Chereads / Mengambil kembali cintanya / Chapter 4 - 0.3 Still with you: Gibran

Chapter 4 - 0.3 Still with you: Gibran

Gue melihat bagaimana Della kesusahan dengan perutnya yang besar dua kali lipat dari perut ibu hamil biasa. Sama saat umur kandungan Della dua bulan tapi sudah seperti lima bulan, itu sebabnya ketika itu perutnya sedikit terlihat dan gue menyarankannya untuk mengambil cuti kuliah ketika sudah usia lima bulan.

Dokter bilang bayi dalam kandungan Della kembar, gue menepati Della dirumah gue yang besar bersama mamah gue yang masihlah diam dalam amarah yang tertahan. Walau begitu didepan Della mamah gue berlaku seakan tidak terjadi apa-apa.

Mamah tetap mengurusi Della dengan bantuan suster dan pembantu rumah tangga, dengan penuh kasih sayang. Dan gue tinggal di apartemen milik gue sendiri, hanya sesekali saja gue pulang untuk melihat Della. Kami masih berstatus tunangan. Gue menunda pernikahan dan meminta untuk diadakan setelah Della melahirkan, mamah sempat murka dan tidak keluar kamar selain bibi yang keluar masuk kamaar mamah membawa nampan makanan. Abang gue masih bisa menerima diatas kekecewaan mereka, karena sadar sebrengsek apa mereka sebelum dipertemukan dengan istri yang sangat mereka cintai.

Percayalah, gue melakukan ini untuk memastikan DNA janin yang tengah Della kandung. Melihat seberapa kacau kehidupan hubungan seksual Jihyun selama ini. Gue yakin selama bersama gue, Della bercinta dengan lelaki lain yang entah siapa.

Tidak ada pernikahan besar-besaran. Dan beruntung ketiga abang gue menahan pers untuk tau kebejatan anak dari seorang pengusaha sekaligus pejabat seperti gue. Walau tidak menutup kemungkinan mereka tetap tau dan yang terjadi mereka membicarakan perkara ini dibawah hidung gue. Namun berlaga tidak tau apa-apa dihadapan gue.

"Del, kamu kenapa?"Gue bertanya pelan ketika melihat Della duduk disofa ruang tengah, menangis sambil mengusap perutnya mendesis.

"Kak-hiks...perut aku sakit, mules tapi kalau ke kamar mandi aku nggak pup."Della mengadu dengan tangis.

Gue elus perut besarnya, ah, ini sudah akan mendekati waktu melahirkan dan Della sudah merasakan kontraksi palsu. Della adalah perempuan manja, dia tidak bisa jika tidak meminta tolong. Orang tuanya juga mengiyakan saja sebab kedua orang tua Della sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Della lebih banyak hidup dengan pengasuhnya, kedua orang tuanya bepergian keluar negeri untuk masalah bisnis maupun saling berselingkuh. Mereka seakan lupa jika ada manusia yang mengaliri darah keduanya itu tengah mencari kesenangan lain dengan cara yang salah.

Mereka tidak masalah asalkan jangan sampai nama baik keluarga mereka terbawa jelek akan kelakuan Della. Padahal sebelum Jihyun berulah keduanya lah yang sudah membuat skandal.

Menyedihkan. Kehidupan Della ini menyebabkan gue yang tengah kehilangan arah dalam hubungan menerima uluran tangan Della yang tengah butuh sandaran. Gue jadi merasa dibutuhkan dan juga di layani. Menikmati dan lupa, kalau ada hati yang perlu gue jaga, ada perempuan yang menunggu gue. Rasa iba sering datang mengetuk pintu hati untuk menerima dan memeluk ketika Della menangis dan meraung akan sikap kedua orang tuanya.

Della pernah mencoba mengambil nyawanya sendiri dengan meminum entah berapa butir obat tidur melebihi dosis yang seharusnya diminum. Della sempat tidak sadarkan diri tiga hari dan ketika sehari Della baru sadar. Ibunya datang menjenguk sembari mengomel dan mengatai Della tidak dapat mengerti kesibukan orang tuanya untuk jangan berlaku kekanakan dengan melakukan tindak bunuh diri.

Dan yang terjadi setelah sang ibu keluar, Della berteriak meraung membanting barang apapun yang ada didekatnya, mencabut selang infus yang menusuk kulit tangannya. Sampai dokter menyuntikkan obat bius agar Della beristirahat. Gue benar-benar iba ketika itu, yang pada akhirnya menjerumuskan gue untuk merenggut nikmat bahagia bersama Della diatas ranjang dalam hubungan kami.

"Kak...hiks. Nggak enak, aku ngantuk tapi nggak bisa tidur. Engap, hiks."

Gue dekatkan kepala kearah perut Della dan mulai berucap sambil terus mengelus.

"Adek, kalian jangan buat ibu kalian susah ya. Sekarang udah malam, waktunya kalian tidur dan biarkan ibu kalian istirahat dengan tenang."

"Hiks...gimana mereka bisa paham. Huhuhu...aku nggak mau hamil lagi!! capek, engap, pegel!. Pokoknya nggak mau!!." Gue hanya dengarkan raungan kekanakan Della yang kini menangis seperti anak kecil.

Gue melihat jika napas Della mulai teratur tidak lama setelahnya, ia kelelahan sendiri dan tertidur tanpa sadar. Tubuhnya yang bersandar di sofa terlihat tidak nyaman jadi gue angkat Della yang kini bobotnya telah bertambah dan hanya mampu gue bawa ke kamar tamu yang paling dekat ruang tengah, sebab otot tangan gue langsung keram setelah menempatkan tubuh Jihyun yang lumayan berat itu diatas ranjang.

.

.

Mengecup kening Della yang tengah duduk di ruang makan mengunyah buah kesukaannya selama mengandung, stowberry. Della tiap paginya akan memakan buah merah manis itu dua sampai tiga mangkuk sebagai cemilan. Gue mengelus perut Della sesaat, kebiasaan baru sejak Della dinyatakan hamil akibat hubungan diatas ranjang yang panas dengan gue.

"Aku berangkat ke kampus dulu, jangan menyusahkan ibu kalian girls."

Dan gue segera berbalik pergi ketika mendapatkan anggukan dari Della yang terlihat malas-malasan. Menaiki mobil menuju kandang budidaya burung puyuh sebentar untuk mengecek sebelum berangkat menuju kampus.

Iya, gue membudidayakan burung puyuh yang sudah lumayan, apalagi saat ini burung puyuh sedang masa berproduksi. Setiap hari gue mendapat 210 kg telur atau lebih, dari 25 ribu lebih induk burung puyuh, yang sudah dipisahkan dari pejantannya. Dan gue juga sedang mengerami 10 ribu telur burung puyuh lagi target untuk akhir tahun ini. Dengan 'tittle' anak pengusaha dan pejabat memudahkan gue mencari kolega yang mengenal keluarga apalagi kedua orang tua gue.

Gue menjadi menyuplai telur puyuh di sembilan restoran besar milik empat keluarga besar sahabat gue dan beberapa penjual kaki lima terkenal yang bahan utamanya menggunakan telur puyuh sudah menjadi langganan membeli 5 sampai 10 kg telur langsung ke kandang dalam sehari, kedua sahabat gue juga melakukan invest pada budidaya gue, dan itu sedikit meringankan kerugian gue setahun yang lalu akibat gagalnya 3 ribu telur burung puyuh menetas. Oh, kedua abang gue juga ikut andil dengan kemajuan budidaya telur puyuh gue, jadi banyak tangan dalam usaha gue.

Gue berjalan menyusuri kandang bertingkat lima yang luarnya di tutupi dengan kain bersih yang selalu di ganti dan dibersihkan tiap hari. Burung puyuh selama masa bertelur tidak bisa dibuat stres dengan suara bising maupun banyak objek asing bergerak didekatnya, seperti manusia berlalu lalang. Burung puyuh tidak akan mau bertelur dan akan meloncat-loncat didalam kandang jika mulai merasa stres. Gue beri tahu saja, burung puyuh hanya bisa melihat satu atau beberapa orang yang sama untuk membersihkan dan memberi makan agar ia tidak berlaku stres, sebab mereka tidak dapat bertemu orang baru dalam teritorialnya di kandang.

"Gimana proses penetasan untuk yang pertama?"

Gue memulai pertanyaan kepada pengelola kandang yang sudah gue percayai.

"Oke. Semua berjalan dengan baik, pak. Cuman untuk penetasan yang pertama dicoba seribu telur banyaknya pejantan pak, hanya ada 341 betina burung puyuh."

"Apa perlu menambah lagi, Lucas? hanya untuk berjaga-jaga bila mana untuk penetasan sekarang lebih banyak pejantan dari betina."

"Perlu pak, saya sudah buat data penghitungan dan berapa jenis telur yang pasti lahir betina. Untuk sekarang hanya pakan yang habis juga vitamin penguat telur."

Gue mengangguk dan mengecek pengeluaran dan pemasukan hari ini dengan serius. Kemudian medongak untuk menatap Lucas.

"Lo jangan panggil gue bapak ya. Kalau sampai besok gue kesini manggil gue bapak lagi, gue turunin gajih lu!."

"Yeee. Nggak bisa gitu donk, bang. Kan lu mau jadi bapack bentar lagi, gimane sih." Balas Lucas yang tidak terima.

"Bodo amat. Bantah atasan mulu lu."

.

.

Pada akhirnya, ini semua hanyalah permulaan bagi gue ketika harus memilih segera menyelesaikan skripsi untuk mendapatkan gelar. Papa meminta gue untuk berhenti bermain-main dikampus dan fokus pada usaha yang gue punya tanpa harus mengikut sertakan diri dikampus.

Gue nongkrong seperti biasa dengan tiga teman gue. Barata Prasetyo, dan Keanu Elvano Mahardika si pangeran kampus. Dengan leptop di hadapan kami, kita berempat akhirnya sepakat untuk menyelesaikan skripsi agar akhir tahun kita dapat ikut wisuda bersama adik tingkat kami.

"Yos!! gue udah menyelesaikan bab 2, hanya tinggal mendatangi dosen." Bara merentangkan tangan keatas sambil mreneggangkan tubuhnya yang kaku.

"Baru bab 2, gue nih udah bab 4. Buruan garap aja sekalian bab 3 lu angjimk!." Timpal Keanu sambil menempeleng kepala Bara.

"Ya selo aja donk bang jago. Sombong amat anda, mentang-mentang mendahului ketampanan saya."

Dan keduanya terus berdebat, gue sudah menyelesaikan semua bab hanya tinggal menunggu revisi dari dosen pembimbing gue. Yang juga mengenal dekat papa gue yang seorang pembisnis. Sampai suara gebrakan meja di ujung ruangan merusak konsentrasi gue dan menoleh untuk melihat.

"Nggak usah lu terima lamaran itu cowok!!"

Gue segera menoleh dan segera tau siapa pembuat keributan itu, tapi ini menggganggu gue. Sebab Farrel Winata tidak biasanya semarah ini dan, lamaran?.

Siapa yang dilamar?

"Sumpah! Orang tua lu kolot banget, jangan bilang ini akal-akalan dibalik kata di jodohkan?!! Dan siapa cowok yang berani ngelamar lo anjing!! Nggak rela gue kalau lo di ambil dari sisi kita, udah kebayang gimana kalau lu nikah nanti. Gue pastiin bakalan susah buat kita ketemu dan diskusi asik!"

Gue segera menegakkan punggung dan menatap terang-terangan Farrel, sebab ketiga teman Faras tengah menatapnya yang meringis dan meminta untuk Farrel menurunkan suaranya.

"Ssstt... jangan tereak-tereak napa sih?!" Faras menutup mulut Farrel dengan kedua tangannya.

Iya, Faras, mantan tercinta gue yang kini tengah berkumpul dan membahas tentang sesuatu yang serius. Dan gue mengangguk mengiyakan Farrel, siapa si anjing yang berani lamar mantan tercinta gue?.

Sial, padahal gue sudah mengancam beberap pria yang terlihat terang-terangan mendekati Faras setelah putus dari gue. Termasuk beberapa pria kolega ayahnya.

Ada yang mengambil star dibelakang gue. Keparat, gue jadi nelangsa jika samapai Faras menerima lamaran entah-siapa-anjing-ini. Akan gue cari tau.