Aku membuka mataku ketika aku mendengar suara 'gedebuk' barang dijatuhkan.
"Maafkan saya Tuan. Apakah saya telah membangunkan Tuan ketika beristirahat?" Orxsia bertanya khawatir sembari meletakan barang bawaannya yang tersisa.
"Tidak apa-apa. Bukankah kemarin kau sudah melihatku menguliti hewan? Apakah kau bisa melakukannya sekarang? Sepertinya kondisi tubuhku belum sehat. Nanti untuk menyalakan api dan memasak akan kulakukan sendiri."
"Saya akan mencoba melakukannya Tuan."
" Bagus lakukanlah!"
Dia segera meminjam pedangku dan mulai menguliti monster itu.
Aku berpaling melihat Elf wanita menyebalkan tadi yang telah terduduk lemas disamping teman-temannya yang masih tertidur. Akupun memutuskan menghampirinya.
""Hei Elf menyebalkan, bagaimana kondisi teman-Temanmu? Lalu apakah yang akan kau lakukan selanjutnya?""
"Berhenti memanggilku Elf menyebalkan!! Aku punya nama. Namaku Luxiria Vor Duntinea. Panggil dengan namaku!! " dia mengatakan dengan membentakku.
"Ya...ya...Jadi Luxia kah? Jadi apa yang Kau lakukan selanjutnya?"
"Jangan menyingkatnya!! Huft...yah terserah. Jika kau Tanya begitu, jawananya adalah Aku tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya kondisi mereka sangat parah sehingga mereka belum sadarkan diri juga. Mereka harus segera diobati kalau tidak bisa berbahaya.Tapi jika aku kembali ke Desa pasti ada kemungkinan aku akan bertemu dengan monster dan para Orc itu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."
"hemm...Jadi seperti itu. Bukankah kau hidup dihutan? Lalu apakah kau tahu tanaman obat yang dapat meringankan atau menyembuhkan mereka? Kami berencana pergi kearah tenggara. Apakah kau mau ikut? Mungkin kita akan bertemu dengan desa terdekat dan meminta perawatan warga disana." Aku mengatakan hal itu, tetapi sebenarnya aku tidak tahu apakah dihutan ini ada sebuah desa atau tidak.
Tapi aku ingin menghindari pertempuran dahulu. Lukaku belum sembuh dan malah bertambah jika aku pergi kearah sebaliknya, jadi jika ada jalan yang menuju ke pertempuran maka aku lebih baik untuk menghindarinya untuk saat ini. Karena kondisi itulah aku belum yakin kalau aku dan Orxsia akan bertahan melawan sekelompok monster kuat seperti orc ditengah kondisiku yang babak belur seperti ini. Jadi sebaiknya menghindari masalah sebisa mungkin.
"Aku tahu sedikit tanaman obat. Aku akan mencarinya sebentar disekitar sini." Dia mengatakan itu dan mulai berdiri.
"Tunggu sebentar! Berbahaya jika kau pergi sendirian. Orxsia, setelah kau selesai mengulitinya, segeralah pergi dengan elf men- Luxia ini! Ini kesempatanmu untuk membuktikan kemampuan melindungi seseorang! Apa kau mengerti?" Aku menahan Luxia pergi dan memerintahkan Orxsia untuk menemaninya.
" Saya mengerti Tuanku. Saya akan mengemban tugas itu dan membuktikan jika saya dapat berguna untuk Tuanku meskipun nyawa saya taruhannya."
Walaupun dia berkata berlebihan seperti itu, tapi Akupun menganguk kepadanya. Lalu...
"Hei! Aku Tidak butuh pengawalan! Aku adalah penjaga hutan, aku terlatih sebagai seorang hunter! Jadi aku tidak butuh pengawalan dari makluk itu." Luxia sepertinya menolak untuk dikawal oleh Orxsia karna masih takut dan trauma dengan kejadian yang pernah menimpanya.
Sepertinya dia belum bisa mempercayai seorang Orc, meskipun orc itu adalah bawahanku.
Aku bisa memaklumi, tapi tetap saja..
"Tenanglah! Orc ini adalah bawahanku, Kau tidak perlu khawatir. Lagipula bukankah dia berkata akan melindungimu walaupun nyawa taruhannya. Aku tahu kalau kau sudah hidup dihutan ini lama, tetapi bukankah kau sedang terluka dan lemah untuk saat ini? Bagaimana jika ada monster atau orc yang menyergapmu? Bukankah kau tidak bersenjata. Apakah kau ingin ditangkap lagi?"
"Ti-tidak. Ta-tapi i-itu i-tu.."
"Sudahlah.. percayalah kepadaku."
Dia masih ragu, tapi kemudian dia mengangguk atas pernyataanku.
Orxsia yang melihat pembicaraan kami dan melihat Elf ini menunjuk kepada dia beberapa kali hanya bisa kebingungan, kemudian memutuskan untuk bertanya..
"Maaf Tuan, karena telah menggangu pembicaraan Anda. Saya kagum akan kebijaksanaan Tuan Glen yang paham bahasa Elf dengan sangat cepat. Tetapi jika Anda perbolehkan saya bertanya, apakah yang Tuan Glen bicarakan dengan Elf tersebut?" Dia menghentikan kegiatan mengulitinya yang hampir selesai dan mendekat bertanya kepadaku.
Aku lupa kalau Orxsia tidak mengerti bahasa Elf, jadi akupun menjelaskannya bahwa Elf itu masih ragu dan trauma dengan Orc sehingga dia belum bisa mempercayai Orxsia.
Tetapi setelah Aku menyakinkah bahwa Orxsia adalah bawahan yang dapat dipercaya dan dapat melindunginya, dia akhirnya mau untuk dikawal.
Mendengar hal itu kemudian Orxsia berlutut kearahku sembari meneteskan air mata...
"Rasa senang hamba karena telah Anda percaya sebagai bawahan adalah tak terkira. Tuanku, Aku tidak akan mengecewkanmu! " dia mengucapkan sanjungannya kepadaku lagi.
"Tapi bukankah ini sudah terlalu berlebihan? Apa-apan ini? Orc menangis? Raut wajahmu yang gahar akan bertentangan dengan keadaan ini jika kau menangis tahu!"
"Bangunlah dan berhenti menangis! Kau membuatku malu. Bukankah Wajahmu tidak pantas untuk menangis? Hapus air matamu dan lanjutkan prosesmu menguliti! "
Mengabaikan Orxsia yang bangun tetapi masih berusaha mengelap air matanya dengan tangannya akupun beralih ke Luxia yang kebingungan melihat tingkah Orxsia.
"Hey. Bukankah kau mengerti apa yang kami bicarakan? Jadi kau paham bahasannya ? lalu kenapa dari awal kau tidak berbicara dengan kami dengan bahasa yang normal sehingga kesalahpahaman bisa dihindari !!" aku membentaknya.
"A-aku memang faham bahasa manusia. karena aku pernah belajar bahasa itu dari temanku. Aku tidak menggunakannya karena saat itu aku tengah panik dan marah. Maafkan aku, itu memang salahku." Diapun menundukan kepalanya.
"Huff...Ya sudahlah, toh sudah terjadi. Jadi mulai sekarang berbicaralah bahasa manusia, saat kau berbicara dengan Orxsia dan denganku. Jika dia sudah selesai pergilah dengannya! Aku yang akan membuat api dan memasak."
"Ba-baik." dia mengucapkannya lirih dan dengan kepala tertunduk.
Setelah Orxsia selesai mengerjakan tugasnya maka berangkatlah mereka. Akupun mulai menyiapkan api dan makanan.
.
.
bersambung...
.
.
Suka cerita ini? Dukung penulis dengan cara kasih bintang (⭐) 5 dan Power stonenya (batu kuasa) ya?Tenang gratis kok.
Biar penulis makin semangat dan Cepat Updatenya.
Thanks.