu peduli. Sekarang fokus gue adalah mencari Ara yang kemungkinan besar sudah keluar dari mall ini dengan si bajingan atau malah ada disalah satu toko.

Masuk kedalam restoran pandangan gue mengedar mencari, siapa tau mereka ada disini karena Daniel si korea akan memilih makanan tempat kelahirannyakan?.

Dan restoran ini yang paling terkenal rasa masakannya sangat cita rasa yang tidak berbeda seperti dikoreanya.

Oh yeah. Semesta berbaik hati sekali memperrtemukan tatapan gue dengan Ara yang tengah cemberut imut. Rasanya aku ingin mengepalkan tangan dan berteriak senang memukul udara. Ha.ha.ha sungguh berlebihan. Tapi gue sangat senang tapi langsung kutelan lagi karena kedua sisi wajah Ara ditekan oleh lengan putih pucat itu, si keparat mata minimalis.

Kurang ajar sekali dia, tidak tau jika singa jantan ini tengah memantau siap menerkam. Tapi kulihat mereka seperti berdebat dan gue berdoa mereka bertengkar sampai si pucat mata minimalis itu menoleh langsung menatapku kemudian kembali berbicara sampai Ara terlihat sangat kesal, baiklah itu adalah kebiasaan jika Ara sangat marah adalah malas menatap orang dihadapannya dan lebih memilih menatap hal lain.

Seperti saat ini si Daniel berucap sedang Ara abai dengan membuang muka. Mereka berdua berdiri keluar dan gue hampir saja ikut jika mama tidak menarik lengan gue untuk duduk kembali kekursi.

"Makannya, kalau sudah dapat sebongkah emas jangan mau ditukar dengan barang seken."

Tentu saja, gue sangat menyesal ma. Mama sadar dan tau gelagatku karena mama sempat melihat Ara yang keluar dari restoran.

.

.

.

.

"Cuy, kita dapet undangan party ulang tahunnya kolega. Jangan lupa dateng malam minggu jam tujuh. Acara paling ditunggu adalah pukul sepuluhnya, karena semua yang nikmat akan tersedia Hahaha-"

Itu kata Bara yang duduk di sofa ruang tv sambil memegang cemilan kentang milik gue, dia berbicara keras dan tidak beranjak. Si pemalas itu sedang mengambil libur untuk mengecek restoran milik keluarganya.

Dia bilang rehat sejenak sebab matanya sudah gumoh melihat padatnya konsumen yang membooking dari dua minggu sebelum acara, saking ingin makan di restoran milik keluarga Prasetyo yng resep makannya sangat tidak ada tandingannya.

Sudah banyak blog,Vloger dan beberapa televisi nasional mereview makanan direstoran keluarga Bara yang sudah sangat terkenal. Mereka selalu ada perbaikan tiap dua bulan sekali agar tidak kalah saing dengan restoran lainnya dijaman serba elektronik.

Gue malas datang jadi gue tidak menyahut seperti Keanu yang senang karena ia bisa mencari mangsa begitu pun Dennis si buaya darat itu sangat tau jika pejabat ini akan mendatangkan artis dan selebgram cantik dengan penampilan bak dewi aphrodate, sangat seksi dan tentu saja bisa untuk diajak.

"Oh, Faras juga diundanga dan kemungkinan besar datang bersama Daniel atau ketiga temannya. Gue ingin mendekati teman Faras yang bernama Salma itu, dia sangat berbeda dengan perempuan yang gue tiduri ya?."

"Dari mana lo tau jika Ara akan datang?. Apa lo menguntitnya?."

"Yeuuu. emang gue elu yang melakukan tindak ilegal dengan menyadap ponsel orang dan mengikuti dia. Please, gue akan lebih cantik dari lo." Cibir Bara tidak terima ku bilang menguntit.

"Beuhhhh. Pas tepat dijantung bre!!" Seru Dennis sambil duduk menatapku jenaka meledek. Ah, mereka suka sekali mengolok tentang gue yang malah belingsakan mantan dekat dengan orang baru sedang guelah yang mengakhiri.

"Makannya borquee. Kalau bucin dijaga jangan sampai lepas, lah inimah berani serong kanan sampai dibuat bunting. Parah sih, mending nggak usah komitmen sedari awal kalau tidak dapat menjaga kepercayaan."Ungkap Dennis sembari memakan kacang mete dari toples yang ia bawa.

"Bacot sekali anda, bukannya bantu gue untuk dekat dengan Ara malah suka membully gue. Tolong jangan cederai hati gue yang hancur ini."

"Hncuran mana, hati Faras yang tau lo selingkuh dan diputusin depan banyak orang dengan lo yang selingkuh, membuang dia dan mempermainkan nya sedemikian rupa. Terus masih menguntit dan menghalangi banyaak lelaki untuk dekat dengan dia?." Timpal Keanu yang ikut nimbrung berjalan dari dapur menuju sofa disebelah gue.

Gue terdiam seketika, mereka benar. Gue yang kejam disni dan masih saja tidak tau diri. Guelah yang brengsek tapi masih punya muka dengan menguntitnya.