Sambil menjelaskan tentang dirinya kepada Salma, Jhana menghapus make upnya dan membuka hijabnya yang terlanjur berantakan.
"Tunggu, tunggu, namamu Jhana, kan? Bukan Karin?" tanya Salma.
"Bukan, Jhana adalah nama asliku," jawab Jhana.
"Kenapa kau bisa sampai disini dan meninggalkan rumah makan Populer?"
"Ok, aku akan menjelaskannya dari awal. Kau harus tahu bahwa pada dasarnya, secara tidak langsung sebenarnya kau adalah calon adik iparku jika kau sudah serius mengenai hubunganmu dengan Arvin."
"Hah?"
"Aku anak angkat Tuan Farzin dan Nyonya Zemira, atau mungkin bisa dibilang sebagai mantan anak angkat mereka."
Salma lantas diam mendengarkan dan menyimak penjelasan Jhana.
"Aku hanyalah seorang bayi yang ditemukan di pinggir parit, lalu dibawa ke sebuah panti asuhan. Nyonya Zemira dan Tuan Farzin datang ke panti asuhan itu dan mengadopsiku, saat itu, mereka baru memiliki satu anak, Rasyid namanya."
"Bibi Zemira dan Paman Farzin memiliki anak yang lebih tua dari kak Bunga? Tapi Arvin tidak pernah menceritakannya padaku."
"Huft, jika mereka tidak memiliki anak yang lebih tua dari Bunga, lalu Raya itu siapa? Kenapa dia bisa jadi menantu mereka? Bagaimana Arka bisa lahir? Ya tentu karena ada kakaknya Bunga. Kau dengarkan saja dulu."
"Kenapa bibi Zemira dan paman Farzin mengadopsimu jika mereka sudah memiliki anak? Apa kau berbohong padaku?" tanya Salma penuh selidik.
"Akan sangat panjang jika aku menceritakan hal itu padamu juga, waktumu tidak cukup, lain kali aku akan menceritakan tentang hal itu padamu," jawab Jhana.
"Aku juga baru ingat, ibu tidak menjelaskan tentang hal itu padaku," timpal Mona.
"Diamlah, nanti juga ibu akan menceritakannya padamu," ucap Jhana.
"Biarkan aku melanjutkan ceritaku dulu. Jadi, singkat cerita, Bunga, Arvin dan Isa akhirnya lahir, kami tinggal di Jakarta saat itu, semuanya baik-baik saja pada masa itu, semua tahu kalau aku adalah anak adopsi, tidak ada rahasia selama itu, sampai ketika aku dan Rasyid mulai dewasa, kami saling jatuh cinta, tapi kami tidak berani mengatakan hal itu pada siapapun, kami menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih secara diam-diam, karena kami tahu, kalau sampai orangtua kami tahu tentang hubungan yang kami jalin, maka segala situasi akan menjadi buruk," sambung Jhana.
Salma mulai serius mendengarkan.
"Tapi hubungan rahasia itu justru membawa petaka bagi kami. Rasyid, dijodohkan dengan Raya saat ayah Raya sedang sekarat hidupnya. Ayah Raya ingin melihat putrinya menikah sebelum kematiannya, dan Rasyid, anak mantan rekan bisnisnya yang dia pilih. Tuan Farzin dan Nyonya Zemira menerima perjodohan yang diinginkan oleh ayah Raya saat itu. Aku dan Rasyid tentu tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah hal itu, selain karena kami merasa kasihan dengan ayahnya Raya, Rasyid tidak bisa menolak sebab keluarga kami tidak mengetahui tentang hubungan kami, hingga akhirnya, pernikahan itu terjadi saat aku dan Rasyid juga tetap menjalin hubungan, dan kemudian, ayah Raya meninggal."
"Kak Rasyid menikah dengan kak Raya ketika kau dan kak Rasyid masih menjalin hubungan? Artinya kalian tidak putus bahkan setelah kak Rasyid menikah kak Raya?" tanya Salma.
"Ya, dan itu sangat memalukan bagiku sekarang, apa lagi ketika aku menceritakannya, seharusnya aku merelakan Rasyid pada Raya saja saat itu, tapi aku terlalu cinta pada Rasyid," jawab Jhana.
"Lalu bagaimana dengan kehidupan suami-istri kak Rasyid dan kak Raya? Bagaimana bisa kau bertahan di saat mereka sudah satu ranjang? Kak Rasyid berbagi ranjang denganmu? Astaga! Dosamu besar sekali!"
"Aahhh." Jhana tiba-tiba menjadi gugup dan melirik ke arah Mona yang tidak mengerti soal itu.
"Apa?" ujar Mona.
"Bisa kau keluar sebentar, nak?"
"Kenapa? Maksudku, aku sudah tahu segalanya, kenapa aku harus keluar? Apa ada hal yang masih ibu sembunyikan padaku?"
"Tidak, kau memang sudah tahu segalanya, tapi, pembicaraan ibu dengan sesama orang dewasa akan sangat berbeda dengan pembicaraan kita waktu itu, jadi, lebih baik kau keluar saja."
"Kenapa?"
"Beberapa bahasa tidak akan kau mengerti, itu ... sudah pasti," jawab Jhana yang masih gugup.
"Bukankah itu bagus? Jadi aku bisa mengerti bahasa-bahasa baru."
"Tapi ibu tidak ingin kau bertanya, sayang."
"Kalau begitu aku akan diam."
Jhana lantas terdiam.
"Kenapa kau tidak mengawasi paman Arvin saja? Dia tidak tahu kalau kak Salma ada disini, jadi pastikan dia tidak mencarinya sampai kesini nanti," kata Jhana.
"Huh, baiklah kalau ibu memaksa." Mona lalu keluar, berjalan menuju taman dan mengawasi mansion dari sana dengan wajah kesal.
"Ok, aman sekarang," ucap Jhana pada Salma.
"Jawab pertanyaanku," ujar Salma.
"Baiklah, Rasyid mengatakan padaku bahwa dia dan Raya sebenarnya tidak pernah tidur satu ranjang. Rasyid selalu tidur di sofa, dan mereka tetap satu kamar."
"Kenapa?"
"Karena Rasyid tidak mencintai Raya, dan semua orang paham akan situasinya saat itu, mereka mewajarkan kalau Rasyid butuh waktu agar bisa menerima Raya, sebab pernikahan mereka memang mendadak."
"Jadi, soal itu, kak Rasyid dan kak Raya menceritakannya pada semua orang?"
"Ya, karena mereka terlihat sangat kaku sebagai suami-istri pada saat itu, jadi orang-orang pun bertanya kenapa seolah ada jarak di antara mereka. Rasyid bilang, 'kami tidur saja tidak satu ranjang' dan semuanya tertawa saat itu."
"Apa dia tidak mengatakan kalau sebenarnya dia tidur seranjang denganmu?"
"Tidak, tidak," jawab Jhana yang salah tingkah.
"Katakan padaku, apa menurutmu aku salah dengan jatuh cinta pada Rasyid? Apa kami salah saling jatuh cinta?" sambungnya.
"Kau tahu? Kupikir tidak, sebab kalian tidak sedarah, namun yang berat adalah status kalian tetap saudara, biar bagaimana pun kalian dibesarkan sebagai saudara, dan yang buruk adalah kalian tetap menjalin hubungan disaat kak Raya sudah menjadi bagian dari keluarga ini," jawab Salma.
"Aku tahu, aku salah. Tapi tidak lama setelah itu, Raya mulai mencurigai kedekatanku dengan Rasyid."
"Dan biar kutebak, kalian ketahuan di hadapannya."
"Ya, dan itu sangat memalukan. Pada awalnya Rasyid mulai menjauh dariku dan mencoba membujuk Raya untuk memperbaiki segalanya tanpa memberitahu keluarga kami, dan Raya setuju, Raya kemudian membenciku dan saat itu aku berpikir kalau hal itu wajar. Keadaan berbalik bagiku saat aku mengetahui kedok Raya, aku yakin kau sedikit mengerti karena kau mengalaminya sendiri, kan?"
"Dari mana kau tahu?"
"Mona menceritakannya padaku tentang apa yang kalian alami."
"Dia anakmu, oh iya, tentu saja. Tunggu, siapa ayah dari anak-anakmu? Kak Rasyid?"
"Sabar, aku akan menceritakannya secara bertahap."
Sementara itu, di dalam mansion, Arvin menjelaskan perihal apa yang terjadi diantara dirinya dan Khansa kepada Ny. Zemira, juga di dengar oleh Bunga, Raya dan Shirina.
"Aku tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi, Khansa datang ke rumah makan tempatku bekerja. Awalnya aku berusaha mengusirnya, tapi akhirnya dia menceritakan alasannya kenapa dia berusaha mendekatiku," papar Arvin, Kevlar menguping dari dekat pintu ruang tamu.
Raya dan Bunga mengernyitkan dahi mereka ketika Arvin memaparkan hal itu.
"Kenapa?" tanya Ny. Zemira.
"Dia pernah hampir menikah, tapi ternyata tunangannya selingkuh dan menghamili seorang wanita, hal itu sangat memukulnya dari segi mental. Setelah gagal menikah, Khansa mengurung dirinya dan menghabiskan waktunya untuk bersedih. Kemudian ibu kembali ke kehidupannya, memintanya untuk mendekatiku, dia mau karena dia pikir aku akan membuatnya move on, tapi aku tidak menerimanya, lalu ibu menghentikan perjodohan kami waktu itu. Usai semua itu, dia tetap berusaha mendapatkan perhatian dariku, berharap kalau dirinya akan bisa melupakan segala kenangan buruk bersama mantan tunangannya, dan akhirnya aku setuju untuk membantunya move on ketika dia menceritakan kisah masa lalunya. Sejak kemarin kami mulai melakukan pertemuan, jalan bersama selama waktu istirahatku, dan aku melihat ada perkembangan di dalam dirinya, dia terlihat lebih ceria," jelas Arvin, Raya merekam semua itu.
"Jadi bagaimana menurut ibu? Aku hanya menemaninya jalan sebagai teman, Salma tetap yang terbaik. Setelah Khansa berhasil move on, dia akan pergi dari kehidupan kita," sambung Arvin, Ny. Zemira terlihat berpikir.
'Astaga, dia benar-benar bodoh,' batin Raya.
Kembali ke kamar Jhana, Salma masih mendengarkan Jhana.
"Aku adalah lawan yang cukup berat bagi Raya, begitu juga sebaliknya, jadi dia membuat drama seolah aku berselingkuh dengan Rasyid. Aku akui memang kalau aku dan Rasyid tidak putus setelah Raya mengetahui tentang hubungan kami, tapi, hubungan yang kami jalin lebih dulu dari pada pernikahannya dengan Rasyid. Semua orang akhirnya mengetahui tentang hubunganku dengan Rasyid, aku lalu di usir oleh Nyonya Zemira, dia berpendapat agak sama denganmu, dia marah besar karena aku dan Rasyid dibesarkan sebagai saudara, terlebih lagi Raya berbohong dengan mengatakan kalau hubunganku dan Rasyid dijalin setelah mereka menikah."
"Kau tidak menceritakan tentang dendam kak Raya?" tanya Salma.
"Sudah terlambat, aku tahu kalau menceritakan hal itu hanyalah sebuah usaha yang sia-sia."
"Lalu apa yang terjadi? Tidak ada yang tahu tentang kedok kak Raya selain dirimu?"
"Ya, dan Rasyid, dia tidak bisa hidup tanpaku, akhirnya dia menyewakanku sebuah rumah tanpa sepengetahuan keluarganya. Dan rumah itu adalah saksi bisu bagaimana kami menjalin hubungan bukan ke jenjang yang serius, tapi ke jenjang yang terlarang."
"Kalian memiliki anak di luar ikatan pernikahan," lirih Salma.
"Ya, dan itu adalah salah satu kesalahan terbesar dihidupku, aku hanya memperbesar kesan buruk pada diriku."
"Tapi kau harus bersyukur, mereka adalah anak-anak yang luar biasa."
Jhana lantas tersenyum. "Terima kasih."
"Entah kenapa aku berpikir kalau hal itu sedikit wajar terjadi."
"Hah?"
"Ya, kak Raya membuatmu terusir dengan niat buruknya, dan kau melampiaskan rasa amarahmu dengan semua itu, kau berusaha memiliki kak Rasyid sepenuhnya dengan cara yang salah, jadi kurasa malah hal itu wajar."
"Aku tahu, pada awal aku hamil Mona, aku juga berpikir hal yang sama denganmu, tapi lambat laun, aku berpikir kalau caraku salah besar. Aku telah dibutakan oleh nafsu juga amarah, dan membuat situasi yang benar-benar buruk bagiku dan bagi keluargaku. Aku menyadari hal itu ketika aku hamil Zhani, Raya mengetahui kalau aku dan Rasyid tetap menjalin hubungan bahkan sampai memiliki dua anak, kemudian dia melaporkan hal itu ke Tuan Farzin dan Nyonya Zemira, tentu saja mereka marah besar, tapi Nyonya Zemira jauh lebih besar amarahnya, sedangkan Tuan Farzin tidak terlalu begitu. Lokasiku lalu terlacak oleh mereka, kemudian semua anggota keluarga Dhananjaya mendatangiku yang saat itu sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah, Nyonya Zemira lalu mengancam akan menerorku dan membuat hidupku beserta hidup anak-anakku tidak tenang jika aku masih berhubungan dengan Rasyid, dia menyuruhku untuk pergi jauh dari hadapan keluarga ini dan aku lakukan hal itu. Aku pindah ke Jogja tanpa sepengetahuan Rasyid, aku memutuskan komunikasi dengannya dan disini aku melahirkan Zhani, mulai bekerja di rumah makan Populer dan berusaha untuk membuat anak-anakku tidak tahu tentang masa laluku."
"Satu-satunya hal yang tidak kuduga hanya keluarga ini akhirnya pindah juga ke Jogja," sambung Jhana.
"Kau juga tidak mengatakan kemana kau akan lari pada Nyonya Zemira?" tanya Salma.
"Tidak pada siapapun. Sepertinya mereka ingin menjauh dari ibukota karena kematian Rasyid."
"Ceritakan tentang kematian kak Rasyid padaku."
"Yang kutahu dari beberapa berita adalah dia mati karena bunuh diri, tapi beritanya tidak terlalu gempar karena keluarga Dhananjaya bukan keluarga yang sangat terkenal, hanya terkenal karena Tuan Farzin adalah pebisnis yang cukup sukses."
"Kenapa dia bunuh diri? Apa karena dia memang benar-benar tidak bisa hidup tanpamu?"
"Mungkin, aku pun tidak tahu alasan pastinya."
"Lalu bagaimana kau bisa seperti ini disini?"
"Semuanya bermula dari dua minggu yang lalu. Dina adalah pekerja baru di rumah makan Populer saat itu. Dia mengatakan padaku kalau keluarga tunangannya mengajaknya untuk makan malam bersama, dan dia diperbolehkan untuk membawa teman-temannya, lalu dia mengajakku dan anak-anakku, aku terkejut ketika mengetahui kalau ternyata tunangan Dina adalah Isa, aku sempat bertemu dengan Tuan Farzin ketika aku ditinggal oleh Dina dan anak-anakku yang sudah masuk lebih dulu, karena dompetku tertinggal di dalam taksi yang kami tumpangi. Aku kemudian lari lagi dan menyusun rencana agar bisa mengambil anak-anakku. Keluarga Dhananjaya tidak mengetahui kalau anak-anak yang dibawa Dina adalah anak-anakku, sebab Raya sekali pun belum pernah melihat wajah mereka sebelumnya."
"Kau melakukan penyamaran dan menjadi pembantu disini."
"Ya. Tapi seseorang telah menyadarkanku kalau sebenarnya tugasku di keluarga ini adalah untuk mengamankan mereka dari Raya, aku pun mengawasi Raya tanpa seorang pun yang tahu identitas asliku, karena pada saat aku mendaftar untuk menjadi pembantu disini, Nyonya Zemira tidak menyertakan syarat untuk membawa data diri. Di hari-hari menjelang pernikahan Isa dan Dina ini, Dina menitipkan anak-anakku disini dan mereka dirawat oleh Tantri."
"Pada awalnya juga mereka tidak tahu bahwa Karin adalah ibu mereka?"
"Ya, tapi secara tidak sengaja mereka tahu dan aku pun harus menjelaskan semuanya pada mereka. Mereka cukup membantuku sejauh ini, tapi sekarang, aku membutuhkanmu juga, jadi, aku ingin kau memberikanku sebuah jawaban."
"Apa kau mau bersekutu denganku?" lanjut Jhana.
"Apa?" ujar Salma sembari mengernyitkan dahinya.