Chereads / Kar98K Saat Mendarat! / Chapter 12 - Masak Mie untuk Adikmu!

Chapter 12 - Masak Mie untuk Adikmu!

'Tim kami kekurangan seorang sniper, apakah kau mau mencobanya?'

Mendengar pertanyaan Wu Yu, Chen Zhifei dan Pu Taizhuang tampak sangat terkesima. Ran Maotong begitu terkejut sampai-sampai mulutnya separuh terbuka!

Namun, berita bahwa tim PUBG warnet Ao Xiang mencari seorang sniper bukanlah sebuah rahasia. Poster-poster tentang itu telah dipajang di mana-mana di luar lobby lantai satu warnet.

Sejak awal semester ini, banyak orang dari daerah kampus sekitar yang datang untuk wawancara tanpa ada ekspektasi apa pun sebelumnya. Mereka semua merasa bahwa mereka akan mencobanya saja. Terlebih, meski Ran Maotong yang telah menyebut dirinya sebagai '98king Nomor Satu di Universitas Jiangnam' juga telah mencobanya, dia pun telah ditolak tanpa pengecualian.

Tetapi, orang yang bertanggung jawab untuk melakukan wawancara bukanlah Wu Yu, melainkan temannya.

Dia berambut panjang dan entah bagaimana terlihat agak aneh. Dia memiliki ekspresi mata yang sangat dingin.

Mereka yang diwawancara olehnya menjadi kesulitan bicara karena saat mereka melihat matanya yang dingin, mereka merasakan bulu romanya bergidik.

Dahulu, ketika Ran Maotong telah menyelesaikan satu pertandingan, dia berkata dengan nada malu saat bertemu mata dinginnya bahwa dia akan pulang untuk lebih banyak berlatih di game itu.

Setelah wawancara itu, banyak orang diam-diam membicarakan ketatnya dan bagaimana tidak masuk akalnya proses rekrut Tim PUBG Warnet Ao Xiang. Bagaimanapun juga, itu hanyalah tim warnet, bukan tim profesional.

Tentu saja, banyak orang yang juga mengira bahwa Ao Xiang sebenarnya tidak merekrut siapa pun. Yang mereka inginkan mungkin hanyalah mempromosikan warnetnya dengan cara itu.

Namun, Chen Zhifei dan yang lainnya tidak mengira bahwa tim warnet yang sedemikan ketat akan berinisiatif untuk mengajak Liu Zilang bergabung dengan timnya.

Seketika, mereka melihat ke arah Liu Zilang.

Sementara, Wu Yu tampak menyesali cepatnya dia menjawab setelah melemparkan pertanyaan itu.

Ini karena, menurutnya, bahkan jika itu kali pertama Liu Zilang bermain game tersebut, dia pasti sudah pernah menjadi pemain profesional di berbagai game lainnya. Siapa tahu dia masih tergabung dalam sebuah tim saat ini.

Melihat situasi bahwa dia sudah mengundang Liu Zilang untuk bergabung dengan timnya sebelum memastikan bahwa Liu Zilang tidak terikat pada tim mana pun, tidak ada bedanya dengan poaching dan hal itu bukanlah perilaku yang baik.

Karenanya, saat dia melihat Liu Zilang berbalik, dia segera melambaikan tangannya dan berkata, "Bro, jika kau sekarang sudah tergabung dengan tim mana pun, anggap saja aku tidak berkata apa pun barusan."

Chen Zhifei dan yang lainnya tidak memahaminya, tapi karena Liu Zilang sebelumnya adalah bagian dari sebuah komunitas, dengan mudah ia mengerti apa dan mengapa Wu Yu mengatakan hal tersebut.

"Tidak, tidak apa-apa. Aku tidak tergabung di tim mana pun saat ini." Liu Zilang tersenyum sungkan. "Meskipun begitu, ini adalah tahun pertamaku di universitas, akan lebih baik jika aku fokus pada studiku saat ini. Maaf."

"Fokus pada studi…"

Mendengar yang Liu Zilang katakan, Chen Zhifei dan yang lainnya terkejut.

Jika orang lain yang mengatakannya, mereka mungkin masih dapat percaya.

Namun, jika Liu Zilang, tipikal orang yang menganggap 'jika kau cukup berani, sepanjang minggu bisa dianggap hari libur' sebagai prinsip hidupnya berkata demikian, meraka tidak akan pernah percaya bahkan jika mereka disiksa sampai mati.

Wu Yu juga sedikit kaget saat dia mendengar jawaban Liu Zilang.

Dia tidak bodoh. Dia menyadari penuh bahwa Liu Zilang hanya beralasan.

Namun, karena Liu Zilang tidak ingin bergabung, dia tidak dapat memaksanya melakukan itu.

Wu Yu segera terseyum kembali. Sembari melihat ke arah mereka, dia berkata, "Hehe, kalau begitu mari saling berteman di WeChat. Kita bisa bermain bersama jika ada kesempatan lain waktu."

Telah menghabiskan banyak waktu untuk bergaul di warnet, Wu Yu sangat memahami proses di dunia ini.

Jika dia hanya berteman dengan Liu Zilang dan mengacuhkan Chen Zhifei berikut yang lainnya, dia akan terlihat tidak tulus. Oleh sebab itu, Wu Yu mulai menambahkan mereka semua sebagai teman di WeChat, dimulai dengan ID milik Chen Zhifei.

Karena mereka tidak ada yang menolak, Liu Zilang pun tidak menolak.

...

Setelah menambahkan kontak WeChat, mereka saling mengucapkan salam dan berpisah.

Ketika mereka kembali ke kursinya, Ran Maotong bertanya penuh keraguan, "Kakak kedua, mengapa kau menolak ajakan untuk bergabung dengan timnya?"

"Kenapa tidak?" Liu Zilang menoleh kepala sambil tersenyum dan meregangkan tangannya.

"Err…" Ran Maotong terpaku, tetapi dia menjawab dengan kecewa, "Sayang sekali! Kau melewatkan kesempatan baik! Jika saja kau bisa memberikannya padaku!"

Chen Zhifei juga tersenyum dan menimpali, "Adik kedua, tim warnet Ao Xiang cukup terkenal di sekitar sini. Kemampuan mereka bahkan lebih hebat dibandingkan beberapa tim kampus. Keputusanmu untuk tidak bergabung dengan tim ini sangat disayangkan. Mantou bahkan rela memecahkan kepalanya untuk dapat masuk tim ini saat pembukaan kampus!"

Ran Maotong dengan cepat menganggukan kepalanya. "Benar. Kakak kedua, kau hanya perlu menunjukan dirimu sekali lagi di pertandingan dan kau akan terkenal seketika. Bahkan jika kau tidak bisa menjadi pemain dengan peringkat tinggi, ke depannya, para wanita yang datang kemari untuk bermain PUBG sudah pasti ingin berada di dekatmu."

Mendengar ucapan Ran Maotong, Liu Zilang tidak bisa berkata-kata.

Dia tahu lelaki ini pasti punya motif tersembunyi di balik temperamennya yang dangkal.

Jika diingat-ingat, niat Ran Maotong mengikuti kompetisi entah bagaimana mirip dengan seseorang di timnya sebelumnya. Kedua orang ini pasti akan berteman akrab jika mereka saling mengenal.

Saat pikiran itu terlintas, Liu Zilang mulai tertawa.

Chen Zhifei dan Ran Maotong saling pandang kebingungan saat mereka menyaksikan Liu Zilang tertawa tiba-tiba.

Pu Taizhuang menyela mereka untuk segera bersiap memulai game kembali secepatnya. Lalu, alih-alih memikirkan pertanyaan itu, mereka segera memulai game selanjutnya.

Banyak yang kecewa, performa Liu Zilang biasa saja di pertandingan-pertandingan selanjutnya. Dia bahkan cenderung berakhir menjadi peti.

Di satu pertandingan, saat Liu Zilang mendarat dan memasuki sebuah rumah, seseorang mengejarnya dengan menggenggam sebuah pistol dari jarak sejauh tiga rumah dan dia hampir terbunuh.

Di pertandingan lainnya, mereka setuju untuk mengambil sebuah mobil saat mendarat untuk dapat pergi ke tempat yang lebih jauh dari yang lainnya.

Namun, mereka gagal melakukannya karena Liu Zilang dan Ran Maotong tertabrak mobil dan terbunuh seketika.

Ada pertandingan lain yang jauh lebih konyol, di mana beberapa dari mereka dengan yakin ingin mendarat di Basis Militer Sosnovka untuk dapat beradu dengan pemain-pemain lainnya. Tapi, Liu Zilang yang ingin melompat ke bawah dari Duga tersangkut di atas dan terbunuh setelah terjatuh.

Setelah bermain sepanjang sore, Chen Zhifei dan yang lain menarik kembali seluruh pendapat mereka sebelumnya tentang Liu Zilang.

Ran Maotong bahkan mengeluhkan Wu Yu yang tidak tahu siapa yang sebenarnya berbakat, dan karena dia telah mencoba mengajak orang yang selalu berakhir terbunuh untuk ikut bergabung dengan timnya.

Sementara bagi Liu Zilang, dia merasa senang bermain.

Setelah seharian bermain, dia juga menemukan bahwa selain membunuh lawan dan mencoba kemampuan menggunakan senjata, banyak kesenangan lain yang didapat dari game ini.

Sebagai contoh, proses pendaratan.

"Langzi, kau benar tidak mau ikut dengan kami?"

Malam hari, di depan restoran Big Plate Chicken, Chen Zhifei terus bertanya pada Liu Zilang yang sedang bersiap pulang menaiki taksi.

Liu Zilang menggelengkan kepalanya. "Maaf, aku harus pulang malam ini. Ada yang perlu aku selesaikan."

"Hehehe." Ran Maotong menepuk bahu Chen Zhifei sambil berkedip dan menjawab, "Kakak Tertua, jangan khawatir tentang ini. Kakak kedua pasti ada 'urusan serius' yang perlu ia selesaikan."

Chen Zhifei menganggukkan kepalanya dan berkata 'oh' sambil memanjangkan nada bicaranya. Dia lalu melambai kearah Liu Zilang dan berkata, "Karena kau ada urusan penting maka aku tidak akan menahanmu di sini. Pergilah kalau begitu."

Di antara kedua orang ini, satu mengekspresikan dirinya secara langsung, sementara yang lainnya penuh rahasia.

Lalu, mereka saling merangkul dan mulai mengolok-olok Liu Zilang. Meski Liu Zilang sudah berada di dalam taxi, dia langsung keluar dan meninju mereka.

"Apa yang terjadi?" Pu Taizhuang turut berceletuk dengan rokok di bibirnya.

"Hmm...tidak banyak. Adik ketiga, ayo cepat masuk untuk makan. Aku lapar."

Untuk orang yang jujur dan lugu seperti Pu Taizhuang, menjelaskan seluruhnnya kepadanya bukan ide yang baik. Maka, keduanya segera mengganti topik pembicaraan.

Sementara Liu Zilang, dia tidak berbohong pada mereka. Dia benar-benar ada urusan yang perlu diselesaikan dan itulah alasannya dia tidak ikut makan dengan mereka.

Setelah dia tiba di rumah, dia segera menggeledah kulkas dan menemukan mie, telur, dan sejumlah sayuran. Lalu dia berjalan menuju dapur dengan mengenakan celemek.

Saat ia bermain di sore itu, Liu Zilang menerima dua pesan dari ayahnya, Liu Yi.

"Ke mana kau pergi? Cepat pulang sekarang!"

"Bibi pembantu rumah sedang mengambil cuti malam ini, jadi kau bertanggung jawab untuk membuat makan malam untuk adikmu."

Pesan dari Liu Yi mudah dimengerti dan di saat yang sama, penuh arti.

Pesan pertama tampak sederhana, namun penuh ketidakpuasan Liu Yi terhadap Liu Zilang yang tidak ada di rumah saat ia pulang. Terlebih, tiga kata 'cepat pulang sekarang' penuh dengan kekerasan dan nada mengancam!

Sedangkan, pesan kedua adalah lanjutan dari pesan pertama yang mengungkapkan acaman kekerasan tertentu.

Di situasi seperti ini, di hadapan ayahnya yang mengendalikan aturan dan finansial keluarga, serta di waktu yang sama memiliki kontrol absolut, tidak ada pilihan lain bagi Liu Zilang selain bergegas pulang.

Setekah dia mengacak-acak dapur untuk beberapa waktu, dua mangkuk mie 'Cinta Kasih Kakak' telah tersaji. Sebelumnya, dia menuangkan sedikit kecap asin dan menaburkan sedikit daun bawang.

Saat semuanya telah tersaji di meja, Liu Zilang pergi ke dapur untuk mencuci tangannya sebelum melepaskan celemeknya. Lalu, ia berjalan menuju kamar Zhang Xiaotong untuk memberitahunya makan malam telah siap.

Namun, sebelum dia dapat mengetuk pintunya, dia mendengar suara 'dug dug dug' yang berasal dari suara kaki dengan lantai. Dia sesekali juga mendengar musik yang ramai dari dalam kamar.

'Apa yang ia lakukan?'

Liu Zilang dipenuhi keraguan. Tanpa sadar, ia membungkuk dan menempelkan telinganya ke pintu untuk dapat mendengar jelas.

Begitu ia menempelkan telinganya ke pintu, musik di dalam kamar tiba-tiba berhenti.

'Sial!'

Pintu terbuka sebelum Liu Zilang dapat berdiri.

Zhang Xiaotong muncul di depan pintunya, mengenakan piyama terusan koala berwarna cokelat. Dia melihat Liu Zilang yang berjongkok di depan pintu, tampak menyeramkan.

"Oh… Itu..."

Liu Zilang segera bangun dan mengalihkan pandangannya. Lalu tubuhnya berbalik untuk menunjuk ke arah meja saat berkata sambil tersenyum, "A... aku mau bilang makan malam sudah siap."

Mendengar kata-kata Liu Zilang, Zhang Xiaotong mengedipkan matanya yang lebar. Dia menatapnya untuk beberapa saat sebelum melihat dua mangkuk mie di meja.

Dan, terdengar suara 'dar' mengikuti...

Pintunya tertutup!

'Oh...'

'Apa?'

Liu Zilang sangat marah!

'Aku mengorbankan makan di Big Plate Chicken dan aku pulang untuk membuatkanmu mie. Beraninya kau memperlakukanku seperti ini!' Pikirnya.

'Tidak lagi, aku harus selesaikan hari ini!'

Liu Zilang, penuh amarah, mengangkat tangannya bersiap untuk menghancurkan pintu.

Namun, pintu terbuka sekali lagi.

Zhang Xiaotong memegang ponselnya sembari melihat Liu Zilang, yang mengangkat tinggi tangannya, dengan tatapan aneh. Dia lalu menurunkan pandangannya dan berlalu melewatinya menuju meja di ruang tengah.

Untuk beberapa saat, Liu Zilang kaget. Hanya setelah dia melihat ponsel di tangan Zhang Xiaotong dia menyadari bahwa anak ini mungkin masuk ke kamarnya kembali untuk mengambilnya.

'Pertanyaannya, haruskah kau menutup pintu untuk mengambil ponselmu? Sebegitu tidak percayanya kau pada kakakmu?'

Seketika, Liu Zilang merasa sengsara...

...