Chereads / Army of Angels: The Dark Side / Chapter 23 - Missverständnis

Chapter 23 - Missverständnis

Missverständnis

(Salah Paham)

"Jadi, Kepala Desa, apakah yang akan kita lakukan saat ini? Apakah kita akan menyerang mereka saat mereka tengah terlelap tidur? '' Salah seorang warga menyuarakan pendapatnya dan bertanya kepada kepala Desa.

'' Jangan!! Apakah kau tidak tahu? Sepertinya mereka itu bukanlah petualang biasa. Kau lihat pemuda yang memegang pedang sihir petir itu, yang merupakan pimpinan mereka? Apakah kau tidak merasakan suatu aura suci keluar darinya? Sepertinya dia memiliki kekuatan yang sangat hebat, yang mana bahkan Orc yang kelihatan nya kuat itupun tunduk kepadanya. Orc itu sepertinya bukanlah Orc biasanya. Selain memancarkan aura yang kuat, Orc itu ternyata juga pintar. Apakah kau tahu? Barusan Orc itu bahkan meminta izinku untuk meminjam buku di lemari bukuku. Aku yakin dia bukanlah Orc biasa.''

''Orc membaca buku? Tidak mungkin, selain itu dia juga meminta izin untuk meminjam buku? Seorang Orc memiliki etika manusia? Apa-apaan itu??'' Seorang pria paruh baya menyuarakan pendapatnya mewakili semua orang yang hadir saat itu.

Walaupun mereka tidak mengatakannya tapi raut wajahnya telah mengatakan bahwa hal itu adalah mustahil dan menyetujui pernyataan pria paruh baya itu.

'' Itulah kenyataannya. Orc itu memiliki kekuatan dan kepintaran, tapi dia masih tunduk dan sepertinya sangat menaati pemuda itu. Bukankah itu berarti pemuda itu memiliki kekuatan yang lebih besar dari Orc itu? Untung saja kita tadi tidak menyerangnya dan menenangkan nya, kalau tidak pasti habislah kita.'' Kepala Desa menjawab pertanyaan pria itu.

'' Anda benar Kepala Desa, sepertinya mereka bukanlah rombongan biasa. Terlebih lagi terdapat putri bangsawan Elf disana. Bukankah sudah hampir 200 tahun bangsa Elf utara tidak keluar dari hutan itu? Ini adalah sesuatu yang langka. Jadi apakah yang akan kita lakukan selanjutnya?'' Seorang kakek mengeluarkan pendapat nya dan bertanya kepada kepala Desa.

'' Kau benar Kek. Ini adalah sesuatu yang sangat langka sejak insiden zaman dahulu. Aku mempunyai firasat bahwa mereka akan memberikan sesuatu hal yang baik kepada kita. Jadi aku harap kita juga harus bersikap baik kepada mereka. Apakah kalian semua setuju?'' ujar kepala Desa kepada mereka.

Beberapa dari mereka setuju sembari mengeluarkan pendapat nya,

'' Jika memang seperti itu aku setuju.''

'' Sepertinya memang benar apa yang kau katakan, kepala Desa.''

'' Yah mau bagaimana lagi, aku berharap ini adalah pertanda baik."'

Selebihnya mereka hanya mengangguk setuju terhadap pernyataan kepala Desa.

Tetapi, tidak ada satu pun yang tidak setuju atau menolak pendapat kepala Desa. Jadi mereka telah mencapai kesimpulan, bahwa para pendatang itu bukanlah musuh mereka. Dan membuat mereka menjadi musuh adalah sebuah kesalahan yang besar.

Karena rapat itu telah mencapai kesepakatan, akhirnya kepala desa membubarkan perkumpulan itu dan para warga pun kembali ke rumahnya masing-masing.

.

.

.

Aku merasakan ada sesuatu yang empuk dan hangat ditelapak tangan kananku.

Benda itu berukuran tidak terlalu besar dan sangat pas kugengam.

Benda itu terasa begitu kenyal dan lembut. Karena rasa kenyal benda itu, membuat aku merasa nyaman mengengamnya.

Karena aku masih ngantuk, bukannya membuka mata untuk mengecek benda itu, aku malah meneruskan untuk meremas dan menikmati kelembutan serta kekenyalan benda itu.

"Uhh..."

ketika aku tengah sibuk menikmati kekenyalan benda itu, tiba-tiba aku mendengar suara lenguhan "Uhh" yang sepertinya itu milik suara seorang wanita.

" Uh? Benda ini dapat bersuara?" Ujarku dengan tanpa membuka mataku dan tetap meneruskan aktivitas remasanku.

Ah!!

Tiba-tiba seperti tersambar petir, aku menyadari apa yang terjadi. Kemudian aku bangun dengan posisi terduduk melihat benda yang sedang kupegang.

Anjirr, gawat nih! Kalau dia tahu apa yang sedang kulakukan pasti bisa dibunuh aku.

Saat aku tengah memikirkan hal itu, mungkin karna merasakan sesuatu yang aneh atau mendengar ku berucap 'benda ini bersuara', pemilik dari benda itu mulai membuka matanya perlahan dan melihat kearahku yang sedang terbangun, kemudian menutup matanya lagi.

Melihatnya membuka matanya, akupun tidak bergerak karena merasa takut.

Mungkin karena kesadarannya belum pulih, dia belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

"Hufft hampir saja.." Aku menghela nafas lega dan berusaha menarik tanganku.

Tetapi, tiba-tiba dia bangun dan membelalakan matanya memandang kearahku kemudian beralih kearah tanganku.

Mukanya perlahan berubah merah seperti sebuah udang rebus.

Aku pun buru-buru menarik tanganku dari benda itu.

"Yo...Selamat Pagi. Apa kau tidur nyenyak? Aku bisa jelaskan hal ini oka.. (plakkk) " Dengan tanpa bersalah aku mengucapkan kalimat itu, dan yah kau tahu apa yang terjadi.

" ka-ka- Kau! Bukankah kau bilang tidak akan berbuat yang tidak-tidak kepadaku, dasar kau Bajingan mesum! " Setelah dia menamparku, dia kemudian menghardikku.

"A-aku bisa jelaskan, okay? Sebaiknya kau tenangkan dirimu dul.."

"Diam!! "

Aku yang merasa bersalah karena telah melanggar kata-kataku hanya bisa tertunduk sambil memegangi pipiku yang memerah berbentuk tangan setelah dia kembali menghardikku.

Dimanakah Orxsia saat ini? Bukankah aku sudah menyuruhnya berjaga disini?

"Tidak perlu kau jelaskan! Sudah jelas kau memasukakan tanganmu ke bajuku dan me-meraba dadaku tadi, apa kau masih menyangkalnya?" Dengan muka yang memerah Luxia menunjuk kepadaku.

" Aku tidak menyangkalnya. Tapi dengar penjelasanku dulu, aku tidak sengaja merabanya karena aku masih belum sadar saat tadi. Aku pikir itu adalah bantal atau apapun itu. Karna rasanya kenyal dan empuk akupun meremasnya sedikit, aku benar-benar tidak sengaja..."

Kata-kataku berhenti saat luxia hendak menampar pipiku lagi, kali ini pipi kananku.

Namun, dengan sigap aku menangkap tangan kirinya yang hendak menamparku.

Wanita ini!! Apakah menampar dan memukulku jadi sebuah hobi untuknya?

Segera setelah aku menangkap tangannya aku kemudian menariknya kepelukanku.

Aku memeluknya dari belakang dan mengunci kedua tangannya.

"Lepaskan aku kau bajingan mesum!! Apakah kau hendak melecehkanku lagi? Cepat lepaskan aku!! " Luxia meronta-ronta berusaha lepas dari pelukanku

" Dengar dulu! Aku tidak hendak melecehkanmu. Jika aku lepaskan, kau pasti akan menyerangku tanpa mendengarkan kata-kataku, bukan? Jadi tenangkanlah dirimu dan dengarkan penjelasanku baik-baik, setelah itu baru aku akan melepaskanmu. Kau mengerti?"

Walaupun masih merasa ragu dan marah tapi Luxia menganguk pelan.

" Baiklah, seperti yang kukatakan tadi, aku benar-benar tidak sengaja melakukan hal itu padamu. Saat itu keadaranku masih belum pulih. Dan aku benar-benar lupa kalau kau tidur disebelahku. Aku meremasnya karena efek naluri rasa nyaman yang kurasakan, jadi aku tidak bermaksud melecehkanmu. Aku benar-benar meminta maaf karena perbuatan kurang ajarku. Sebenarnya aku tidak masalah jika kau menamparku setelah aku menjelaskan hal ini, tapi jika kau menamparku sebelum mendengar penjelasanku, bukankah kau akan mengangapku bersalah dengan hanya faktor kebencian satu sisi? Apakah kau mengerti?"

Menjawab pertayaanku dia kemudian menganguk pelan. Setelah itu aku melanjutkan,

" Baguslah, aku akan menanyakan satu hal lagi sebelum melepaskanmu. Apakah kau memaafkanku? "

Menanggapi pertanyaanku dia hanya diam kemudian mengelengkan kepalanya tanpa mengatakan satu katapun.

" Baguslah. Eh apa? Kau tidak memaafkanku? "

" Apa kau bodoh? Jelas-jelas tanganmu masuk kedalam bajuku dan meremas dadaku! Bagaimana hal itu bisa dianggap tidak sengaja? Dan kau berharap aku memaafkanmu semudah itu? Apa kau bodoh!!"

Yah tidak mungkin dia akan memaafkanku semudah itu, setelah aku berbuat kurang ajar terhadap tubuhnya.

Saat aku hendak melepaskannya tiba- tiba pintu dibuka.

(*sfx srett ngik)

"Tuan Glen, sarapan sudah sia...Oh...Maaf menganggu waktu kalian. Ayo Tuan Orxsia kita kebawah! "

Berdiri disana ada Kepala Desa dengan Orxsia yang sibuk menenteng buku.

Kepala Desa yang melihatku sedang memeluk Luxia kemudian menutup pintu lagi.

"Kalian salah paham !! " 2X, aku dan Luxia secara serentak berteriak.