Dunia seakan berputar bagi Lu Zhaoyang, beban tubuhnya tertumpu pada sikunya. Gao Hai akhirnya bisa menikmati apa yang dia inginkan karena dia berhasil menangkap tubuh Lu.
Lu merasa tidak punya harapan. Tidak mungkin dia bisa lolos dari cengkraman Gao. Dia menutup matanya dan menerima nasibnya. Napasnya melambat dalam kepasrahan.
Bang! Terdengar suara pintu terbuka.
Hah? Mendadak sesuatu terjadi dalam ruangan itu, membuat Lu bingung. Sebelum dia bisa mengangkat kepalanya dan melihat lebih jelas apa yang terjadi, Gao Hai memegang tangan kanannya dan menjerit kesakitan. Gao kemudian ambruk ke salah satu sisi karena rasa sakit luar biasa yang menyebabkan dia mengkerut seperti daging yang dipanggang, ada darah mengalir keluar dari tangan kanannya.
"Oh, Saudara Ting, kamu harus memuji keahlianku dalam menembak."
Terdengar suara tawa yang kencang, kemudian orang itu bersuara berat, berkata dengan nada santai yang sepertinya familiar, "Yah, kurasa kemampuanmu sudah membaik."
"Kuucapkan rasa terima kasihku pada guruku yang hebat. Semua pujian untuk Saudara Ting, pemimpin yang menguasai dunia."
"..."
Ting?
Huo Yunting ??
Lu membalikkan badannya dari posisi terlentang, untuk sosok suaminya yang seolah-olah seperti dewa penolong.
Dia tidak bisa menahan air mata mengalir dari kedua matanya, ada perasaan lega.
Huo Yunting sekilas melihat istrinya yang tergeletak di atas lantai dengan kondisi acak-acakan, dia berjalan maju ke depan, melewati pria yang menjerit kesakitan seperti babi. Kemudian dia berhenti dan berdiri di sebelah istrinya, memandangnya dari atas seperti dewa penyelamat.
"Lu Zhaoyang, kamu sudah cukup lama bersama saya, namun kamu tidak belajar satu pun bagaimana trik membela diri dari saya. Kamu bodoh, kamu tahu apa."
Bodoh? Kata itu menyakitinya.
Benar, satu-satunya pria yang pernah melindunginya seraya mengejeknya sebagai perempuan bodoh.
Seorang pria yang menyelamatkan hidupnya dan juga membuat perempuan itu merasa sangat polos.
Saat itu seketika, perempuan bodoh itu tidak lagi bodoh, karena memang tidak ada orang lain yang bisa melindunginya, selain dari dirinya sendiri.
Saat itulah semacam kekuatan tiba-tiba muncul dari dalam tubuhnya, dia berusaha keras untuk berdiri, memperkuat langkahnya untuk menyandarkan badannya ke dinding. Dia mengerahkan sisa kekuatannya untuk berjalan sembari menggigit bibirnya, ingin menunjukkan kemandiriannya kepada dunia.
Melihat upaya kuat istrinya yang terlihat lemah, Huo Yunting menarik kembali cemoohannya, matanya kemudian menatap tajam memandang pria yang seperti babi merangkak tidak berdaya ke arah pintu yang terbuka.
"Oh, Presiden Gao, sudah lama tidak bertemu." Suaranya terdengar tenang, saat dia mengambil langkah maju untuk lebih baik dekat menyapa sahabat lamanya, kemudian mendaratkan sepatu kulitnya tepat di atas lengan Gao yang berdarah.
"ADUH!" Gao menjerit lagi tak berdaya memohon, "Tolong, Presiden Huo, tuan, tuanku, maafkan saya. Saya minta maaf dengan tulus, mohon belas kasihan Anda, Tuan, selamatkan saya. Saya tidak akan pernah melakukan ini lagi. Ba-ba-bagaimana kalau begini? Biarkan saya memberikan kompensasi sebagai bentuk maaf kepada Anda, bagaimana jika saya berikan Anda satu juta? Tunggu, dua juta, dua juta, apakah anda menerima tawaran saya? Tolong, Presiden Huo, apa pun, tuan, biarkan saya pergi. "
Huo Yunting menikmati pertunjukan badut babi itu, kemudian memberi isyarat kepada salah seorang anak buahnya, Huo Li, "Berikan padaku mainanku."
"Ya, Brother Huo. Peredamnya sudah saya pasangkan. Hal ini sangat penting untuk kebaikan yang lebih baik. Anda dapat gunakan itu tanpa rasa khawatir. "Huo Li menunjukkan sikap, saat dia melemparkan pistol ke pemimpinnya.
Huo Yunting mengecek dan membelai mainannya sebentar, lalu dia mengarahkan moncong pistolnya tepat di antara mata Gao Hai yang ketakutan.
"Tolong Tuan! Apa pun selain ini! Maafkan saya! Presiden Huo!"
Lu Zhaoyang mendapatkan kembali energinya untuk melihat lurus apa yang sedang terjadi. Ironisnya, ketika dia membuka matanya, tepat pada situasi pada saat eksekusi yang mengerikan. Jantungnya nyaris berdetak kencang.
Apakah dia benar-benar akan membunuh pria itu?
Mulut Lu terbuka lebar karena heran. Dia ingin mengatakan sesuatu. Dari hati nuraninya, dia ingin memohon kepada pria itu untuk tidak melakukan eksekusi, namun terbesit kembali kejadian di saat dia hampir dicabuli yang akhirnya mengurungi niatnya untuk menahan pria itu.
Semua manusia yang berpikiran waras mana pun tidak akan memaafkan kelakuan pria seperti binatang ini. Demikian pula, setiap manusia biasa tidak akan bisa menerima pertumpahan darah ini dengan nyaman. Lu Zhaoyang berbalik menghadap dinding dan menutup telinganya dengan erat, membisikkan dirinya dengan doa diliputi dengan perasaan yang bimbang.
Dia pikir dia tahu segalanya tentang suaminya.
Tapi ternyata dia salah.
Huo Yunting tidak bisa menahan untuk mengejek wanita itu yang terlihat sangat ketakutan pada permainan yang akan dia mainkan saat ini.
Dor! Dor! Dor!
Ah ... Ah ... Itu akan menyakitkan ...