Arvin menghubungi Khansa di ruang kerja Ny. Zemira. Butuh waktu yang agak lama baginya untuk mendapatkan jawaban dari Khansa. Setelah Khansa menjawab panggilannya, Arvin langsung bertanya to the point kepada gadis itu.
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau menghubungiku tadi?!" tanya Arvin.
"Tenang, tenang, apa salah jika aku menghubungimu?" Khansa bertanya balik.
"Tidak jika kau tidak langsung memutuskan sambungannya tadi!"
"Jadi dia menceritakannya padamu?"
"Tidak hanya padaku, tapi juga pada seluruh anggota keluargaku."
"Dengar, jika kau melakukan hal itu lagi, maka aku tidak mau berhubungan denganmu lagi!" sambung Arvin.
"Tapi aku ini temanmu, kenapa seorang teman tidak boleh menghubungi temannya sendiri?" tanya Khansa.
"Kau menelponku, lalu langsung memutuskan sambungannya begitu kau mendengar suara Salma! Apa kau tidak berpikir kalau hal itu akan menimbulkan kecurigaan pada mereka?!"
"Arvin, aku memutuskan sambungannya karena aku ingin berbicara denganmu, bukan dengan Salma."
"Ya tapi tidak begitu caranya!"
"Kenapa kau begitu marah? Apa keluargamu benar-benar berpikir seperti itu?"
"Ya! Dan kau tahu? Aku tidak tahu bagaimana harus menjawab mereka!" pungkas Arvin, ia kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
Sementara itu, Tantri akhirnya selesai membereskan dapur, ia pun kembali ke kamarnya dan semuanya tampak normal. Tidak ada jasad Jhana atau pun darahnya, dan ia mendapati kalau Fina juga Zhani sudah tertidur pulas. Gadis itu lantas mengunci pintu kamarnya dan bersiap untuk masuk ke alam mimpi.
Di sisi lain, Kevlar kembali menaruh robekan gambarnya ke dalam plastik hitam dan meletakkannya lagi pada tempat yang sebelumnya.
Pria itu lantas keluar dari kamarnya dengan maksud untuk menghampiri jasad Jhana, namun ketika ia sampai pada lantai 2, ia berpapasan dengan Arka yang terlihat terengah-engah, bocah itu sepertinya berniat untuk masuk ke kamarnya. Kevlar menatapnya secara dalam, dan Arka mengalihkan tatapannya.
Kevlar lalu berjalan perlahan menuju lantai 1. Arka pun membuang napas lega seusai Kevlar turun, ia kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Lain halnya dengan Arka, Arvin yang hendak keluar dari ruang kerja Ny. Zemira, mengurungkan niatnya sebab ada 'badai pikiran' yang berkecamuk di dalam kepalanya.
'Apa aku terlalu kasar padanya?' pikir Arvin.
'Tapi dia juga salah, dia bisa membuat keluargaku berpikir kalau kami berselingkuh disaat aku menolak keberadaannya. Aku menolak keberadaannya tapi aku malah memiliki nomornya.'
'Dia tersinggung tidak, ya?'
Calon kakak ipar Dina itu lantas teringat akan saat Khansa menceritakan tentang 'kisahnya' di rumah makan Populer. Saat itu Khansa berhasil membuat Arvin merasa iba padanya.
'Apa aku malah memperparah rasa traumanya?'
Tak lama kemudian, pria itu menerima sebuah pesan singkat di ponselnya. Dilihatnya nama si pengirim: Khansa. Arvin pun langsung membuka pesan itu dan membaca isinya.
- Maafkan aku jika aku salah, aku paham bagaimana perasaanmu sekarang, jadi aku hanya mengirim pesan ini. Sekali lagi, aku minta maaf -
Begitu isinya.
Sebuah senyuman lantas terukir di bibir Arvin.
"Dia jauh lebih baik dari yang aku pikir. Mungkin tak seharusnya aku membencinya di awal," gumam Arvin.
Di ruang tamu, anggota keluarga Dhananjaya terdiam menunggu Arvin, bahkan mereka tak menyadari kalau Kevlar melintas melewati ruang tamu dan keluar untuk memeriksa Jhana.
Namun Kevlar terkejut ketika ia tidak mendapati tubuh Jhana di titik di mana ia mendorong wanita itu tadi.
"Di mana dia?" lirih Kevlar seraya mengernyitkan dahinya. Pria itu lalu melihat ke sekelilingnya, namun ia tetap tidak menemukan Jhana.
Kevlar sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya Jhana selamat dan sedang berada di kamarnya sendiri sekarang bersama Salma dan Mona.
"Itu dia, aku melihatnya," ucap Mona yang mengintip ke arah Kevlar.
"Duduklah, dia akan melihatmu nanti," ujar Jhana, Mona lantas menuruti perkataan ibunya.
Salma menatapi Jhana dan Mona dengan perasaan tegang, dan tampaknya Jhana peka akan hal ini. Wajar memang jika Salma sedikit merasa ngeri dan tegang dicampur bersama rasa bingung, sebab semuanya sangat mengejutkan baginya. Ia kembali mengingat momen saat dirinya bersama anak-anak Jhana dan Arka menyelamatkan nyawa Jhana yang tentu saja melayang apa bila mereka tidak bergerak cepat untuk menyelamatkannya.
Sesaat sebelum Jhana di dorong ...
Mona, Fina dan Zhani bertemu dengan Salma di halaman depan saat keponakan Gusiana itu hendak pergi ke garasi dan masuk ke dalam mobil kekasihnya. Salma melihat ketiga bocah itu terlihat sedang gelisah, terlebih lagi Mona.
"Hai Mona, Fina, Zhani," sapa Salma.
"Hai," balas Mona, ia membalas sapaan Salma, namun pandangan matanya entah mengarah kemana.
"Ada apa? Kenapa kalian tidak tidur dan malah keluar di malam hari? Apa ada masalah?" tanya Salma.
"Ya, ada," jawab Mona.
"Apa? Ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu."
"Apa kak Salma melihat kak Karin?"
"Karin?"
"Ya."
"Apa urusan kalian dengannya?" tanya Salma sembari mengernyitkan dahinya.
Belum sempat Mona menjawab lagi, tiba-tiba ada suara ribut yang berasal dari atas, itu adalah suara Kevlar dan Jhana. Suara Kevlar yang mengancam Jhana bisa di dengar oleh Salma, Mona, Fina dan Zhani sebab mereka berempat berada di luar, hampir tepat di bawah teras kamar Kevlar dan Bunga. Namun, Kevlar dan Jhana sebelumnya tidak mendengar pembicaraan Salma dan Mona sebab keduanya berbicara dengan nada yang pelan.
Meskipun Kevlar sudah menekankan volume suaranya, namun yang namanya orang marah pastilah sulit untuk tidak mengeluarkan suara yang besar. Suaranya sebenarnya bisa di dengar sampai lantai 2, dan orang-orang di lantai 1 tidak akan bisa mendengarnya, tapi pada saat itu yang berada di lantai 2 hanya Arka yang berniat masuk ke dalam kamarnya.
Penasaran dengan suara yang berasal dari atas, Arka pun masuk ke kamarnya dan melihat ke atas melalui balkon. Tentu ia terkejut, terlebih lagi tubuh Jhana hampir keluar dari pembatas. Arka bingung harus berbuat apa karena ia tidak bisa melihat dengan benar sebab posisi kamar Bunga dan Kevlar berada tepat di atas kamarnya. Bocah itu kemudian memutuskan untuk turun dan keluar dari dalam dengan pelan agar tidak membuat keributan yang bisa memancing perhatian, dan ia berhasil membuat keluarganya tidak sadar dengan gerakannya.
"Siapa itu?" tanya Fina.
"Itu terlihat seperti ibu," kata Zhani.
"Ibu?" ucap Salma.
"Paman Kevlar berusaha menjatuhkan ibu dari atas itu, kita harus menyelamatkan ibu!" tegas Mona. Jhana dan Kevlar tidak mendengar semua itu sebab mereka benar-benar fokus dengan apa yang terjadi di antara mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Arka.
"Dengar, apa pun yang terjadi di atas sana, kita harus siap untuk menyelamatkan Karin. Mona, ambil sebuah selimut, dan usahakan jangan membuat keberisikan apapun, kita tidak akan bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi jika kita panik dan ribut," perintah Salma.
"Baiklah," ujar Mona dengan nada pelan, ia langsung bergegas pergi menuju kamar Jhana dan mengambil selimut ibunya.
"Zhani, kemari berdiri di sampingku, Arka dan Fina, kalian berdiri berdekatan," ucap Salma, anak-anak itu lantas menuruti perintah Salma, Mona lalu datang membawa selimut yang cukup tebal.
"Kau berdiri di samping Arka," kata Salma pada Mona, ia kemudian membentang selimut itu dan mengarahkan keempat bocah tersebut untuk memegang setiap ujung dari selimut itu, kecuali Arka yang memegangi bagian tengah dari sisi yang di pegang oleh Mona dan Fina, sebab ia berada di tengah-tengah mereka.
Kini, mereka berlima siap untuk menangkap Jhana.
"Bersiaplah," ucap Salma ketika Jhana di dorong oleh Kevlar hingga terjatuh, Jhana yang menutup matanya pun tidak sadar bahwa ia diselamatkan. Meskipun Jhana terjatuh di atas sebuah selimut yang di pegang oleh 4 bocah dan 1 perempuan dewasa, namun pada kenyataannya tenaga mereka berlima tidak benar-benar membuat Jhana aman, wanita itu tetap menyentuh Bumi dan tetap membuat suara 'bruk', meskipun tidak parah.
Jhana pun langsung bangkit ketika menyadari dirinya selamat, anak-anaknya kontan memeluknya dan menangis.
"Ssshhtt," ujar Salma.
"Apa yang terjadi, kak Karin?" tanya Arka dengan nada berbisik.
"Akan kujelaskan padamu besok, tapi berjanjilah padaku agar kau tidak memberitahukan pada siapapun tentang hal ini, ya?" ujar Jhana.
Arka menjawabnya dengan sebuah anggukan.
"Sekarang masuklah ke kamarmu, kalau tidak, yang lain akan curiga."
Arka lalu menuruti ucapan Jhana dan langsung masuk ke dalam mansion.
"Kalian bertiga juga," sambung Jhana yang menujukan perkataannya untuk ketiga anaknya.
"Aku tidur bersama ibu malam ini, ada hal penting yang ingin kuceritakan," kata Mona.
"Meskipun kami tidak tidur bersama ibu, tapi kami berhak untuk tahu kenapa paman Kevlar mendorong ibu, kan?" tanya Fina.
"Ya, kalian berhak untuk tahu, tapi ibu akan menceritakannya besok, sekarang masuklah ke kamar kak Tantri, jangan buat dia atau siapapun curiga, mengerti?" ujar Jhana.
"Baiklah." Fina dan Zhani lalu pergi ke kamar Tantri, sedangkan Jhana mengajak Salma dan Mona masuk ke dalam kamarnya.
"Dengar, aku tahu kau bingung dengan semua ini," ucap Jhana pada Salma, ia berusaha untuk membuat perasaan tegang Salma berubah menjadi perasaan yang lebih tenang.
"Tentu aku bingung, kak Kevlar mendorongmu dari ketinggian dan bagaimana bisa aku tidak bingung?" kata Salma. "Terlebih lagi Mona dan adik-adiknya memanggilmu dengan sebutan ibu," lanjutnya.
"Ok, aku akan menceritakan segalanya padamu, karena kau sudah tahu tentang Raya, jadi mungkin tidak salah jika kau memahami segala situasi yang ada," ujar Jhana.
"Tapi ada apa dengan paman Kevlar, ibu?" tanya Mona.
"Jangan menyelaku, ibu akan menceritakan kebenaran tentangnya juga, jadi dengarkanlah," jawab Jhana.
"Ok, baiklah."
"Pertama, Salma, itu namamu. Kedua, kau bekerja di rumah makan Populer untuk menggantikan posisiku," papar Jhana. Salma lantas mengernyitkan dahinya.
"Tunggu, ini tidak membantu," kata Salma.
"Sepertinya aku harus menjelaskannya secara rinci padamu."
"Hai, aku Rinjhana, ibu kandung dari Mona dan adik-adiknya," sambung Jhana.