ke esokan harinya pada jam 08:30 kami semua sarapan bersama sekeluarga,
alex :"nanti sore kita akan ke pesta ulang tahun putri ke 3 Avalon, sebelum pergi ke sana kita akan berburu dulu art"
freya :"kenapa harus hari ini berburu sayang, kan Arthur perlu mempersiapkan baju nya"
alex :"tidak perlu, kepala maid tolong siapkan semua nya, dan bel bangunkan Phoenix, dia akan jadi kendaraan kita berburu dan mengantar ke istana"
bel ;"baik tuan"
bel pergi ke halaman belakang mansion, sedangkan Arthur tidak menjawab ku di asyik menyantap sarapan nya,
freya :"apakah aku harus ikut juga sayang"
alex :"iya tentu, aku , kamu dan Arthur akan menghadiri pesta itu dan ini juga pesta pertama yang akan di datangi Arthur jd kamu perlu mengawasi nya"
freya :"baiklah, aku akan bantu kepala maid menyiapkan pakaian Arthur, dan seragam duke kamu "
aku mengangguk dan meneruskan makan hingga selesai, lalu pergi ke depan bersama arthur dan bel menaiki phoenix menuju hutan yang ada serigala tanduk,
Arthur :"ayah apakah serigala tanduk itu kuat"
alex :" coba saja hadapi dan latih skill dead eye dan skill art sword mu, dan sebelum itu ini pedang untuk mu"
aku mengeluarkan sebuah pedang dari inventori demensi ku,
arthur :"pedang apa ini ayah "
alex :"itu pedang kelas mythic , namanya Elucidator, itu pedang kesukaan ku sekarang ku berikan pada mu"
Arthur :"oke , terima kasih ayah, aku akan menjaga nya"
alex :"oh iya, itu pedang memiliki atribut speed, dan juga pedang itu bisa memotong senjata apapun yang kelas nya di bawah mythic, jadi jaga lah baik-baik"
arhur :"wow, ini pedang yang luar biasa"
alex :"oke , Phoenix mari turun, bel kamu awasi juga arthur"
bel :" baik tuan"
kami pun turun dan aku menyuruh Arthur untuk duluan menyerang, entah kenapa dia tanpa ragu mendengar kan ku dan maju menyerang dengan skill dead eye yang dia aktifkan yang membuat mata kiri nya berubah jadi merah darah, dan menggunakan skill angin di kaki nya agar bisa bergerak dengan cepat, dia sudah mengalah 2 dari 7 serigala tanduk dalam 1 kali gerakan tebasan,
alex :"bagus art, teruskan dan habisi semuanya"
art :"baik ayah"
alex :"bel kamu awasi dulu Arthur, seperti nya aku menemukan lawan latiham yang bagus untuk arthur"
bel :"baik tuan"
aku pergi untuk mendatangi monster yang tidak sengaja ku temukan di map smartphone ku, yaitu seekor wyvern level 36,
'ini cocok buat latihan arthur' gumam ku,
setelah berhasil memancing wyvern itu menuju Arthur aku langsung berteriak,
alex :"arthur sekarang ini yang harus kamu kalahkan, bel jaga sekitar area"
bel :"baik tuan"
arthur :"apakah aku bisa melawan dia ayah, aku baru level 12 sedangkan dia level 36"
alex :"percaya lah pada kekuatan mu, dan cari cara kemenangan mu sendiri, dan gunakan pedang biasa ini dan simpan Elucidator"
setelah mengatakan itu aku langsung pergi ketempat yang pas untuk menonton,
...
-sudut pandang Arthur-
setelah mengahadapi serigala tanduk, tidak lama kemudian ayahku malah membawakan aku seekor wyvern untuk menguji ku, 'dia ini menguji atau ingin membunuh ku' gumam ku sambil menghindari serangan nafas api wyvern dengan sihir terbang angin ku, lalu aku menyerang nya dengan pedang biasa yang baru ayah berikan, itu tidak mempan untuk menggores kulit nya,
'ah sialan, seandainya menggunakan Elucidator, pasti dengan mudah aku membelah nya', sembari menghindari serangan api dan serudukan dari wyvern itu aku sudah mengaktifkan skill dead eye ku dan memikirkan cara menusuk titik lemah nya itu dengan pedang ini, berkali-kali aku mencoba menyerang leher dan bagian badannya tapi tidak bisa meninggalkan luka,
dan tidak lama kemudian aku baru ingat nasehat bibi elen tentang menyelimuti pedang dengan sihir elemen yang kita punya, aku pun mencoba nya dan berhasil menyelimuti pedangku, lalu aku pergi menyerang balik setelah wyvern itu mengeluarkan nafas api nya, dan aku berhasil melukai badan nya,
'sepertinya sihir angin ku bisa mempertajam pedang ini', aku pun mencoba meningkatkan angin yang menyelimuti pedang biasa ini dan itu membuat pedang ini bergetar, tidak lama setelah itu aku langsung menyerang dan menghindari gigitan wyvern itu, pedang ku hancur setelah aku berhasil memenggal kepalanya,