Chereads / Not a Cinder-Ella / Chapter 22 - Berpisah

Chapter 22 - Berpisah

Ella sudah memasukkan semua koper milik dia dan ibunya. Tentu saja, barang mereka tidak terlalu banyak. Hanya ada empat koper yang berisikan pakaian milik mereka yang tidak terlalu berharga. 

Bahkan mereka tidak membutuhkan mobil pengangkut khusus, karena mereka juga tidak memiliki barang besar yang harus dibawa.

Semua para pelayan keluarga Huxley, sudah mengelilingi mereka berdua. Menatap dengan sedih dan haru.

"Kami akan sangat merindukan kalian semua," ucap Alvin, dan memeluk erat Laras dan Ella secara bergantian.

"Hai Jason, aku akan rindu dengan semua ocehanmu," kata Ella yang kali ini memberikan pelukan erat pada pria paruh baya tersebut. "Dan juga Hercules, aku juga akan merindukannya." Ella langsung menyeka air matanya dengan cepat.

Ella baru sadar, diantara keluarga Huxley. Hanya ada Mrs.Huxley yang mengantar kepergian mereka. Ia tidak begitu kecewa saat itu, tidak melihat kehadiran Edward Huxley untuk mengucapkan salam perpisahan terakhir kalinya.

"Laras, aku mewakili keluarga Huxley. Mengucapkan banyak terimakasih atas semua jasamu... dan Juga kau Ella," Tunjuk Mrs.Huxley ke arah Ella, yang membalas dengan senyuman.

Mrs.Huxley mendekati Laras, dan memeluknya dengan sangat erat. "Terimakasih Emma," ucap Laras sangat pelan.

"Aku akan merindukanmu. Laras," balas Mrs. Huxley yang mulai berurai air mata.

Mrs. Huxley menatap wajah Laras, dan masih tidak percaya jika ia akan berpisah dengan sahabat baiknya. Dia pun mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang amat tebal dari balik saku baju.

"Terimalah ini, kalian sudah duabelas tahun bekerja disini. Hanya ini yang bisa aku berikan," ucap Mrs. Huxley dan langsung memberikan amplop tersebut di tangan Laras.

"Terimakasih banyak Mrs. Huxley."

Ella baru saja akan masuk kedalam mobilnya, dan seseorang memanggilnya. Edward berjalan dengan tergesa-gesa.

"Ella tunggu.. apa kita bisa berbicara sebentar?" tanya Edward. 

"Sepertinya kalian semua harus sudah mulai bekerja bukan, cepat kembali ke dalam." Ucap Mrs. Huxley sambil berdeham kearah semua assisten rumah tangganya. Dan mereka semua langsung paham dengan perintah Mrs. Huxley.

"Ibu akan menunggumu di dalam mobil, Ella" Ucap Laras, dan masuk dalam mobilnya.

"Ada apa tuan Edward?"

"Maaf, bisa kita bicara sebentar?" tanya Edward kembali.

"Bukankah kita sedang berbicara?" jawab Ella ketus.

"Apa.. Disini? Apa kau yakin?" Edward melirik ke arah mobil, melihat Laras yang masih terus menunggu kehadiran Ella untuk masuk kedalam mobil. Ella pun hanya mengangguk sekali untuk menjawab pertanyaan Edward.

"Hhmm... baiklah."

"Maaf.. maafkan aku mengenai malam itu. Karena aku terlihat seperti tidak membelamu di depan ayahku saat kita berdebat waktu itu."

"Aku tidak terlalu memikirkannya, Tuan Edward," Ella memotong pembicaraan Edward.

"Ella, kenapa kau bersikap seperti ini? Semenjak malam itu, kau menjadi berubah."

"Tuan Edward, maafkan saya. Tapi saya rasa, apa yang dikatakan oleh Mr. Huxley adalah benar. Lebih baik kita hanya berteman, tapi kalau anda tidak ingin berteman denganku, maka aku tidak bisa memaksamu," ucap Ella, dan Edward langsung memberikan tatapan bingung.

"Apa maksudmu Ella? Apa kau akan menyerah begitu saja?"

"Tuan Edward, tidak ada kata menyerah dalam hidupku. Selama aku hidup, aku selalu terus berjuang. Justru aku yang seharusnya bertanya pada anda, apakah anda akan berjuang untuk hubungan cinta ini?"

Edward masih terdiam, dan ia memandangi wajah Ella yang kini berubah menampilkan sebuah senyuman kecil yang terasa menyakitkan baginya. 

"Hmm.. terimakasih atas semua hal yang pernah kau berikan kepadaku. Karena aku tau sebenarnya kau adalah orang yang baik dan penuh dengan cinta. Karena aku sempat merasakannya, walaupun itu hanya sesaat." Ucap Ella.

"Ella, aku tahu kita masih terlalu muda untuk berbicara mengenai masa depan. Tapi seperti yang kau bilang, kita harus berjuang bukan?" Balas Edward.

"Seperti yang aku katakan Tuan Edward, kau bisa berkunjung ke tempat kami di waktu senggang anda." Ella pun menggenggam tangan Edward, dan memberikannya Sebuah kecupan kecil di pipi Edward Huxley.

***

"Kau tidak apa-apa, sayang?" Tanya Laras memandang Putrinya yang masih terus terdiam dan menunjukkan raut wajah sedih.

"Aku tidak apa-apa Bu." Ucap Ella berusaha tersenyum. Bersuaha untuk terlihat tegar di hadapan ibunya, dan ia harus menahan air matanya untuk tidak keluar saat itu.

Ella terus menatap perjalanannya dari balik jendela mobil, hari itu sudah mulai malam. Lampu-lampu jalanan sudah mulai dinyalakan. Bristol benar-benar kota yang indah, tidak salah jika kota tersebut menjadi salah satu kota wisata milik negara Inggris.

"Indah bukan. Ella? Kota ini akan menjadi kehidupan baru kita," ucap Laras yang sedang menikmati suasana pergantian hari tersebut.

Bristol secara apik terletak di pinggir laut dan memiliki pemandangan yang indah, bahkan Ella bisa melihat beberapa kapal kecil yang sedang berlabuh dalam perjalanan mereka. Walaupun Kota yang kecil, Ella merasa dia berada di sebuah kota besar.

Bahkan mobil mereka saat ini sedang melewati jembatan Clifton yang terkenal dengan keindahannya. Setidaknya dengan menikmati susana yang sudah mulai menjelang malam itu, Ella bisa melupakan kesedihannya.

"Ibu, biar aku saja yang bawa semuanya." Ucap Ella yang sudah membawa koper-koper dan mulai memasuki area depan rumah.

Rumah mungil berlantai dua, dengan catnya yang berwarna hijau, pekarangan depannya tidak luas, tapi beberapa petak tumbuhan sudah tertanam dengan rapi.

Laras sudah mengeluarkan kunci dan memasukkannya kedalam lubang pintu. Ella sudah tidak sabar untuk melihat isi rumah mungil mereka.

"Kejutan..." Kristy dan Calvin sudah berada di dalam ruangan dan menyapa Ella dan Laras.

"Kalian..? Kenapa bisa ada disini?!" Ella masih tidak percaya dengan kehadiran teman baiknya. Calvin dan Kristy langsung saja berhamburan dan memeluk Ella.

"Tentunya kami ingin mengucapkan selamat datang untukmu, Ella." Seru Kristy.

"Maafkan aku dan Calvin berbohong, dan mengatakan tidak bisa mengantar kepergianmu."

"Karena kami tidak ingin mengucapkan perpisahan kepadamu, Ella." Calvin menimpali ucapan pacarnya.

Ella langsung saja mengeluarkan air matanya, ia sudah tidak bisa menahan lebih lama. Setidaknya dia masih memiliki teman yang masih peduli dengannya.

"Hei Ella, ingusmu sudah mengenai bajuku," sindir Calvin.

"Diam kau Calvin," Ucap Ella.

Kristy dan Calvin membantu Laras dan Ella meletakkan koper dan beberapa barang bawaan mereka, Ella sudah memiliki kamarnya sendiri. Walaupun sederhana tapi ia sangat  menyukainya.

"Beberapa perabotan penting sudah ibu beli, aku harap kau suka Ella." Ucap Laras dan melihat Kristy sudah mulai memberikan semangkuk pasta sebagai acara makan malam mereka.

"Terimakasih Kristy"

"Sama-sama Mrs.Laras" Jawab Kristy, dan mulai memberikan semangkuk lagi ke arah Ella, "Kau harus mencobanya Ell, aku sendiri yang buat."

"Kau yakin? Bukankah terakhir makananmu berakhir di tempat sampah." Ejek Ella dengan sengaja.

"Kali ini, aku yakin akan berakhir dengan bahagia di perutmu Ella." Kristy semakin menambahkan porsi untuk Ella.

"Ibu, rumah ini tidak begitu buruk. Dan perabotan-perabotannya juga masih terlihat sangat bagus." Ucap Ella.

"Hei..hei... jangan terlalu kenyang... Masih ada hidangan penutup lainnya." Calvin baru saja masuk keruang makan dan membawa dua loyang pizza yang masih tertutup rapi.

"Calvin, ini untukmu. Dan cepat habiskan." Ucap Kristy yang masih sibuk dengan pasta buatannya sendiri.

"Sebenarnya rumah ini milik kakek Alvin, sudah lama sekali dia ingin menjualnya. Tetapi ia ingin menjualnya ke orang yang tepat, yang bisa merawat rumah ini dengan baik."

"Alvin pun mempercayakannya kepada ibu, dan setelah bernegosiasi mengenai harganya. Ibu pun memutuskan untuk mengambil rumah ini." Laras sudah mulai memasukkan suapan pasta pertamanya.

"Tidak buruk Kristy, ini cukup enak." Puji Laras,

"Terimakasih Mrs. Laras." Kristy tersenyum puas dan bangga dengan hasil masakannya sendiri.

Usai makan malam yang mengenyangkan, mereka memutuskan untuk beristirahat. Kristy dan Calvin tentunya menginap, karena rumah itu hanya memiliki dua kamar. Calvin tidur di sofa panjang di ruang TV. Sedangkan Kristy bersama Ella di kamarnya.

"Terimakasih Kristy, aku senang kau dan Calvin ada disini." Ucap Ella, dan menatap teman tidurnya yang berada di sampingnya.

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Edward?" Tanya Kristy dan memiringkan kepalanya agar bisa melihat Ella yang sedang berbaring di sebelahnya.

"Entahlah.. Jangan tanyakan hal itu. Aku sendiri juga tidak tahu, bagaimana hubungan ini. Apakah akan berakhir dengan bahagia atau justru malah tidak bahagia sama sekali." Jawab Ella menatap langit-langit kamarnya, dan melihat tempelan bintang dan bulan.

"HHhh... aku akan kuliah di Universitas Di luar negeri, dan Calvin... dia memutuskan untuk tidak kuliah dulu." Ucap Kristy.

"ha?? kau serius??" Ella langsung ikut memiringkan kepalanya, dan kali ini mereka saling bertatapan. "Kenapa?"

"Kau tahu kan, dia punya hobi yang aneh. Dia bercita-cita mempunyai dan membangun bisnisnya sendiri." Jawab Kristy kecewa.

"Apa itu buruk?" Tanya Ella kembali, "Sangat buruk.. dan kalau ayahku tahu.. itu akan memperburuk hubunganku kedepannya dengan Calvin," ucap Kristy dan lebih terdengar putus asa.