"Benar ya, jangan bohong sama Ibu. Pokoknya kamu harus pergi ke tempat itu atau kamu tidak akan ibu anggap sebagai anak lagi!" ancam Gina pada pria itu.
Dika tidak memedulikan ucapan ibunya yang meneriaki dirinya untuk bertemu dengan gadis yang akan dijodohkan dengannya besok. Dirinya pun pergi dari ruangan tersebut menuju tempat kerjanya. Gina menatap kepergian sang anak dengan senyum tipis. Kali ini pasti berhasil.
Bagi Dika, pekerjaan adalah factor utama. Dan itu lebih penting daripada urusan percintaan. Meskipun seumur hidup dirinya belum pernah merasakan apa itu Cinta. Tapi dari apa yang dialami oleh rekan-rekan kerjanya, membuat Dika tidak ingin menyentuh tentang hal-hal yang berurusan dengan yang namanya Cinta. Apa itu Cinta? Tidak ada gunanya.
Banyak gadis-gadis yang mengejarnya, namun tak satu pun ia pilih untuk di jadikan kekasih. Kadang sifatnya yang tidak peduli dengan hal-hal kecil seperti membalas sapaan dan tersenyum membuat beberapa gadis ilfeel padanya. Belum lagi sifatnya yang tegas dalam pekerjaan, suasana menyenangkan ketika ada pria itu pun menjadi lenyap.
Setelah Dika keluar ruangan semua orang bernapas lega. Mereka seperti hewan-hewan kecil yang terbebas dari buruan singa kelaparan.
*****
Hari ini adalah hari yang menyebalkan untuk Dika, pasalnya dirinya harus menemui seorang gadis di alamat yang diberikan Ibunya kemarin.
Pria itu merogoh kantong jaz-nya. Mengambil secarik kertas yang diberikan oleh ibunya kemarin. Ia menatap alamat yang tertulis di kertas tersebut lama, menimang-nimang apakah dirinya akan pergi atau tidak.
"Pokoknya, Ibu tidak mau tahu. Kamu harus menemui gadis tersebut dan menikah dengannya. Sudah cukup waktu kamu untuk sendiri, kamu harus tumbuh dewasa dengan memiliki keluarga kecil yang akan kamu pimpin." Ia mengingat ucapan Ibunya kemarin.
Detik kemudian ada yang mengetuk pintu ruangannya. Pria itu pun mempersilakan orang yang ada di balik pintu itu untuk masuk ke ruangannya.
"Silakan masuk," ucap Dika mempersilakan orang tersebut masuk.
Pintu ruangan terbuka, sang sekertaris masuk ke dalam dan memberikan info untuknya.
"Satu jam lagi kita akan bertemu dengan pihak sponsor, Pak," ucap sang sekertaris.
Di saat yang bersamaan ponsel Dika bordering. Sebuah pesan masuk dari ibunya, Dika bisa melihat itu dan berekspresi malas membacanya.
Pria itu menghela napas panjang kemudian melihat pesan yang dikirim dari Ibunya. Pesan itu berisi, "Kamu harus menemui gadis itu jam 2 siang. Kalau tidak saya akan coret nama kamu dari kartu keluarga!" Membaca pesan tersebut membuat Dika pusing setengah mati. Jam 2 siang itu artinya satu jam dari sekarang dan ia ada meeting dengan sponsor.
Padahal jam dua siang ini
"Marrie," panggil Dika pada sekertarisnya.
"Iya, Pak," kata Marrie menanggapi.
"Batalin aja meeting hari ini. saya ada acara mendadak di luar."
"Eh? Tapi, Pak … bukannya—"
Dika mengambil ponselnya dan fokus untuk membalas pesan dari Ibunya. Ia mengatakan akan menemui gadis itu.
Sementara Marrie kebingungan bagaimana membatalkan meeting Bos-nya itu. bagaimana bisa janji yang sudah di buat 3 bulan lalu dibatalkan pada hari H satu jam sebelum acara di mulai?
Tempat pertemuan ia dan gadis itu cukup jauh, satu jam dari sekarang pria itu berangkat. Dika berjalan meninggalkan ruangannya dan mengatakan pada sang sekertaris bahwa dirinya akan ada di luar kantor sampai jam pulang. Untuk meeting bagaimana pun caranya gadis itu harus me-re-schedule-nya.
Dika berjalan menuju parkiran, pria itu segera masuk ke dalam kendaraannya dan menyalakan mesin mobil mahalnya.Sebelum melajukan kendaraan tersebut Dika mencari lokasi sebagai petunjuk arah melalui google maps. Setelah ketemu pria itu segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.
Sementara di rumahnya Syifa sedang bersiap. Gadis itu memilih-milih pakaian yang akan ia kenakan untuk bertemu dengan Tante Gina.
Ketika ujian telah tiba, Mira sangat sibuk sehingga tidak bisa menuruti keinginan Tante Gina yang ingin bertemu dengannya. Namun setelah mendapatkan ijazah, dirinya sudah bisa meluangkan waktu untuk wanita itu.
Membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk Mira bersiap-siap. Ia mengenakan pakaian yang simple dan make up yang tidak terlalu tebal. Setelah semua siap, ia pun berpamitan dengan orang tuanya. Ia ijin untuk menemui Tante Gina yang sudah lama tidak bertemu dengannya.
Orang tuanya sudah tahu tentang Tante Gina, Mira selalu menceritakannya dan mereka sangat senang mendengarnya. Ayah dan Ibu Mira sangat bangga karena anaknya telah melakukan kebaikan kepada setiap orang, sehingga orang tersebut selalu ingat dengannya. Ibu Mira selalu berpesan pada anaknya agar ia menjadi anak yang baik bagi semua kalangan. Mau itu anak kecil, remaja, dewasa ataupun lanjut usia, dirinya harus bersikap baik padanya. Dan sang anak mendengarkan serta melakukan apa yang ia nasehati. Sungguh anak yang membanggakan.
"Kalau begitu aku berangkat ya, Ma, Pa," kata Mira berpamitan.
"Hati-hati ya, sayang," kata Ibunya berpesan.
"Iya Ma …"
"Kamu berangkatnya naik apa?" tanya sang ayah.
"Ojek online, Pah," jawab Mira.
"Oh, kalau gitu hati-hati ya."
Mira menjawabnya dengan anggukan, gadis itu pun menyium punggung tangan kedua orang tuanya kemudian pergi.
Hari ini sangat cerah, Mira menunggu ojek online yang ia pesan di depan gang rumahnya.lima menit kemudian sebuah motor dengan pengendara yang mengenakan jaket berwarna hijau berhenti di depannya dan mengkonformasi bahwa dia akan mengantar pelanggan yang bernama 'Mira'. Mira pun langsung mengkonirmasi bahwa dirinya lah yang memesan.