Aku di bawa pergi oleh dua penjaga. Mereka membawaku ke tempat pemandian perusahaan budak ini.
Atas perintah dari pembeli. Ia menyuruhku untuk mandi.
Tanpa di berikan handuk, aku harus segera membersihkan diriku.
Aku kemudian melepas pakaian ku satu - satunya dari tubuhku.
Dengan air yang aku ambil dari ember besar yang berada di dalam pemandian ini, aku kemudian membersihkan diriku.
Kamar mandi ini tidak dipisahkan antara pria ataupun wanita. Semua budak dan para penjaga biasanya mandi disini. Dengan dinding kayu yang mentupi dan tidak ada atap sama sekali, aku memandang ke langit yang masih terlihat cerah.
Aku mandi dengan cepat karena aku tidak di izinkan berlama - lama disini.
Setelah aku selesai mandi, dua penjaga yang membawaku disini telah menunggu ku. Tanpa ada basa basi, aku di tarik oleh mereka begitu keluar dari tempat pemandian.
Aku di bawa kembali kehadapan gadis itu. Ia kemudian melirik ku. Aku merasa cukup aneh dengan tatapannya.
Setelah ia melihatku dengan seksama, ia tersenyum. Tidak seperti senyuman yang biasa menyejukan hati. Senyumannya terhadapku seolah menyimpan suatu rencana. Dan terlihat seperti ingin membunuhku.
Kemudian, ia beralih ke pemilik dan membicarakan tentang pembelian ku. Lalu, ia mengeluarkan sejumlah uang dan membayar pada pembeli.
Pemilik terlihat senang, ia lalu mengeluarkan alat yang tidak ku ketahui dan melakukan sesuatu yang seperti sihir. Tapi aku yakin bahwa itu adalah sihir.
Aku termenung dalam pemikiran ku, dan memikirkan tentang biaya yang harus di keluarkan untuk membeliku. Aku penasaran dengan harganya.
Aku tidak tahu, aku tidak mengetahui sama sekali, tentang mata uang yang digunakan di dunia ini, dan berapa nilainya.
Apakah mereka menilai harga yang mahal untuk tembaga. Itu cukup wajar, karena dulu sekali tembaga adalah salah satu logam yang berharga.
"Entahlah", jika aku memperhitungkan sejarah abad pertengahan, itu pastilah harga yang bisa di bilang murah. Tapi mengingat harga logam bisa saja berbeda, mungkin itu sudah harga yang seharusnya untuk seorang budak disini.
Tapi tetap saja aku ragu dengan pemikiran ku. Sebagai sesedorang yang mengenal dunia usaha. Nilai segitu membuat ku bertanya - tanya.
Aku pikir jika melihat penampilan ku, memang sudah seharusnya aku di hargai murah. Tapi, tidak mungkin juga ia mau menjual ku dengan harga yang sangat murah.
Kalau aku bisa mengetahui transaksi di dunia ini. Mungkin aku bisa mengetahui sistem perekonomian mereka. Dan aku meyakinkan pada diriku bahwa itu adalah harga yang wajar.
Tapi, aku sedikit bertanya. Apakah budak laki - laki akan di beli oleh wanita bangsawan sebagai budaknya? Tidak. "Tidak mungkin". Karena aku tahu bahwa budak laki - laki adalah budak pengangkat barang. Mungkin saja ia membutuhkan budak yang bisa mengangkat barang belanjaannya.
Aku hanya terdiam dan melihat pertengkaran gadis itu dengan pria yang sepertinya pelayannya.
"Hey budak"
Aku tersadar dari renunganku.
Mulai sekarang kau akan melayaniku seumur hidupmu. Ayo ikuti aku dan kita berangkat.
Aku pun di bawa keluar olehnya.
Mengikuti dirinya dari belakang, kami berjalan menuju sebuah kereta kuda yang di jaga oleh beberapa orang yang terlihat seperti ksatria, menunggu kami.
Lalu, mereka menyambut ke datangannya dan memanggil nona pada gadis tersebut.
Salah seorang ksatria tersebut berbicara dengan gadis itu.
Nona, apakah pembelian budak anda berjalan lancar.
Iya, tentu.
Ksatria itu pun memandang ke sekeliling dan bertanya sekali lagi padanya.
Lalu, dimanakah budak itu?
Ini dia.
Ia menarik ku dan menunjukan senyuman kegembiraan. Sedangkan, untuk ksatria itu menunjukkan wajah terkejut. Dan aku bisa merasakan bahwa ia hanya bisa terdiam dan tidak bisa berkata - kata.
I-Ini, dia adalah budak nona?
"Iya", 'betul sekali'.
HaHaHa, nona memang bijak, nona memilih seorang budak pengantar barang untuk membawa barang kita. Lalu setelah kita pergi ke rumah tuan duke, baru nona menjemput budak pendamping nona dari sini.
"Tidak", 'ia adalah budak pendamping ku'.
"Di-dia nona?"
"Iya", 'tepat sekali'.
Ta-tapi, mungkin nona salah melihatnya. Karena ia kurus, dan tidak berisi, maka nona berpikir ia adalah seorang wanita.
"Tidak", aku sama sekali tidak menganggapnya wanita. Dan aku serius akan menjadikannya sebagai budak pendampingku.
Ksatria itu pun, tidak bertanya lagi dan hanya bisa terdiam. Aku bisa melihat ia sedikit berkeringat dan kembali bergabung dengan para ksatria.
Sejak awal aku hanya bisa melihat, pelayan pria itu terlihat seperti tidak bertenaga. Ia lalu membukakan pintu kusir dan membungkukan pungungnya meminta gadis yang sedang bersama ku, untuk masuk kedalam kereta. Tentunya di ikuti oleh ku dari belakang menaiki kereta, lalu pintu pun di tutup.
Aku duduk di sebelah pelayan..
Gadis itu duduk dekat dengan jendela dan pengendara kereta kuda (di depan). posisinya tepat di depan kami yang duduk di bagian belakang kereta.
Pelayan duduk di sebelah ku berkata pada gadis itu, bahwa kami akan pergi singgah ke kediaman tuan duke.
Aku pikir duke disini, adalah tuan atas wilayah ini.
Setelah beberapa menit kami pun sampai di kediaman duke. Bangunannya terlihat seperti sebuah istana yang bergaya eropa, dimana merupakan kediaman para bangsawan di benua eropa.
Pelayan dari gadis itu, turun dan bertemu dengan penjaga. Ia tampaknya meminta ijin untuk memasuki istana.
Pintu gerbang pun dibuka, pelayan itu kembali kedalam kereta kuda. Setelah pintu terbuka, kereta kuda memasuki kedalam halaman istana, dan berhenti tepat di depan pintu istana.
Mereka pun turun dari kereta, aku mengikuti mereka keluar dan pergi menemui penjaga di istana ini.
Mereka meminta ijin kepada salah satu penjaga dengan menunjukkan sebuah simbol. Dan setelahnya, para penjaga mengijinkan mereka masuk kedalam.
Pintu istana terbuka, dan kami memasuki kedalam istana. Buat ku yang hanya seorang budak. Tidak di izinkan untuk masuk kedalam istana lebih jauh lagi, dan hanya bisa menunggu di depan.
Aku menunggu mereka. Kira-kira sekitar 2 jam barulah mereka kembali menemui ku.
Kemudian, kami keluar dari istana dan kembali menaiki kereta kuda dan beranjak pergi.
Aku tidak tahu secara pasti, didalam istana itu samar-samar, aku mendengar ada suara seseorang yang sedang menangis, tapi aku tidak begitu yakin, karena tangisan itu sudah berhenti begitu aku keluar. Dan aku merasakan kemungkinan kehadiran pria itu disini.
Suara tangisan itu, suara siapa? Tidak ada seorangpun disini yang terlihat menderita ataupun terluka.
Aku memikirkannya di dalam perjalanan. Sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan.
Kami pun telah sampai di tempat para ksatria yang menunggu kami.
Para ksatria, tidak ikut pergi bersama kami dan menunggu di depan pintu gerbang ibu kota.
Kemudian kami berkumpul dan mempersiapkan barang - barang yang dibutuhkan sebelum kami pergi dari tempat ini.
Tidak terlalu banyak. Hanya peralatan memasak.
Karena peralatan itu telah di titipkan kepada para ksatria yang tidak ikut pergi dengan kami.
Pelayan gadis itu berkata mereka akan pergi mencari bahan masakan di pasar. Dan sebagai budak aku juga diminta mengangkat barang. Namun nyatanya, tidak ada yang ia beli. Karena semua toko sayur dan daging sudah pada tutup.
Pada akhirnya kami kembali dan pergi sia - sia.
Gadis itu berada tetap di kereta kuda bersama dengan semua ksatria.
Karena setelah berkeliling dan tidak dapat menemukan apa pun. Diputuskan kami akan berburu di hutan.
Ketika kata berburu di hutan di ucapkan, para ksatria menanyakan apakah ada stok untuk malam, karena tidak mungkin berburu saat malam terlebih akan ada monster yang berbahaya. Apa yang dikatakan mereka membuat penasaran. Karena mereka takut jika perburuan terjadi di area hutan terlarang.
Aku bertanya pada mereka tentang maksud wilayah hutan terlarang tersebut. Mereka menjawab ku bahwa area itu bisa di katakan searah dengan jalan pulang, dan merupakan daerah yang di tinggali oleh monster atau hewan - hewan yang telah membesar.
Tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat, lokasi wilayah hutan terlarang tersebut. Menurut perhitungan mereka, apabila berangkat dari sekarang, mungkin kami bisa melewati area hutan terlarang dengan aman.
Dengan langit yang menunjukkan siang yang terik dan akan menjelang sore. Kami pun berangkat meninggalkan kota ini.
Menurut apa yang mereka katakan ini adalah ibu kota duchy dan disebut kota decarion.
Di kota inilah aku meninggalkan duniaku. Dan berada dalam status budak.
Dengan para ksatria yang berjumlah empat orang dengan masing - masing memiliki kudanya sendiri. Kami pergi!