Chereads / Artika family / Chapter 156 - sedikit

Chapter 156 - sedikit

pagi-pagi semua sudah bergegas apalagi kak Arta begitu bangun tidur dan selesai mandi dia langsung menuju ke pos jaga untuk melihat rekaman CCTV semalam.

saat aku dan fandri menghampiri ke Artha bersama Pak man mengecek rekaman CCTV.

"semalam itu jam berapa ya!??"

tanya kak Arta

"aduh aku juga nggak lihatin jam"

kataku tak tahu

"coba aja putar dari jam 10, karena semalam kita lagi nonton kan"

kata fandri

akhirnya rekaman CCTV itupun diputar dari jam 10 lewat dan tentu saja dengan gerakan yang dipercepat.

cukup lama kami memperhatikan dan akhirnya kami berhenti saat penjaga yang semalam itu keluar lalu mendekat ke pagar.

"stop stop di situ!!"

kata kak Arta

"ok!!"

jawab Pak man

"ini bisa di zoom gak Pak"

tanyaku

"bisa bisa"

jawabnya

dan rekaman itu kembali diputar tapi dengan posisi sudah diperbesar walaupun tidak terlihat jelas siapa pelaku pelemparan itu tapi yang pasti kami melihat ada 4 orang yang berdiri di sana dengan jarak yang berjauhan.

"4 orang!!"

kata fandri

"coba putar sekali lagi"

kataku

"ok"

saat rekaman CCTV kembali diputar ulang fandri dengan sangat serius memperhatikan 4 orang yang berada di rekaman itu.

dia memperhatikan postur tubuh dan juga pakaian yang mereka kenakan.

"aku yakin itu pasti mereka!!"

katanya dengan yakin

"kamu yakin fan"

tanyaku

"aku yakin banget Kak"

jawabnya dengan pasti

"ok!! kelihatannya memang mereka nggak ada takut takutnya"

kata kak Arta geram

"mungkin mereka mau nakut-nakutin kita"

lanjutku

"ya udah hari ini aku libur aja lah, minta tolong ke Mona gantiin aku kita urus masalah ini sampai selesai"

kata kak Arta keluar

walaupun aku merasa sedikit ragu tapi aku menyetujui kalau semua ini langsung dituntaskan. kami semua pun bersiap untuk melaporkan ini ke kantor polisi tak lupa sebelum pergi kak Arta menelpon pengacara yang kemarin sudah datang ke rumah kami.

"ya udah Pak nanti kita ketemu di kantor polisi aja saya ini mau berangkat ini, assalamualaikum pak"

kak arta menutup telepon

sebelum pergi Aku pun tidak lupa memesankan pada Bu Inah untuk mengawasi anak-anak saat kami tidak ada di rumah, Arfa dan Tika sekarang sudah sekolah dan biasanya mereka pasti ada saja kegiatan yang mereka lakukan bahkan kalau kita tidak sering memantau mereka lupa untuk makan.

"Bu tolong lihat-lihatin Arfa dan Tika yaa siapin makanan mereka, jangan lupa juga buatin makanan Pak Ujang"

pesanku

"iya nak"

jawabnya

setelah berpamitan aku dan kak arta masuk ke dalam mobil sambil sesekali melihat ke rumah ayah dan bunda karena mereka belum tahu kalau fandri ada di rumah kami.

saat kami di perjalanan menuju ke kantor polisi tiba-tiba mobil kami dipotong oleh mobil Pajero berwarna hitam dan tentu saja itu membuat kami langsung menepi.

"apa-apaan sih ini orang!!"

kata-kata kesal dan ingin turun lalu menghampiri si pengemudi yang menghentikan laju mobil kami

tapi saat kak arta ingin membuka pintu dan keluar fandri dengan segera menahan.

"kenapa fan"

tanya kak Arta

"lebih baik kita lanjut aja Kak kayaknya aku kenal mobil ini"

kata fandri memperhatikan plat mobil yang ada di depan

tak lama setelah itu 2 orang keluar dari dalam mobil itu dan langsung memukul kaca mobil kami dengan tongkat baseball.

"Aaaaaaaaaaa!!!"

Teriakku

tentu saja kami kaget, Kak arta yang melihat situasi jalanan yang sepi menyalakan mobilnya dan memilih pergi daripada Kami bertiga mengalami hal yang tidak diinginkan.

kak arta memacu mobil dengan sangat kencang karena untuk menghindari mereka mengejar kami, syukurnya kami sudah sampai di kantor polisi.

"Gilak!!! aih retak kaca mobil kita sayang"

kata kak Arta begitu turun

" ya ampun kak, gimana ini"

kataku mulai tak tenang

"jangan takut sayank, mereka itu ngelakuin ini semua kan karena takut, ayo masuk!!"

ajak kak y

kami langsung masuk dan membuat laporan fandri langsung memberi keterangan yang sejelas-jelasnya pada polisi yang akan menangani kasus kami.

kami ditanyain beberapa pertanyaan dan karena memang semua yang terjadi itu nyata kamipun menjelaskannya sejelas-jelasnya.

setelah semua pernyataan Kami selesai dicatat sisanya akan diurus oleh pengacara kami untuk dibawa ke pengadilan.

"aku nggak tahu apa yang bakal terjadi di kedepannya, walaupun ada rasa sedikit takut tapi untuk apa kita takut dengan hal yang memang kita rasakan benar"

kataku saat keluar dari kantor polisi

"iya sayang, Aku bakal terus berjaga-jaga sampai 4 orang itu tertangkap"

kata kak Arta masuk ke dalam mobil

"iya kak"

jawabku

"hhmm kak"

kata fandri terlihat ragu

"kenapa fan"

tanyaku

"gimana ya!??? apa nggak sebaiknya kita bilang ke ayah dan bunda"

katanya

"lah kenapa!??"

tanyaku

"bukannya kita selama ini bahkan sampai sejauh ini mati-matian untuk menyembunyikan ini dari ayah dan bunda"

lanjut kak Arta juga

"tapi melihat situasi yang seperti ini, aku yakin semua orang pasti dalam bahaya. seorang penjaga saja yang orang lain terluka apalagi orang terdekat"

jelas fandri

"benar juga apa yang kamu bilang fan, tapi kakak bingung mau mulai dari mana kalau bilang ke ayah dan bunda"

kataku mulai berfikir

semua yang ada di dalam mobil akhirnya pun terdiam bahkan sampai mobil melaju dan kami sampai di dalam rumah.

Kami bertiga duduk saling bertatap tatapan dengan wajah yang serius, karena memang ada hal yang penting yang harus kami bicarakan dan kami selesaikan.

"aku nggak nyangka kalo mereka bakal ngelakuin hal senekat ini"

kata fandri tertunduk

"anak zaman sekarang memang beda"

kak arta menggeleng-gelengkan kepalanya

"udah kodratnya dia tuh seperti itu, yang terpenting sekarang apa yang harus kita lakukan agar nggak membahayakan orang-orang di sekeliling kita. kita harus melakukan apa terutama pada ayah dan bunda yang gak mengetahui apa-apa soal ini semua"

lanjutku sambil mengerutkan kening

"Ya udah gini aja besok aku akan cari body guard untuk memperketat keamanan rumah ini, kalau soal Ayah dan Bunda nanti malam kita akan bilang ke mereka soal ini semua dan kita harus menerima resiko apapun nantinya"

kata kak Arta dengan serius

"tapi Kak. . . "

fandry masih saja dalam keraguannya

"tapi apalagi fan!! keadaan yang seperti sekarang ini udah nggak bisa disembunyikan lagi!!! terlalu berbahaya, oke kalau misalnya Ayah dan Bunda nggak tahu tapi 4 orang itu tahu orang-orang terpenting di sekeliling kita mereka bisa saja melakukan hal-hal gila seperti kemarin malam. dan pertanyaannya sekarang!!! apa kamu mau ayah dan bunda mengalami hal yang sama???"

lanjut kak arta

saat itu fandri pun hanya bisa terdiam dan tertunduk karena memang yang dikatakan kak Arta memang benar, itu menjadi ketakutan yang baru buat kamu dan kami benar-benar tak ingin hal itu terjadi.

setelah Kami merasa siap kami semua akhirnya datang kerumah ayah dan bunda malam itu.

"assalamualaikum"

kataku masuk

"waalaikumsalam"

jawab ayah

"lagi apa ayah"

tanyaku basa-basi

"nggak lihat apa lagi nonton"

cueknya

"ooowhh bunda mana"

tanyaku lagi

"lagi buat teh di belakang"

jawab ayah

aku yang masuk duluan benar-benar semakin gugup dan tidak tahu harus bagaimana.

akhirnya sambil mengirim chat pada kak Arta aku ikut nonton bersama ayah sambil menunggu Bunda kembali dari dapur.

"eh!! kok ada orang ya!! ngapain ke sini"

kata Bunda dengan nada yang begitu memancing emosi

"hehehe Aku kan kangen sama kalian"

kataku dengan cengengesan

"Halah!!!"

jawabnya sambil menaruhkan segelas teh hangat di depan ayah

"lah Bun buat aku mana"

candaku

"punya tangan punya kaki pergi ke dapur buat sendiri lah!!!"

jawab Bunda begitu nyolot

"buset dah Bun!!"

lirikku mulai kesal

"hahahaha"

bunda malah tertawa

aku pun pergi ke dapur untuk membuat teh saat aku menunggu air mendidih aku menelepon kak Arta menyuruh mereka untuk masuk, begitu air sudah mendidih dengan segera aku pun membuat tehku dan kembali pada mereka.

"kalian ngapain sih pada ngumpul di sini"

kata bunda langsung

"lah Bun emang gak boleh"

jawab fandri

"kamu lagi! ngapain ke sini besok gak kuliah emang"

lirik Bunda

"kuliah Bun"

menunduk

"lah jadi"

kata bunda sambil menyeruput tehnya

"hhmm sebenarnya fandri terlibat masalah"

langsung fandri

"uhuk uhuk uhuk!!"

bunda langsung tersedak

"masalah apa fan!!"

tanya ayah yang sedari tadi diam

(hhhmmm fuuhh)

fandri menarik nafas panjang

saat fandri mulai berbicara menceritakan semuanya, aku dan kak arta saat itu diam tak ingin semakin memperkeruh keadaan.

terlihat jelas dari wajah Ayah dan Bunda yang saat itu sangat dan juga marah.

"nggak seharusnya kalian itu diam-diam aja!!! kami ini orang tua loo!!"

kesal ayah

"maaf Ayah, semua ini fandri yang minta kok"

fandri mendekat

"kamu juga kan dari kemarin-kemarin Ayah udah tanya ke kamu!!"

lanjut ayah

"maafin fandri yah, fandri cuman nggak mau buat kalian kepikiran"

kata fandri dengan pelan

"Oalah fan fan kamu itu loh"

kata bunda panjang

saat itu Ayah dan Bunda juga melihat tajam ke arah kami seperti ingin menyalahkan kami tapi seperti yang dikatakan fandri semua itu keinginannya.

setelah kami membicarakan pada mereka tentang semuanya kami pun pulang dan beristirahat untuk hari esok melihat jadwal pemanggilan di pengadilan.

"sayang Senin aku udah harus pergi"

kata kak Arta tiba-tiba saat kami sudah berbaring di tempat tidur

"hah!!"

akupun langsung melihat ke arahnya

"iya, Senin aku pergi tugas ke luar kota"

lanjutnya

"ya ampun kak jadi masalah ini gimana"

langsungku

"kita lihat besok ya gimana jadwal kita harus ke pengadilan kalau lewat Senin yaa mau gimana!??? tapi tenang aja yank besok semua bodyguard itu udah ada kok"

kak Arta membelai rambutku

"hhmmm ya udah kak"

jawabku lembut

aku menggeser tubuhku agar semakin mendekatinya, Kak Arta kau betul apa yang kuinginkan saat itu. dalam pelukannya yang hangat dan nyaman aku berfikir sudah terlalu banyak waktu kerja kak arta yang dihabiskan untuk masalah-masalah pribadi.

seharusnya jadwal kerja diluar kota itu puasa tapi karena aku yang meminta dia untuk tidak pergi dia pun membuat surat permohonan agar jadwalnya diundur ya walaupun dengan syarat harus dua kali lipat lebih lama dari yang seharusnya.

"kak. . "

panggilku

tapi saat itu dia yang memelukku sudah memejamkan mata dan tertidur aku mendongakkan kepalaku melihat wajahnya yang terlihat lelah, dengan sangat perlahan Aku berusaha melepaskan satu tanganku untuk menggapai wajahnya.

dengan selembut mungkin aku menyentuh pipinya dan aku berbisik.

"thanks for all, i am promise always love you"

dan akhirnya dalam pelukannya aku memejamkan mata dan terlelap menuju ke dunia mimpi berharap akan bermimpi mimpi yang indah, dan semoga hari esok terjadi sesuatu yang baik.

===============================

Aku minta maaf kalau aku jarang up

kadang aku ada kerjaan yang lagi dikerjain sendiri enggak ada yang bantuin

semoga kalian masih mau nunggu kelanjutan cerita ini ya

terima kasih buat supportnya selama ini

Aku senang banget baca komen-komen kalian

😘😘😘😘😘😘😘