nggak kerasa udah 1 bulan lebih kak Arta pergi bertugas, memang nggak ada perubahan sih selama dia meninggalkan kami. hanya saja aku merasa sepi setiap pagi bangun jadi ada sosoknya disampingku.
"hah, malam Jumat udah lewat berapa kali yaa"
sambil mengusap bantal dingin yang berada di samping ku. bantal yang biasanya terasa hangat dan berbau keringat setiap pagi, sekarang hanya jadi bantal dingin beraroma deterjen pencuci pakaian.
"kangen"
kataku pelan sambil memeluk bantal itu
kuraba meja yang memang tak jauh sisi tempat tidur untuk mencari ponselku, Aku ingin segera menghubunginya ya walaupun hanya basa-basi mengucapkan selamat pagi.
VC
Tarika:"pagi kak"
Arta:"pagi sayang, tumben vc pagi pagi"
Tarika:"lah emang gak boleh aku vc suami sendiri, nanti vc suami orang baru tau"
Arta:"hahaha yaa jangan yang"
Tarika:"kak"
Arta:"iya, kenapa sayang"
Tarika:"kangen"
Arta:"uluh uluh istri aku, cini cini cium"
Tarika:"iih najis banget deeh"
Arta:"kamu gimana sih yang tadi katanya kangen, sekarang dibilang najis"
Tarika:"iya emang kangen, tapi nggak gitu juga aku kan agak geli"
Arta:"hahahaha"
Tarika:"kak, biasanya aku suka kesel dan ngomel setiap pagi kamu bangun kadang bantalnya basah keringat dan bilang bau asem, tapi sekarang aku malah nyariin bau asem itu loo"
Arta:"hahahaha, nah itu tuu kaya yang di lagu lagu, kalau sudah tiada baru terasa kalau kehadiranmu sangat berharga"
Tarika:"hahaha iya iya"
Arta:"aku juga kangen kamu kok sayang, biasanya setiap pagi aku mau lihat bidadari cantik di sampingku, sekarang tempat tidur itu terasa kosong dan dingin"
Tarika:"mulai dah lebaynya keluar hahaha"
Arta:"beneran lho kamu tuh bidadari"
Tarika:"halah"
Arta:"atau aku ganti aja ya nama panggilan kamu jadi Ida"
Tarika:"ih ih gak mau ah, nama aku tuh udah bagus nama pemberian ayah bunda, lagian nama ida tu jelek banget"
Arta:"ada kepanjangannya sayang, idadari"
Tarika:"huueeek, ogah"
Arta:"hahahaha"
Tarika:"kak, menurut kakak apa sekarang Aku gendutan"
Arta:"hmmm emang penting ya yang"
Tarika:"ya penting lah ntar kalau aku jelek kamu berpaling lagi ke yang lain"
Arta:"astaghfirullahaladzim amit-amit jabang bayi, ya gak lah yang hati jiwa dan ragaku hanya untukmu seorang dan tidak akan ada yang lain"
Tarika:"ih jijai dah"
Arta:"beneran loo"
Tarika:"hhmm ya ya, jawab donk"
Arta:"kamu sekarang agak semok"
Tarika:"maksud kamu aku gendut"
Arta:"ya gak, semok loo yang seksi dan montok"
Tarika:"iya dengan kata lain aku gemuk"
Arta:"gak looo"
Tarika:"jujur aja kak"
Arta:"ok!! kamu agak berisi bukan gemuk, jadi lebih berbentuk gitu loh, gimana sih jelasinnya aku juga nggak ngerti dah. ah!! yang penting enak dilihat, enak di peluk apa lagi di ajakin goyang hahahaha"
Tarika:"beneran!!"
Arta:"iya cinta ku my honey bunny sweety emuah emuah"
Tarika:"ok ok makasih kejujuran nya emuah"
Arta:"kamu kok pas gak ada aku baju tidur nya kaya gitu sih"
Tarika:"hahaha biarin"
Arta:"ihh udah lah transparan terbuka, aku tergoda tau gak, ini aja aku vc ngumpet biar gak keliatan temen"
Tarika:"hahahahah , cayang mau cini mimik cucu pagi pagi"
Arta:"yang jangan begitu dong tegangan tau gak"
Tarika:"hahahaha rasain"
Arta:"yaah jauhh gimana dong pengen nihh, udah berapa Minggu ya gak dapat jatah"
Tarika:"yaudah hitung-hitung sendiri aja ya udah berapa minggu, aku mau siapin sarapan untuk anak-anak. mereka mau sekolah"
Arta:"yah yang jangan di tinggal dong"
Tarika:"hahaha byee emuah"
Arta:"yaaaang"
dengan masih cekikikan geli melihat wajah kak Arta memelas. aku mau nutup telepon dan pergi menuju ke kamar mandi.
dengan wajah segar aku keluar dari kamar mandi memilih pakaian di lemari lalu turun menyiapkan sarapan.
saat aku tiba di bawah kau lihat bu Ina sudah membawa tas Arfa dan Tika biasanya kalau sudah begitu mereka pasti sedang mandi atau berpakaian jadi aku pun segera menuju ke dapur dan membuatkan sarapan dan bekal.
di umur yang sekarang mereka sedang masa-masa pertumbuhan. jadi sangat penting untuk aku sebagai orang tua menyiapkan nutrisi yang cukup untuk mereka. di awali dari memberi sarapan pagi tentunya. biasanya menu sarapan kami simpel saja seperti sandwich, nasi goreng dengan telur mata sapi, roti panggang atau sekedar sereal coco dan segelas susu.
"mereka udah pada siap Bu, kok belum turun"
"mungkin sebentar lagi nak"
aku melihat ke arah jam 1 dingin saat meletakkan piring di meja makan. karena agak lama dari biasanya aku pun menghampiri mereka. apa yang membuat mereka lama sebenarnya.
"Arfa Tika, ayo cepat kita sarapan dulu nanti telat loo"
"iya bunda sebentar"
mereka menjawab bersamaan tapi tidak ada satupun yang keluar dari kamar saat itu. akhirnya aku memutuskan untuk masuk dan melihat mereka sedang apa.
mereka sedang duduk di depan rak buku seperti sedang mencari-cari sesuatu. aku tidak hanya diam aku pun mereka ada apa sebenarnya.
"kalian cari apa!? kok lama banget"
"ini bunda Abang hil"
Tika yang menjawab pertanyaanku tiba-tiba dibungkam oleh Arfa, sepertinya memang sedang ada masalah dan Arfa tidak ingin memberitahu aku. tapi aku tidak ingin langsung memaksa atau membentak aku mendekati mereka secara perlahan Aku berbicara dengan selembut mungkin agar mereka terbuka dan lebih percaya memberitahu apa masalah mereka.
"abang kenapa, cerita dong sama bunda siapa tahu bunda bisa bantu. nggak boleh loh rahasia-rahasiaan sama bundanya"
dari matanya aku bisa melihat dia merasa takut, kubelai wajah dengan lembut agar dia lebih percaya kalau nanti dia cerita aku tidak akan marah.
"Arfa takut nanti bunda marah"
"gak sayang"
"janji dulu ya kalau nanti Abang cerita bunda nggak marah"
"iya sayang bunda janji"
"hhmm sebenarnya kan bun, Abang lupa taruh buku yang Arfa pinjam di perpus besok harus di pulangin"
"Abang udah ingat baik-baik naruhnya di mana"
"udah sih bukln tapi tetep aja, Arfa lupa Bun"
"ya udah, nanti kita cari sama-sama ya. yang penting sekarang sudah turun dulu sarapan. nanti bunda juga tanya ke Bu Inah siapa tahu Bu Inah hilat"
kami keluar dari kamar menuju meja makan. saat turun tangga Arfa memberitahu aku buku apa yang hilang, buku dongeng tentang kerajaan-kerajaan dengan sampul coklat dengan gambar raja dan ratu di depannya.
"udah nggak usah dipikirin banget yang penting besok-besok jangan sampai teledor lagi ya bang. kita minjem dan kita harus jaga"
"iya bunda, maaf arfa teledor"
"ya udah gak papa, lain kali harus lebih hati hati yaa"
"iya bunda"
"Tika kalau misalnya abang kayak gitu lagi Tolong diingetin ya sayang"
"iya bunda"
walaupun Arfa masih terlihat murung dia masih berusaha untuk tersenyum. begitu mereka berangkat aku segera menanya ibu ingat soal buku itu, untungnya katanya dia pernah melihatnya sebelumnya tapi dia sedang mengingat-ingat di mana terakhir kali melihatnya.
"kalau nggak salah ya kemarin itu nak Arfa membaca buku itu ketiduran pas lagi main, apa kecampur sama mainannya ya"
"bisa jadi situ Bu ya udah kita coba bongkar aja mainan mereka ya"
dan setelah pencarian yang cukup panjang akhirnya kami menemukan buku itu, ternyata buku itu terselip diantara cd-cd film animasi milik Arfa. aku pun segera membawa buku itu ke kamar mereka dan meletakkan buku itu di meja beserta dengan not di atasnya.
=================================