"ayah mana bun"
"dasar kambing! masuk rumah salam dulu"
"halah bun, gawat darurat ini"
"udah sana sana gak usah masuk, di kasih tau kok gitu"
"eh eh ampun bun iya iya assalamualaikum"
"nah gitu dong, waalaikumsalam"
"ayah nya mana"
"di kebun belakang"
dengan kecepatan penuh aku berlari menemui ayah, aku langsung mengintrogasi nya, menanyai hal lah yang membuat ku pusing.
"ayah!!"
"apa!!"
"ya elah yah ngegas amat"
"matamu!! kamu yang ngegas duluan kok goblok!!"
"hehehe maaf yah"
aku duduk tepat di sebelah ayah yang saat itu sedang menyirami tanaman di kebun kesayangannya. ku ceritakan masalah ku pada ayah panjang kalo lebar.
"hahahaha fandri²"
"lah ayah kok malah ketawa"
"lah kue goblok"
memang sih ini bukan masalah yang gawat darurat, tapi aku suka pusing kalau udah ke pikiran. bahkan sampai ke bawa mimpi lo.
"apa aku di santet yaah"
"hahahaha huoblooook!! itu namanya kamu suka dia"
"hah!?? suka?? sama dia!! gak mungkin yah, dia tuu pendek, item yaa gak banget sih ada manis²nya, tapi tetep aja gak mungkin yah"
"hahahaha yoo wes lah sak karep mu, kue takon yoo tak jawab, nek kue gak coyo yo wes"
"ayaaaah"
"apa lagi!"
"gak mungkin"
"udah terima aja kenyataan"
saat ayah pergi meninggalkan aku melanjutkan pekerjaannya di kebun, aku duduk bersandar di salah satu pohon di sana. ku tatap rerumputan hijau yang tengah bergoyang di tiup angin saat itu aku kembali teringat wajahnya, gadis menyebalkan yang selalu menyusahkan di kelas, dia pendek yaa paling tingginya 150, kulit nya sawo matang dengan gigi gingsul di sisi kanannya. walaupun dia itu berisik dan merepotkan tapi banyak orang yang akrab dengannya.
saat ini aku ingat kali pertama jantungku berdebar saat melihat nya.
saat berada di perpus aku melihat dia dengan teman teman nya sedang bercerita sampai lupa di suara mereka membuat keributan di perpus, merekapun akhirnya di nasehati petugas perpus, saat petugas perpus pergi berlalu meninggalkan mereka aku melihatnya tersenyum lebar dari sela sela buku.
entah kenapa jantungku berdebar kencang, dia sangat manis apa lagi mata coklat muda nya itu terbuka dengan lebar dengan bulu matanya yang berkedip sesekali.
"aaiihh aku gila"
akhirnya aku tersadar dari lamunanku dan pergi masuk ke dalam.
"fan"
"yooo"
"sehat"
"yaa Alhamdulillah, kakak gimana"
"gak liat"
"ooh iya iya hahahaha"
"gak usah ketawa kamu, mau kakak jitak"
"ampun bos ampun"
"kok jadi gendut gitu sih kak"
"namanya hamil yaa wajar lah"
"hah, kakak hamil lagi"
"iya!! tapi jangan bilang ke kak Arta yaa, dia masih belum tau"
"gila lu ndro"
"hahahaha, eh btw kamu nyantai kan"
"hmm lumayan"
"kakak pengen kerang rebus nih cariin gih beli 10 porsi"
"buset kak, banyak amat!! mau jadi gentong lu"
"gak aku semua yang makan Bambang!! udah cepetan ngences ntar anakku"
"iya iya"
"ini uangnya, kembaliannya ambil aja buat beli rokok"
"aku gak ngerokok!!"
"wiih, bagus bagus"
aku berlalu meninggalkan kakakku yang terlihat lemas itu, aku ingin mengejeknya sebenarnya tapi ya mau bagaimana orang hamil kebanyakan seperti itu.
aku memacu motorku ke tempat penjualan kerang rebus kesukaan kakak.
"mas kerang rebus nya ada"
"ada mas"
"bungkus 10 porsi yaa mas"
"banyak banget mas ada acara"
"gak mas, cuma kakakku lagi ngidam dia pengen makan yang banyak, kalau gak ada katanya dia mau makan tai goreng"
"buset kasihan anaknya"
"hahahaha gak lah mas becanda"
"oalah aku percaya loo mas"
"hahahaha becanda kok"
aku meninggalkan mas nya yang masih tersenyum dengan candaan ku tadi.
karena cukup lama aku akhirnya bosan dan mencari tontonan di hp ku.
sampai tak lama aku di panggil pesanan ku sudah selesai akupun memberikan uangnya.
"makasih mas"
"iya masama"
aku menerima satu kantong besar kerang rebus yang cukup berat dan menuju ke motor kesayanganku.
"fandri!!"
aku menoleh ke belakang ketika seseorang memanggil namaku, mataku terbelalak bulat seperti bakso karena kaget siapa yang barusan memanggil ku. aku lihat wajah nya kesal seolah-olah dia ingin memukulku.
"gita!"
"kamu tu yah"
"kenapa?"
"kamu habisin semua kereng rebus nya!!"
"eeh habis!??"
"iya!!!"
"hmmm maaf, ini pesenan kakakku dia lagi ngidam"
"hhmm ya udah deh gak papa"
"maaf yaa, aku dulun yaa git"
"padahal aku udah jauh jauh, tapi ya udah lah hati hati yaa"
"iya git"
aku masih menatap nya yang mulai menjauh pergi, rasanya gak tega membiarkan dia pergi dengan tangan kosong seperti itu. dia juga bilang udah jauh jauh datang.
"git, Gita!"
"hmm apa fan?"
"ini,kamu buat kamu satu"
"eeh gak usah"
"gak papa ambil aja"
"hmm beneran"
"iya, nih Ambi aja"
"waah makasih loo fan ini uangnya"
"gak usah, aku bilang kan ambil bukan bayar"
"yaah aku gak mau gitu, namanya hutang dong"
"gak, aku ikhlas"
"gak mau kamu harus ambil uangnya"
"gak mau, udah yaa daa"
"fandri!! kapan² aku traktir"
"aasiaap"
aku pergi meninggalkannya, dia masih tersenyum manis melihat ke arah ku karena senang, aku berharap suatu saat waktu seperti ini datang lagi, walaupun hanya sebentar tapi cukup menggetarkan.
9 porsi kerang rebus yang ku bawa ternyata cukup untuk semua orang, yaa walaupun kakakku yang bawel kepo nanya kenapa kurang, aku gak bohong si bilang ada temen yang gak kedapatan aku kasih.
berhubung sekarang hari Sabtu aku menginap di rumah ayah dan bunda, aku akan kembali ke kosanku pada hari Senin.
"pagi bunda sayang"
"iihh najis bunda fan"
"hehehe, masak apa bun"
"ya liat aja lah, kamu punya mata kan"
"wiih sarapannya nasi goreng pake telor mata sapi"
kamipun sarapan bersama dengan menu sarapan sederhana ala bunda, ya walaupun begitu bunda adalah koki paling top di seluruh dunia masakan nya enak tiada yang bisa menandingi. aku mau berpijak di bumi bagian manapun pasti akan selalu rindu dengan masakan nya apa lagi telor sambal ceplok buatannya.
"Alhamdulillah kenyang"
"fan jangan kaya ular ya, selesai makan tiduran. bantuin ayah panen cabai di kebun sekarang"
"yah masih kenyang banget loo"
"halah males bilang!!"
"iya iya tapi sebelum fandri minum dulu lah"
"hhhmmm cepetan"
"siap kapten"
satu jam telah ku habis kan waktu berada di kebun bersama ayah, memanen hasil kebunnya yang mini itu. sebenarnya aku sangat malas, sudah cuaca sangat panas perutku terasa begah pula.
"cepet fandri!!! kamu lelet banget kaya siput"
"panas banget loo yah"
"lembek banget kamu jadi cowok!! makan aja kuat kerja kendor kaya kotoran celana ayah"
"iihh ayah!!"
"memang kenyataannya kan"
aku kembali mengangkat keranjang bolong bolong dan mengikuti ayah tepat di belakangnya. hanya menerima sayuran yang di panennya dan mengangkat beban itu sambil berkeliling.
"Fandri!!"
"apa"
"lemes amat lu"
"gak liat apa kak aku capek"
"Heleh lebai"
"ngapain nyari nyari aku"
"kakak pengen rujak parut mang Asep beliin dong"
"lah kok aku"
"kamu kan adik ku satu satunya"
"yee gak mesti aku kan banyak orang di sini minta tolong sama abang penjaga aja sana kak"
"yeee males banget dah, mintanya anak di dalam sini kamu yang beli"
"panas loo kak"
"Terus kenapa kalau panas, kamu takut hitam"
"ya gak sih"
"ya udah cepetan, ngences anak ku nanti"
"ya elah kak"
"mau gak niihh"
"iya iya ah sini!! ongkos jalannya sekalian"
"nan!! beli 3 porsi kembaliannya ambil"
"hmmm"
dengan agak kesal aku pun pergi meninggalkannya, walaupun aku dapat uang jalan tetap aja aku malas panas banget tau gak.
ternyata gak cuma disitu aja aku jadi pesuruh bumil itu, bahkan saat aku sudah kembali kuliah dia suka minta di beliin yang lain dan aku gak pernah menolak karena dia selalu bilang "kamu mau yaa keponakan kamu ngences" yaa akupun gak akan bisa nolak karena dapat uang jalan.
hari ini aku selesai lebih awal karena dosen sedang ada urusan ke luar kota, aku berencana mau nongkrong bareng temen-temen.
"fandri!!"
"iya"
aku pun menoleh melihat siapa yang barusan memanggil ku, ooh tuhan jantungku rasanya mau copot!! itu gita.
"hai"
"hai git, kenapa"
"kita pulang cepet, lo mau ke mana"
"yaa gak ada sih, kenapa emang"
"makan bareng yuk, aku traktir hehehe"
"hhmm beneran nih"
"iya loo"
"boleh yuk"
tapi saat kami mulai jalan beriringan sambil berbincang bincang telepon ku berbunyi dan itu yang paling aku kesal kan aku gak bisa mengabaikan panggilan ini.
"halo, kenapa kak"
"beliin kakak martabak telur yang di kantin kamu yaa, sekarang fan biasanya cepat abis kan"
"tapi kak aku lagi sama temen kak"
"ya ampun fan aku gak selalu loo minta ke kamu, kan aku ganti uangnya"
"bukan masalah uang kak"
"kamu gak kasian kalau anak kakak nanti ngences"
"kak sesekali boleh dong gak usah di turuti banget, aku juga punya kesibukan kak"
"eeh fan kok kamu gitu sih, ya udah lah!! kamu tuu gak tau yaa gimana susah nya ngidam"
"bukan gitu kak"
"makasih"
"kak!! Hallo"
aku merasa bersalah dan menyesal bilang kayak gitu ke kak Tarika, tapi di satu sisi aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk dekat dengan gita.
"git, aku minta maaf nih, kayanya kita lain waktu aja deh makannya"
"ooh ya udah gak papa fan, yang telepon itu lebih penting"
"iya, ini kakak aku yang hamil itu"
"ooh iya lah, ya gak papa kok"
"maaf banget ya git"
"iya gak papa fan"
di akhir ke bimbang aku memutuskan untuk tidak pergi bersama Gita dan langsung berlari ke kantin memesan martabak telur untuk ibu hamil yang ngeselin itu.
"mang, martabak telur 3 yaa"
"aduh bang telur nya habis"
"what!!"
"iya bang maaf ya"
"hhmm kalau saya beliin telur nya gimana mang, saya minta tolong banget mang ini yang pingin ibu hamil"
"waduh!! ya udah deh bank boleh, bahaya kalau gak di turuti. ini uangnya beliin 1 papan sekalian"
"sebentar ya mang"
aku berlari mencari telur di supermarket terdekat, saat di kasih aku yang kesal membuat histori di WA ku.
"YANG HAMIL TU MINTANYA HARUS DI TURUTI, DAN YANG TANGGUNG JAWAB ITU YANG DI SURUH CARI"
aku sangat kesal tanpa pikir panjang langsung mempostingnya lalu kembali ke kantin dengan satu papan telur.
===================================