Dengan penuh kasih sayang, Maya menyusui anak ketiganya itu secara rutin.
Dilakukannya hal itu di sela-sela kesibukannya melayani hasrat para ayahnya yang tak habis-habis.
Selama hidup di alam gaib, Maya telah mengalami diperistri oleh makhluk-makhluk selain manusia.
Mulai dari bangsa siluman, jin, hewan gaib sampai gendruwo.
Dari sisi kehidupan seksual, wanita itu tak pernah mengalami masalah sama sekali.
Malahan ia merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada saat kehidupannya berumah tangga dengan Angga yang hanyalah seorang manusia biasa.
Maya pun merasa sangat beruntung telah mendapatkan pengalaman yang langka tersebut.
Namun, bagaimana pun bervariasinya kehidupan seksnya di alam sana, ia tetap tak bisa melepaskan ingatannya dari Angga, suaminya yang sah.
Hinggap dari pelukan demit yang satu ke demit yang lain memang memberikannya kepuasan seksual yang tiada tara.
Namun ia pun tetap merindukan kehidupan normalnya di alam manusia.
Ia tahu keberadaannya di alam ini bukanlah karena salahnya, melainkan karena kesalahan suaminya.
Seandainya saja suaminya itu mau bertobat, ia pun ingin dapat kembali ke kehidupannya yang biasa-biasa saja di alam manusia.
Maya pun tentu saja rindu dengan putri satu-satunya di sana.
Rasanya sudah lama sekali ia hidup di alam iblis ini.
Bagaimanakah kiranya kabar dan rupa putrinya itu kini?
Masihkah ia ingat akan dirinya sebagai ibu kandungnya?
Di lain pihak, kebetulan pula Asmadhi mendapatkan kabar bahwa Angga telah melakukan pertobatan.
Ia benar-benar telah menyesali segala perbuatannya.
Tak hanya itu, ia pun melakukan segala daya upaya untuk mendapatkan istrinya kembali.
Dimintanya bantuan seorang Kiai sakti mandraguna untuk melakukan hal itu.
Di alam manusia, Angga yang sangat stress dan mengalami depresi menjalani kehidupan yang sangat berat.
Bahkan telah berulang kali dia hampir saja ia mati bunuh diri karena tak kuat menahan cobaan hidup itu sendirian.
Untunglah ada seorang Kiai sakti bernama Kiai Badrun yang mau menolong Angga.
Kiai itu kebetulan tinggal di lingkungan yang berdekatan dengan Angga dan telah mengetahui cerita tentang pria malang itu dari para tetangganya.
Kiai Badrun dengan pe nuh kesabaran dan pelan - pelan membimbing Angga untuk bertobat dan mulai menjalani perintah agama.
Sangat berat usaha yang dilakukannya untuk menolong pria itu walaupun akhirnya berhasil juga.
Setelah Angga berhasil disembuhkannya, barulah mereka mulai fokus untuk menyelamatkan Maya, istri Angga.
Melalui kekuatan batinnya, Kiai Badrun sebenarnya mengetahui persis apa yang telah dialami oleh
Maya selama di alam gaib namun ia tak memberitahukan itu sama sekali kepada suaminya.
Sang Kiai pun tahu, jika Maya tak segera diselamatkan, maka wanita malang itu akan selamanya menjadi budak pemuas nafsu para dedemit.
Karena itu ia berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan istri Angga itu ke alam asalnya.
Paling tidak di alam manusia ini ia akan bisa berusaha membimbing wanita itu sama seperti yang sudah dilakukannya terhadap suaminya.
Asmadhi pun tak bisa berbuat banyak.
Jika orang yang mencari pesugihan kepadanya telah benar - benar bertobat, ia tak akan bisa menggunakan kekuasaannya untuk menguasai orang itu sekuat saat orang itu masih mengikuti pesugihannya.
Begitu juga apa yang telah diambilnya dari Angga, yaitu Maya istrinya, harus pula ia kembalikan.
Karena tak punya pilihan lain, Asmadhi pun menghubungi Ki Gendeng.
Diberitahukannya kabar itu dan disarankannya untuk segera merelakan gundiknya pergi karena ia akan diambil kembali oleh suaminya.
Ki Gendeng tentu saja merasa terpukul. Ia telah begitu intim dengan Maya dan bahkan telah mendapatkan keturunan pula dari wanita itu.
Ki Gendeng mengatakan pada Asmadhi, kalau Maya diambil, bukan hanya dirinya yang akan kehilangan, melainkan juga seluruh gendruwo pria dalam kaumnya.
Itu dapat dipahami karena selama ini Ki Gendeng telah berbaik hati untuk membagi Maya kepada seluruh kerabat dan temannya.
Dengan demikian, bukan cuma dia seorang yang mendapat kenikmatan bersetubuh dengan wanita cantik itu, melainkan juga seluruh gendruwo lelaki di dalam kaumnya.
Namun bagaimana pun juga Ki Gendeng sadar bahwa ia pun tak bisa berbuat apa-apa.
Pengaruh pertobatan Angga pun juga terasa sangat kuat.
Semakin hari semakin kuat.
Jika Maya tak segera dikembalikan ke dunianya, maka risiko yang harus mereka tanggung terlalu besar.
Kerajaan dan kekuatan mereka lambat laun akan tergerogoti.
Akhirnya mereka pun sepakat untuk mengembalikan Maya kepada suaminya.
Sekedar untuk penghibur, mereka meyakinkan diri mereka sendiri bahwa masih banyak kesempatan untuk mendapatkan lagi wanita manusia yang bisa mereka jadikan sebagai pemuas birahi.
Bagaimana pun, memang tak mudah untuk mendapatkan yang secantik, seseksi, dan sepatuh Maya.
Pada waktu yang telah disepakati, Ki Gendeng dan rombongannya mengantarkan Maya kembali kepada Asmadhi.
Rombongan yang panjang itu terdiri dari seluruh gendruwo, siluman, jin dan berbagai makhluk halus laki-laki yang pernah mengawini Maya selama wanita itu diperistri oleh Ki Gendeng.
Maya lalu menitipkan bayi laki-lakinya kepada Ki Gendeng untuk diurus.
Kejadian saat Maya harus meninggalkan Wanara untuk dibawa Ki Gendeng seakan berulang.
Kini Ki Gendeng lah yang harus ditinggal oleh Maya supaya ia bisa dikembalikan kepada Angga, suaminya yang sah.
Maya tentu saja ingin dikembalikan kepada suaminya yang sah.
Namun bagaimana pun juga, di lain pihak ia pun merasa sedih harus meninggalkan gerombolan gendruwo pimpinan Ki Gendeng yang selama ini telah mengurusnya dan memberinya kepuasan seksual.
Yang paling membuatnya sedih adalah harus meninggalkan Sanat, darah dagingnya hasil percampuran dengan para gendruwo tersebut.
Saat diserah terimakan kembali kepada Asmadhi, Maya melihat iblis tua itu menggenggam sesuatu di tangannya.
Sesuatu yang sangat familiar dengannya, yaitu seuntai kalung yang biasa dikenakan oleh wanita itu saat masih tinggal di situ.
Kalung yang menandakan pemakainya adalah milik Asmadhi.
Ya, walaupun Maya hanya transit di kediaman Asmadhi sebelum dikembalikan kepada suaminya, status dirinya saat itu adalah kembali di bawah kekuasaan Asmadhi.
Ia pun dapat memahaminya.
Maka ketika Asmadhi mendekati dirinya untuk menyematkan kalung itu kembali ke lehernya, Maya segera menyibakkan rambutnya yang hitam panjang untuk memudahkan iblis tua itu melakukan pekerjaannya.
Setelah berpamitan, gerombolan Ki Gendeng berlalu meninggalkan kediaman Asmadhi.
Asmadhi pun membawa Maya masuk ke rumahnya yang telah ditinggalkan oleh wanita itu selama beberapa lama.
Pandangan Maya menerawang menjelajahi rumah iblis tua yang eksotis itu.
Ada nostalgia yang muncul kembali di benaknya. Secara fisik tak banyak yang berubah.
Hanya ada suasana berbeda yang dirasakannya. Ada semacam keheningan dan kekosongan…
Asmadhi bisa merasakan apa yang ada dalam pikiran Maya.
"Wanara sekarang tak ada di sini lagi. Ia sudah kukirim kembali ke alam manusia…." kata Asmadhi.
Maya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Asmadhi.
Ia mengerti sekarang kenapa suasana di situ dirasanya lebih sepi. Itu menjelaskan semuanya.
"Ia gelisah terus sejak dirinya kautinggalkan. Karena itulah kuiizinkan ia bersama anak kalian pergi ke alam manusia," lanjut Asmadhi. "Harapannya, ia dapat menemukan wanita lain sebagai pengganti dirimu. Ia telah begitu ketagihan menyetubuhi wanita manusia. Jika di sini terus, tentu ia tak akan mungkin melakukannya…. Aku hanya berharap ia berhasil menemukan jodohnya di sana…"