Chereads / Artika family / Chapter 160 - ternyata

Chapter 160 - ternyata

"apa!! RIVAL!!!"

kaget

"iya!!! udah ar udah. . . nggak usah lebay biasa aja"

menggeleng kepala

"oh iya sorry sorry"

kembali seperti biasa

ternyata Alriski adalah anak pertama dari pemilik salah satu perusahaan yang tidak lain rival dari Balri, katanya dalam 5 bulan terakhir ini mereka saling memperebutkan investor.

dan yang membuat balri geram adalah alriski sering kali menggantikan posisi ayahnya di saat nya ayahnya tidak berada ditempat, dengan sikapnya yang semena-mena itu membuat semua yang hadapinya kesulitan apalagi bawahan bawahan Balri sendiri.

"kita itu punya satu investor, ya ampun mereka itu berusaha banget loh buat ngejatuhin aku"

kesal balri

aku terus mendengarkan semua cerita-cerita balri dengan serius. dan saat itu aku tahu di persidangan ini ayahnya tidak datang dikarenakan ada urusan ke luar negeri bersama sang adik. kata Balri sih ayahnya ini tidak terlalu peduli dengan alriski dia lebih mementingkan adik perempuannya yang bisa dikatakan sangat cerdas dalam banyak bidang.

adiknya itu juga sangat terkenal dia sudah memiliki satu perusahaan yang dikelola sendiri, perusahaannya itu terbilang baru maju dan sedang berkembang.

Ariska itu nama adiknya, usianya hanya 1 tahun lebih muda dari Alriski tapi karena kecerdasannya dia sudah jadi sarjana lebih awal dengan nilai rata-rata tertinggi di kampus.

semua orang mengetahui kalau kakak beradik ini tidak dekat, sama sekali tidak dekat mereka jarang bertemu, jarang berbicara bahkan pernah terdengar kabar kalau mereka punya niat saling menjatuhkan satu sama lain.

"wauw!!"

kataku terheran-heran

"aduuh ar moga aja lah loo menang lawan dia"

kata Balri

"amin bal"

setelah semua selesai makan dan aku juga selesai bicara dengan Balri kami berpamitan untuk kembali ke ruangan persidangan.

menunggu beberapa menit dan akhirnya persidangan kembali di lanjutkan, dimana pembacaan keputusan hakim untuk menerima keberatan mereka atau pendapat kami.

"setelah kami membaca kembali surat keberatan dari pihak penuntut hukum dan juga mendengarkan pendapat dari penuntut hukum, kami memutuskan untuk melanjutkan persidangan lusa, lalu nanti sebelum di akhir persidangan kami akan meminta bukti-bukti dari pihak penuntut umum terkait terdakwa setelah itu barulah kami akan memeriksa perkara ini lebih lanjut"

kata hakim

hakim sudah mengetuk palu menutup persidangan kami pun bernafas lega karena ada setitik harapan untuk kami, ya walaupun mata-mata tajam itu terus menusuk ke arah kami tapi kami berdiri di barisan kebenaran yang membuat kami tidak takut akan mereka.

setelah semuanya pergi dari tempat duduk mereka kami pun dengan bangganya melewati wajah-wajah pahit mereka begitu saja.

"hahahaha kalian lihat gak mukanya iihh rasanya pengen aku tabok pake wajan!!"

kata fandri

"lah!!! emang kamu kira ini pubg apa"

lirikku

"hehehe"

fandri cengengesan

"di persidangan pertama kita hari ini semua berjalan lancar dan kita pun bisa bernafas lega, tapi tidak ada yang tahu lusa jadi kita harus siap untuk menghadapinya"

kata kak Arta menyalakan mobil

"iya kak, hhmm apa lagi rusak kakak udah nggak bareng kita lagi"

kataku

"hah!!!"

kaget yang lain

"kenapa!!??!"

kata ayah

"nak Arta mau ke mana"

tanya bunda

"eh eh eh kak kamu mau ke mana"

fandri mendekat

"sebelumnya aku minta maaf nggak bilang sama kalian lebih awal, besok aku udah harus kerja ke luar kota dan disana selama 2 bulan"

jelas kak Arta

"ya ampun!!! kenapa nggak bilang ke kita"

kata fandri terlihat panik

"udah fan kamu tenang aja walaupun aku nanti enggak bisa ikut hadir di persidangan, kan masih ada pengacara tarika juga beberapa saksi lainnya, yakin deh insya Allah kita bakal menangin kasus ini"

kata kak Arta

"emang nggak bisa ditunda apa Kak"

kata fandri masih berusaha

"maaf fan, ini itu udah nggak bisa ditunda-tunda lagi"

"yaahh kak kenapa sih harus bisa penting-penting gini"

"Ya ampun fan itu udah tugasnya kak arta kali, sebelum kita ngadapin masalah ini tuh!! kak arta udah memang jadi seorang dokter, yang harus mau menjalankan tugasnya di mana pun, jadi kita enggak bisa untuk menunda nunda atau memaksa dia untuk nggak pergi. jangan kan kamu!! aku sebagai istrinya aja nggak bisa membuat dia melalaikan tugasnya sebagai seorang dokter"

jelasku panjang

"iya fan"

kata kak Arta pelan

semua orang pendiam dan berusaha mengerti keadaan, setelah beberapa menit di perjalanan dan akhirnya sampai ke Arta pun mengatakan beberapa pesan pada kami untuk menghadapi persidangan rusa.

kami semua dituntut untuk lebih tenang yang terlalu emosional ya namanya persidangan kita semua harus tenang agar semuanya berjalan dengan lancar.

kak Arta juga bilang kami juga harus mempersiapkan beberapa saksi kami agar mereka siap menjawab pertanyaan hakim nantinya saat memberi kesaksian.

"Aku rasa semua itu udah cukup,nanti kalau memang ada yang kurang bisa kalian tanyakan pada pengacara kita pak miji"

kata-kata dan akhirnya pamit untuk packing

setelah ayah dan bunda berpamitan pulang aku pun menyusul kak Arta ke kamar membantunya packing untuk keberangkatannya besok.

kulihat dia yang sedang sibuk tak berbicara apapun, aku menghampirinya dan duduk tepat di sampingnya sambil membantunya dan itu membuatnya tersenyum, tak ada keluh kesahnya soal permasalahan ini dia tidak pernah merasa lelah atau semacamnya.

" ya !!dia suamiku Arta Mada"

pikirku saat itu

"sayang"

panggil ku

"iya yank kenapa"

dia berhenti dan menatapku

"capek yaa"

kataku sambil mengusap tangannya

"hhmmm gak kok yank, kenapa???"

bingung

aku mendekat kearahnya dengan perlahan aku bersandar di pundaknya dan aku menggenggam tangannya erat.

"kenapa sih yank"

dia semakin bingung

saat itu aku hanya diam tak menjawabnya dan dia bergeser lalu memandangku dengan wajah penuh kebingungan.

"sayang . . . kamu kenapa"

tanyanya

aku masih saja tidak menjawabnya, hanya menggelengkan kepala dan tersenyum dengan manis.

diusapnya wajahku dengan pelan dan dia pun tersenyum walaupun mungkin dalam benaknya masih bertanya-tanya ada apa denganku.

"kak"

panggilku lagi saat dia melanjutkan berkemas

"iya sayang"

jawabnya

saat dia berbalik melihat ke arahku dengan secepat kilat aku mengecup bibirnya lalu melarikan diri.

"eh eh eh!! yaaaank!!!"

teriaknya

Aku orang yang sangat pemalu dalam hal memulai seperti itu apa lagi kalau urusan ranjang kalau gak karena lama gak di sentuh aja gak mulai duluan (kangen) yaa kalau apa apa kak Arta lah yang duluan (hahahahah gengsi),

"kabuuuuur"

kataku dalam hati

lebih baik aku melarikan diri daripada aku melihat ekspresinya, atau mungkin apa yang akan dilakukan setelah aku berbuat seperti itu padanya.

Untung aku bisa ke kamar anak anak dan kompakin buk Inah untuk bilang ke kak Arta aku gak ada di kamar anak anak"

"haha haha haha"

tertawa jahat

"kenapa nak"

tanya buk Inah mengagetkanku

"eh!! ibuk. . . kebetulan nih"

langsung mendekati

"ada apa!??"

tanyanya

"saya ini mau sembunyi buk, jadi nanti kalau kak Arta cari aku bilang aja gak tahu atau gak lihat saya ya"

kataku dengan jelas

"iihhh ok ok"

angguknya mengerti

setelah itu kami pun duduk di ranjang Arfa dan Tika bercerita tentang kejadian hari ini.

begitu Aku bilang kalau besok kak Arta akan pergi buk Inah bilang sesuatu yang membuat aku merasa menyesal karena telah melakukan satu kesalahan.

dengan segera aku yang sadar berpamitan pada buk Inah dan pergi mencari kak Arta.

"kak!!"

teriakku begitu melihatnya berjalan menuju ke kamar

segera aku buang gengsiku lalu langsung berlari ke arahnya, ku peluk erat tubuhnya yang akan pergi esok, entah apa yang dia katakan aku tak peduli aku langsung mencium bibirnya dengan penuh gairah, perlahan aku mendorongnya terus untuk masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan bibirku.

"hah hah hah"

nafas kami serasa habis

kak Arta tau apa yang harus dilakukannya, dengan senyuman penuh makna dia membopongku dan menaruh buku dengan sangat pelan ke atas ranjang.

malam itu tak ada lelah buat kami karena kami sedang menumpahkan cinta dan rindu kami.

===================================

I am back

🙏🙏🙏🙏🙏🙏

mohon maaf buat kalian yang menunggu kelanjutan ceritanya

maaf yaa maaf