Chereads / Artika family / Chapter 151 - katanya

Chapter 151 - katanya

setelah membaca pesan di selembar kertas itu kak Arta langsung mengambil ponselnya dan menelpon ibu Melani.

Dengan kami terus melihat nya dan mendengarkannya karena saat ditelepon di loudspeaker kan.

"gak di angkat"

Kata kak Arta mencoba lagi

"Sibuk kali Ar"

kata balri

"Bisa jadi sih"

masih menelpon

"Eh eh di angkat kok"

langsung menglospeaker kan

Arta:" Hallo buk"

Bu Melani:"iya Hallo"

Arta:"ibuk ini apaan buk maksudnya"

Bu Melani:"ah lambat banget kalian, susah banget apa!"

Arta:"hah!!"

Bu Melani:"iya kok baru nelpon sekarang setelah beberapa hari di kirim itu"

Arta:"saya baru pulang dari Korea Bu"

Bu Melani:"wah enak dong pada liburan ya"

Arta:"nggak bu kami jenguk kakek yang lagi sakit"

Bu Melani:"oh saya kira kalian pada liburan"

Arta:"gak oh iya kok jadi itu sih, saya mau bahas soal koper itu kok"

Bu Melani:"hhmm kenapa kopernya Arta"

Arta:"buat orang jantungan, saya udah mikir entah apa apa aja looo tentang isinya"

Bu Melani:"huahahahahahahaha lah kalian mikir apa emang"

Arta:"bom gitu, apa laaah kalian ini yang aneh aneh deeh"

Bu Melani:"hahahahah Arta Arta ya gak mungkin lah ada bom yang waktunya berhari hari"

Arta:"Oalah buk buk ini barang mahal loo saya gak bisa terima ini"

Bu Melani:"gak mahal banget kok Arta itu Rolex GMT-MASTER II Dial Watch Oystersteel"

Arta:"apa??? Oalah denger namanya aja aku mumet buk"

Bu Melani:"hahahah Arta Arta jadi penghasilan dari saham itu kamu pake buat apa"

Arta:"ya gak di pake apa apa sih buk belanja bulanan paling"

Bu Melani:"hahahahahah kamu itu looo"

selagi kak Arta masih menelepon buk Melani Balri yang mendengar tipe jam rolex tadi langsung searching di Google sekiranya berapa sih harga jam itu.

"wauw!!"

kata balri kaget

dengan langsung beri pun agak menjauh dari Arta yang sedang menelpon dia memperlihatkan pada kami keterangan jam itu.

"ini Spesifikasi Produknya"

mulai duduk

"mana mana"

Panji dan aku mendekat

Rolex GMT-MASTER II Dial Watch Oystersteel adalah Jam Tangan Pria dengan Brand Rolex jam tangan ini di buat untuk kamum Pria, dengan bentuk Jam tangan bulat tampilan jam analog ini berdiameter 40 mm, dengan ketebalan rangka 18.2 mm.

jam tangan itu berbuat dari Material Bezel (Bidirectional rotatable 24-hour graduated Cerachrom insert in ceramic)

Water Resistant

(Waterproof to 100 metres / 330 feet)

jam dengan Berat 2000

jam rolex ini juga memiliki Garansi International selama 2 Tahun

setiap pembelian Jam Tangan Rolex GMT-MASTER II Black Dial Watch: Oystersteel - 116718LN (New) pasti akan di lengkapi dengan Buku Manual Panduan, Kartu Garansi

Material : Stainless steel case & strap

"hadeh aku bacanya pusing aah!!"

kata balri

"sini aku yang ngebaca lah bal"

merebut ponselnya

"harganya berapa kak"

tanya panji

"oh iya harganya"

mencari

"hah!! Harganya Rp.185.000.000!!"

kompak kami kaget

"kalau harga satunya 185.000.000 kalau di kali 3 udah 555.000.000 gila!!!"

kata Panji langsung menghitung dengan kalkulator

dengan mulut terpelongo dan tatapan kosong ketiganya mengambil jam tangan itu satu satu dan mulai duduk dengan mengusap usap pelan sambil berkomat-kamit menyebutkan entah apa saja tentang jam itu.

"aih haus aku"

kata Arta menghampiriketiganya setelah selesai menelepon ibu Melani

"eh pada mau gak"

menawari sambil berlalu ke dapur

saat Arta kembali dengan membawa minuman 3 orang itu masih tetap dengan posisi yang sama membuatnya dia bingung dan bertanya-tanya.

"kalian kenapa"

tapi setidaknya tidak ada yang menjawab masih saja berkomat-kamit, sampai akhirnya Arta menepuk pundak Panji dan bertanya kembali.

"woy apa lah yang kalian bilang"

kembali meneguk air dingin yang tadi di ambilnya

"harga jam ini 185.000.000 kak Arta"

(uhuk uhuk uhuk uhuk)

Arta pun langsung terbatuk-batuk sangking kagetnya

"what!!!"

katanya menyeka sisa air di dagunya

Panji pun hanya mengangguk dan menyodorkan ponsel milik balri agar Arta bisa melihat spesifikasinyas sendiri.

"seriusan semahal itu"

masih tak percaya

Panji kembali menganggukkan kepalanya dan arta pun langsung menyambar ponsel di tangan Panji.

dengan seriusnya dia membaca sampai di harga Arta terpelongo seperti sapi bodoh.

"astagfirullah dari pada beli jam ini uang udah bisa buat biaya hidup setahun lebih"

aku mendekat ke kak Arta

"bener yang"

tersadar

kami berempat mulai duduk dan hanya memandangi benda benda mahal yang ada di meja, sambil memikirkan banyak hal.

"kenapa yaa kok ada orang menciptakan benda kecil dengan harga selangit kaya gini"

Panji ikut bersuara

"padahal sama sama buat liat waktu kan, apa bedanya jamnya juga cuman menunjukan jam 1 sampai 12 kan gak ada bedanya sama kaya jam tangan yang di mall mall itu"

aku mulai membandingkan

"emangnya kalau udah kaya punya uang banyak gitu gak ada kepikiran make uangnya buat yang lebih penting yaa dari pada beli yang mahal mahal gini"

lanjut kak arta

"yaa gak semua orang kaya gitu loo ar, aku ada uang lebih dari itu aja masih mikir lah dari pada di pake buat beli beginian yang setahu aku setiap bulan pasti bakal keluar produk baru, aku masih mikir punya anak dan kedepannya mereka pasti butuh biaya seperti sekolah makan pakaian dan lainnya, walaupun sempet pengen beli Yulia langsung nggak ngizinin dan bilang nggak ada faedahnya sama sekali untuk apa coba??

nyombongin diri!!

kalau kita bisa punya barang-barang wow!

lebih baik uangnya dipakai untuk hal yang lebih berguna"

balri ikutan berkomentar

"iya bener banget itu uang 500 juta lebih itu bisa biayain aku kuliah sampai S2 bahkan S3 looo Ya ampun nggak kebayang deh ya kalau aku kejatuhan uang 100 juta lebih waaahhh!! apa kita jual aja yaa"

pikiran Panji sudah terbang sangat jauh

"hahahaha Panji Panji kamu ini yaa"

kak Arta tertawa melihat wajah serius Panji

"bener kan"

masih tetap dalam pikirannya yang jauh

"ya bisa bisa aja sih, tapi yang namanya ini kan pemberian yaa gak enak dong kalau di jual"

kataku berusaha mengingatkan untuk menghargai pemberian orang lain

"tapi kayaknya ini nih terlalu mahal untuk aku pakai, takut aku dibegal sama orang gara-gara pakai jam tangan ini"

lanjutnya

"ya makanya kamu makainya itu jangan pamer, lah kalau kamu bilangin pakai toa kalau jam yang kamu pakai 100 jutaan Ya iyalah langsung di begal coba aja kalau ditanyain orang itu kami yaa bohong bilang pake barang KW biarkan Tuhan dan kita kita yang tahu kalau ini asli"

lirik balri

"hahahahah Panji Panji"

aku dan kak Arta tertawa dengan kepolosannya

"hhmm ya ya ya tak usahakan"

katanya mengangguk

karena Balri dan Panji masih punya urusan yang lain mereka pun akhirnya berpamitan untuk pulang tak lupa dengan membawa jam tangan yang telah diberikan oleh ibu Melani.

setelah itu aku dan kak arta kembali masuk dan membawa jam tangan dan juga cincin berlian itu ke kamar.

"Kakak mau pakai jam tangan itu"

tanyaku

"gimana yah yang aku nggak terbiasa deh pakai sesuatu di tangan"

"yaa kenapa gak di coba aja kak"

"hhmm gimana yaa yang pakai cincin nikah kita aja kadang aku pengen ngelepas"

mulai ingin mencoba

"iya coba aja lepas!! kalau enggak kepala kamu yang aku lepasin"

langsungku

"buset dah yang! sadis amat mati aku dong!!"

"kamu pakai cincin nikah aja masih dilirik cewek cewek di luar sana kak!! apalagi sampai kanu nggak pakai!!"

omelku langsung

"nggak loh sayangku cintaku, cincin nikah ini akan selalu ada di jari manis aku dan gak mungkin aku lepaskan"

mendekat

"hhhmmm ya ya"

"kamu mau pakai cincin itu yang"

tanyanya balik

"nggak deh kak nikah kita udah cukup menghiasi jari manis aku"

melihat cincin yang masih terpakai di tangan kiri

Kak arta pun tersenyum lalu mengecup keningku dengan lembutnya,setelah itu aku minta ke Arta untuk mengambilkan kotak perhiasan yang ada di lemari bagian atas yang tentu saja aku tidak sampai mengambilnya.

aku sangat jarang memakai perhiasan apalagi perhiasan mahal karena aku sudah terbiasa berpenampilan sederhana dan natural dari dulu.

kalau kata orang dulu sih punya perhiasan itu untuk pegangan kalau misal sedang tidak ada uang sama sekali kita bisa menjualnya dan memakainya untuk memenuhi kebutuhan.

aku duduk dan membuka kotak perhiasan itu dan aku menaruh cincin itu itu bersampingan dengan cincin yang dulu diberikan ke Artha saat dia lupa ingatan, tiba-tiba aku melihat kotak kecil.

"ini apa ya??"

membukanya

"apa itu yang??"

tanya kak Arta

"entah???"

melihat isi kotak kecil itu

aku coba buka kotak itu aku kaget banget ternyata itu adalah dua batu berlian berwana putih dan biru dengan ukuran kecil dan siap untuk di pasangkan pada perhiasan.

Aku berusaha mengingat-ingat kapan aku pernah membelinya apa mendapatkannya dari seseorang.

"ini kamu yang beliin enggak sih Kak"

tanyaku

"aku nggak pernah beliin ko yang"

mencoba melihat

"terus ini dari siapa ya Kak aku lupa loh"

masih berusaha mengingat

"oh iya Kak ini hadiah dari Gibran waktu nikah"

baru ingat

"yang mantan kamu itu ya"

"iya kak, waktu itu dia bilang kalau ini harusnya untuk kami berdua tapi karena aku gak bisa bertahan dengan dia ini jadi untuk anak kita, dia kasih sebagai hadiah pernikahan"

"iya yang aku ingat sekarang, terus kamu kayanya juga pernah bilang loh mau pakaikan ini untuk anak kita dan akan di perlihatkan sama dia kalau kertemu lagi suatu saat"

kata kak Arta

"iya kak bener, uuhhh aku ngingatnya jadi terharu dehh kak aku simpan lagi deh nanti pikirin mau dibuatin apa kalau Tika sih gampang lah kalo Arfa"

bingung

"kalau nggak jangan dikasih untuk Arfa yang kasih buat adik mereka aja nanti mana tahu cewek kan"

memeluk dari belakang

"iihh kakak ini yaa"

melepaskan diri

"tapi bener kan janjinya mau program kalau misalnya mereka udah sekolah"

langsung pada topik

"ya tapi nggak usah langsung pengen anak perempuan gitu dong, emang kakak kira hamil terus melahirin itu gampang apa"

bangkit dan berusaha menaruh kembali kotak perhiasan Itu di atas

"Ya udah kalau nggak mau normal sesar aja kan pakai bius jadi nggak sakit"

langsung membantu

"ih takut banget deh aku kak di bedah bedah"

menjauh

"Ya ampun yang kamu tuh istrinya dokter lo"

mendekat satu langkah

"terus kalau suaminya dokter terus istrinya harus pemberani kayak dokter gitu!! ya kan nggak mesti kak"

mulai terbawa emosi

"harus dong sayang"

sedikit memaksa

"Ya nggaklah"

sedikit ngotot

saat kami berdua saling berdebat dan ternyata malah melupakan sesuatu yang harusnya dari tadi lakukan.

================================

semoga kalian suka dengan cerita kali ini

ikuti terus ya

jangan lupa kasih bintang, tulis ulasan dan juga komentar

😘😘😘