Kami mulai memasuki hutan, tetapi kami harus berhati - hati, karena area hutan ini dekat dengan hutan terlarang.
Kami berjalan mencari jejak hewan disekitar sini. Tidak ada tanda - tanda akan keberadaan hewan yang bisa kami buru.
Kami menulusuri sekitar hutan, tujuan kami adalah menemukan akan keberadaan hewan liar. Tidak ada yang berbeda dengan hutan pada umumnya. Jenis hewan yang ada di hutan ini, sama seperti hutan di duniaku sebelumnya.
Keberadaan hewan buas adalah hal yang harus diperhatikan dengan hati - hati. Sebenarnya aku binggung tentang perbedaan hewan yang ada di hutan ini, dengan hewan yang ada di hutan terlarang.
Karena pada kenyataannya, hutan ini tidak jauh berbeda dengan hutan terlarang. Hutan yang kami masuki juga memiliki hewan buas, yang tentu saja berbahaya bagi manusia. Jadi, yang membuat aku bertanya - tanya adalah, kenapa mereka perlu takut akan hutan terlarang.
Berulangkali kami harus menghindari hewan buas. Seperti hutan pada umumnya disini juga terdapat harimau, serigala, ular piton yang cukup besar dan beruang.
"Ya, kami hanya terus menghindari mereka", saat kami bertemu dengan hewan - hewan tersebut.
Sampai saat ini, kami belum menemukan sama sekali hewan yang bisa diburu.
Tuan ksatria boleh kah aku bertanya pada kalian.
Kedua ksatria itu saling berhadapan dan salah satunya melirik kepada ku dengan menjawab, "silakan".
Aku bertanya - tanya apa yang menjadi perbedaan hutan terlarang dengan hutan ini?
Bukankah hutan ini juga memiliki hewan buas nya sendiri?
"Ah, kamu mungkin jarang masuk kedalam hutan, tidak seperti hutan ini. Di hutan terlarang hewan - hewan yang ada disana akan jauh lebih sulit untuk kamu hadapi.
Sulit untuk dihadapi?
"Ya, sulit untuk dihadapi". Jika kamu lihat hewan buas yang kita hindari tadi. Hewan - Hewan itu masih lah sanggup kita hadapi. Akan tetapi, hewan yang ada di hutan terlarang umumnya hanya di peruntungkan bagi para petualang yang berpengalaman.
Kenapa?
Karena tingkat bahaya mereka jauh lebih besar daripada hewan buas yang ada disini.
Salah seorang ksatria yang bersama kami, melihat seekor rusa, dan ia mengatakan pada kami untuk bersiap.
Kami memperhatikan ada sekitar 3 ekor rusa, dua diantaranya memiliki tanduk dan satu tidak memiliki tanduk sama sekali.
Kami perlahan - lahan mendekatinya. Dengan persenjataan dari dua ksatria itu, mereka membunuhnya.
Mereka mengunakan pedang untuk menusuk salah satu rusa dan dua diantaranya lari.
"Ha, akhirnya kita berhasil menangkap buruan. Rusa yang telah berhasil di tangkap adalah salah satu dari rusa yang memiliki tanduk.
Karena disesuaikan dengan tugas, maka aku lah yang bertugas mengangkat hewan buruan. Dan pelayan itu bertugas memeriksa apakah hewan tersebut layak dan cukup untuk dimakan.
Tapi, jika melihat ukuran rusa yang kami tangkap, aku pikir ini sudah cukup.
Sesuai dugaan ku, pelayan mengatakan bahwa ini sudah cukup. Kami kembali ke tempat peristirahatan kami.
Di tengah jalan kami melihat seekor kelinci yang sangat aneh.
Tidak seperti kelinci yang aku tahu, kelinci itu memiliki tumpukan berlian diatas tubuhnya, dan sebuah tanduk di kepalanya yang juga terbuat dari berlian.
Salah seorang ksatria mengatakan itu adalah hewan yang pada umumnya berada di hutan terlarang.
Kenapa hewan itu bisa ada disini?
Tidak mungkin, hewan itu hanya ada di hutan terlarang. Bukankah antara hutan itu dengan hutan ini terdapat pohon yang mampu menghalangi mereka.
Ada apa para tuan ksatria? (Barnat)
Begini, di bagian perbatasan diantara hutan ini dengan hutan terlarang, terdapat penghalang yang membuat hewan - hewan dari hutan terlarang tidak akan mampu melewatinya.
Mungkinkah telah terjadi sesuatu dengan roh hutan? (Pelayan)
Roh hutan?(Barnat)
Ada benarnya, mungkin roh hutan mengalami sesuatu. (Ksatria)
Apakah menurut anda kita perlu melaporkan ini ke penjaga setempat? (Ksatria-2)
Saya pikir selama masih hewan ini tidak menjadi masalah. Selama tidak ada hewan berbahaya yang muncul. (Pelayan)
Hewan apakah itu? (Barnat)
Hewan ini bernama The Coellnir. Hewan ini memang mirip seperti kelinci. Tidak berbahaya tapi harus diwaspadai, karena mereka merupakan makanan bagi hewan buas di sekitarnya. (Pelayan)
Kelinci, aku sempat berpikir bahwa kelinci di dunia ini adalah seperti ini. Tapi, kelihatannya dugaan ku salah. Ini hanya hewan yang berbeda dari kelinci yang aku tahu.
Jadi, apakah tidak apa - apa kita biarkan begitu saja?(Barnat)
Tidak apa - apa, kita bisa melanjutkan perjalanan. (Pelayan)
Setelah berhenti sejenak, kami melanjutkan perjalanan.
Aku sempat merasakan akan adanya kehadiran sesuatu di belakang ku. Lewat pendengaranku, aku bisa mendengar bahwa kami sedang di awasi. Tapi, karena aku takut akan menganggu suasana tenang mereka, aku lebih memilih mendiamkannya.
Aku pikir hewan tersebut masih lah sangat jauh. Sejak dari awal aku tidak ingin menunjukkan keahlian ku, oleh sebab itu aku akan lebih berhati - hati dalam menghadapi makhluk yang mengawasi kami dari jauh ini.
Alasan ku menganggap makhluk itu mengawasi kami, adalah karena arah pergerakannya seakan mengikuti kami.
Tidak, lebih tepatnya ia sudah memperhatikan kami dari jauh. Makhluk itu berhenti saat kami berhenti dan berjalan saat kami berjalan, sikapnya seolah - olah sedang menunggu kesempatan untuk menyerang kami.
Kami akhirnya sampai dan berkumpul bersama dengan yang lain.
Mereka yang tidak ikut, terlihat sedang menikmati api ungun bersama dengan gadis yang membeliku.
Aku menurunkan hewan yang ada di pundak ku.
Pelayan yang tadi ikut bersama kami meminta ku untuk mengantungkan hewan tersebut. Dan ia mengeluarkan pisau lalu membelah hewan tersebut untuk mengeluarkan darahnya.
Setelah hewan tersebut terlihat cukup kering, Ia lalu memangangnya dengan api.
Tidak ada pemantik disini, jadi saat aku sampai disini, aku bertanya - tanya darimana datangnya api yang digunakan oleh dua ksatria yang tidak ikut bersama kami.
Aku terkejut saat mengetahuinya, tidak, tidak terlalu terkejut, aku memang sudah berharap, bahwa akan ada petunjuk soal keberadaan hal itu.
Saat aku menanyakan hal itu kepada mereka, mereka melihat ku dengan heran.
Memang benar bahwa hanya segelintir orang yang bisa, tetapi semua orang tahu bahwa ada hal yang seperti itu.
Yang mereka maksud adalah "sihir", ya sihir di dunia ini sudah menjadi hal umum. Tapi tidak semua orang bisa melakukannya, itu sebabnya hanya beberapa orang yang diketahui memiliki kemampuan sihir.
Mereka heran saat aku menanyakan soal pemantik, jadi aku menjelaskan sebuah peralatan yang bisa menghasilkan api. Mereka menjawab kalau alat tersebut ada. Tapi, karena mereka saat ini tidak membawanya, jadi mereka mengunakan sihir.
Aku tahu sejak awal bahwa mereka tidak membawa peralatan tersebut, sebab itu aku menanyakannya. Dan saat aku mendengar tentang sihir seperti orang yang baru mendengar berita baru. Aku menanyakannya seperti apakah sihir itu dan jenis - jenisnya, itulah yang membuat mereka heran denganku.
Kami melewati malam ini dengan makan - makanan yang telah dipanggang oleh pelayan. Aku sendiri belum menanyakan namanya tapi dari yang ku dengar lewat percakapan mereka, aku menduga bahwa namanya adalah raffin.
Setelah kami makan, kami minum dari air sungai yang telah di ambil oleh salah satu ksatria yang tadi tinggal saat kami pergi berburu.
Dan kami pun membereskan kemah kami dan beranjak pergi tidur, gadis yang membeliku akan tidur di kereta.
Tapi sebelum itu, aku masih mempertanyakan tentang apa yang dimaksud dengan roh hutan. Namun, semua pertanyaan ku sia - sia tidak ada yang mau memberitahuku siapa roh hotan itu. Atau lebih tepatnya mereka sendiri juga tidak tahu dengan roh hutan tersebut.
Dari apa yang mereka katakan mereka hanya tahu bahwa roh hutan itu bertugas menjaga hutan. Tidak ada yang pernah melihatnya.
Karena aku sama sekali tidak mendapat jawaban apapun dari pertanyaan ku. Aku pun berhenti menanyakannya.
Dengan posisi yang terjaga, aku pergi tidur. Perasaan ku memaksa ku untuk lebih waspada dan memperhatikan akan kedatangan makhluk yang terus memperhatikan kami.
"Huaaa, ngantuknya". Tapi tidak bisa! Aku harus berjaga - jaga.