Chereads / Artika family / Chapter 150 - parah

Chapter 150 - parah

Semangat kami masih belum menyerah tapi sayang mata kami yang sudah sangat mengantuk dan memaksa keadaan untuk berhenti memecahkan teka-teki dari petunjuk untuk membuat koper misterius itu.

"Oalah yang mataku udah gak bisa di benjet lagi"

Kata kak Arta mulai merasa perih di mata

"Sama kak, ya udah lah besok aja lagi akupun udah ngantuk ini"

Berdiri meregangkan tubuh

"Iya yang"

Kami akhirnya kembali menyimpan koper itu di dalam lemari dan pergi ke kamar mandi untuk sikat gigi dan bersiap untuk tidur.

Saat sedang mengganti baju tiba tiba aku ingat si pemilik nama Panji itu, dia adalah teman kak Arta dan Balri yang sudah membantu kami memecahkan kasus siapa pelaku pembocoran informasi di perusahaan buk Melani.

"Oo kak Panji ini yang waktu itu bukan"

Langsung tanya kak Arta

"Yang mana yang"

Belum sadar

"Yang bantuin kita pas di perusahaan buk Melani kak"

Berusaha mengingatkan

"Eeh!! Iya yang!!! Berarti ini koper dari ibu Melani ini yang"

Langsung nyambung

"Bisa jadi itu kak"

semakin yakin

"apa coba isinya ibu Melani itu ada ada aja loo yang"

"entah lah kak aku juga gak tau"

"Ya udah besok kita coba hubungi mereka yaa, yang penting kita istirahat dulu"

"Iya kak"

Kamipun segera beranjak ke tempat tidur untuk melepas lelah seharian.

Sebelum tidur aku berdoa dan mengucapkan harapan semoga hari esok akan lebih baik dari hari ini.

(Kriiiing kriiiing kriiiing)

Bunyi jam weker

"Aduuuh apa lagi tuu"

Menurup telinga

(Kriiiing kriiiing kriiiing)

Tapi bunyi jam weker itu tetep tak berhenti

"Iihh!! Ngeselin deh!!"

Akhirnya akupun bangun

Dengan sangat kesal aku bangkit dari tempatku berbaring dan langsung mencari jam weker itu lalu mematikannya, sangking kesalnya aku hampir membantingnya tapi untungnya aku masih setengah sadar dan memikirkan kak Arta yang masih tidur.

Jadi aku letakkan jam itu ke laci dan kembali tidur sampai akhir aku bangun kesiangan karena bangunan tengah malam, syukurnya kak Arta belum bekerja jadi gak masalah buat ngebangunin aku shalat dan pekerjaan rumahku bisa di bantu oleh buk Inah biar cepet selesai.

"Maaf yaa buk jadi nambah kerjaan ibu"

Kataku saat menjemur pakaian yang banyaknya selangit

"Yaa gak papa loo nak ini juga bagian tugas saya looo"

Jawabnya santai

"Kalau gak gara gara jam weker semalam gak akan kesiangan saya buk"

"Gak papa loo nak santai aja, lah kok bisa hidup jamnya nak"

"Hhmmm kayanya sih itu karna buat bangunin sahur biasa saya suka pasang 2 alarm satu di HP satu ya di jam weker takut nggak kedengeran, kayaknya lupa matiin deh karena kan langsung berangkat nganterin Ayah dan Bunda habis itu ke Korea"

Kembali mengingat-ngingat

"Looh kalian sempat ke Korea, jalan jalan gitu"

"Gak buk liat kakeknya kak Arta dianya sakit"

"Ooohh gitu too, jadi sekarang gimana keadaannya"

"Alhamdulillah untuk membaik kok buk"

"Waaah syukurlah"

"Nanti kita buka oleh olehnya yaa buk"

"Hhhmm ok"

Setelah selesai menjemput pakaian kami masuk kedalam, kami mengembalikan keranjang pakaian ke dalam kamar mandi dan kamipun membongkar oleh oleh dari Korea.

Saat kami masih sibuk kak Arta datang dengan masih menelpon dan bilang kalau nanti siang balri dan Panji akan datang.

"Ya udah kak, sini kak bantuin bagi-bagi in"

Suruhku

"Aku mau cuci mobil yank"

ngeles

"Suruh Eman aja lah kak"

memaksa

"Tapi yang!??"

masih mau pergi

"Gak peke tapi tapi, duduk!!"

langsung

"Hhmmmm"

manyun

Akhirnya kak Arta duduk dan membantu kami memasukkan oleh oleh yang sudah di campur ke dalam kantong.

Setelah semuanya sudah di masukkan ke dalam kantong sisanya kami simpan dengan rapi di lemari.

Saat sudah selesai kami bersantai dengan menonton tv, tiba tiba terdengar suara bel buk Inah pun langsung membukanya.

"Waah kalian ini yaa mesra mesraan aja"

"Kalian!!"

Melihat ke belakang ternyata balri dan Panji datang lebih awal

"Kok cepet banget kalian datang??? Katanya siang aja, ini masih jam 11 lah perasaan"

Kata kak Arta berdiri mempersilahkan mereka duduk

"Hahahaha mereka penasaran itu kak"

Kataku dan tertawa

"Hahahaha iya tar bener banget"

Balri ikut tertawa

"aku ambil kopernya dulu yaa"

pergi ke kamar

"Panji apa kabar"

tanyaku

"baik kak, kakak gimana"

"Alhamdulillah baik"

"tar aku gak kamu tanyain"

"kalau kamu mah gak usah aku tanyain juga kelihatan sehat dan bahagia, lihat aja itu perut dan badan kamu udah mulai berisi"

kataku dengan pedasnya

"buset dah baru juga lebaran kemarin kita maaf-maafan tar ini kamu udah cari dosa aja sama aku"

katanya sedikit kesal

"hahahaha sory bal ini fakta hahahah"

aku tertawa dengan lepasnya

"hahahaha"

Panji ikut tertawa

"parah!!"

membuang muka

kak Arta pun akhirnya datang dengan membawa koper, kamipun memberitahukan soal petunjuk yang ada dan kami mulai memikirkan kembali apa dan bagaimana merubah nama nama itu menjadi 6 angka untuk membuka kode koper itu.

"ini udah sesuai urutan namanya dengan yang tertulis"

tanya panji

"hhmm gak tau juga sih aku bacanya dari kiri ke kanan"

jawabku

"hhmm bentar coba liat kopernya"

melihat ke koper

"gimana ji"

tanya Balri

"Kayanya udah pas deh"

kata Panji mencocokkan

kami berempat pun mulai mengeluarkan pendapat masih masing dan bisa di katakan hampir semua menggaruk kepala karna gak tahu.

"ih!!! lebih baik aku ngerjain urusan kantor yang menggunung ya daripada nebak-nebak nomor kayak gini!!! asli sakit kepalaku"

kata balri mulai menyerah

"hahahahah sabar lah kak"

kata Panji tertawa

"jadi kayak orang mau masang togel kok nebak-nebak nomor"

"hahahahaha ceritanya udah pernah main togel nih"

lanjut Arta

"ah gak nyangka aku bal"

ikutku

"iihh sembarangan kalo ngomong, gak yaaa nggak pernah aku main begituan!!"

langsung membantahnya

setelah itu kami kembali serius mencari angka-angka dari nama itu, tiba tiba Panji menghitung nama kami dan itu membuatku tersambung dan langsung bilang ke mereka untuk menghitung setiap huruf dalam nama.

"gimana kalau setiap nama dihitung menjadi angka seperti Panji 5 huruf, Tarika 6 huruf, Arta 4 huruf dan Balri 5 huruf"

kataku mencatatnya di kertas

"bisa jadi itu! kenapa nggak dari tadi sih"

kak Arta penuh semangat

"waah pas ini pas!!"

kata balri semangat

"hehehe"

cengengesan

aku pun tersenyum dengan sangat lebar karena merasa bangga sedikit membuka jalan harapan agar dapat membuka koper itu.

tapi di sela-sela itu aku kembali berpikir apa itu hal yang masuk di akal??

apa memeng itu angka yang tersembunyi selaindua angka 00 tertulis di tengah tengah koper???

6 angka memang sudah terkumpul tapi masalah bagaimana urutannya ini yang kami harus pikirkan kembali.

"tapi. . . . "

kembali serius

"apa lah yang"

kata kak Arta

"susunan 6 angka ini apa udah pas??"

menunjuk kertas

"iya juga yaaa"

Panji kembali melihat

kami semua kembali terdiam dan memutar otak, jadi kami satu persatu memikirkan satu susunan 6 kode itu dan mencobanya langsung ke koper itu dengan 6 kode itu.

"Panji kamu duluan"

suruhku

"ok aku coba ini 0 0 5 6 4 5"

mulai memutar tapi sayang salah

ini giliran balri mencobanya dengan memindahkan posisi 00 di bagian belang tapi sayangnya belum bisa juga.

setelah itu giliran kak Arta yang mencoba dengan memutar dan menukar kodenya dengan menaruh angka 0 di bagian depan dan belakang tapi masih tetap belum bisa.

"yaaah belum juga yaa"

kataku mulai pasrah

"semangat yang, giliran kamu ini"

memberikan koper

"hhhmmm hah bismillah"

kataku menerima koper itu

aku kembali memutar otak untuk memasukkan 6 kode itu,sebelum aku memutar aku kembali berpikir.

"kalau angka 0 0 itu terus salah baik di awal maupun di akhir kenapa gak aku coba aja di tengah sebagai pembatas gitu kan itu 4 nama"

pikirku

sampai akhirnya aku mulai memutar kunci koper itu lalu memasukan satu per satu angka dan meletakkan dua angka 0 di bagian tengah.

"bismillah 5 6 0 0 4 5"

memutar dengan pelan

aku yang berdebar dan mengeluarkan keringat dingin benar benar berharap kalau ini berhasil membuka koper misterius itu.

semua memperhatikan dengan sangat serius berharap kali ini kami berhasil memecahkan kode koper itu dan dengan segera melihat apa yang ada di dalam koper itu.

" ok yang terakhir 5"

dengan sangat pelan

(cklik)

terbuka

"hah!!"

semua kaget

"eeh terbuka!!"

kata balri kertas

kami semua masih saling menatap karena tak percaya koper hitam itu akhirnya bisa terbuka dan kami mulai merasakan jantung kami berdebar untuk melihat isi koper itu.

sampai akhirnya kami sepakat untuk membuka koper itu bersama sama.

"1 2 3 buka!!"

teriak kami kompak

sesaat kami terdiam melihat isi koper itu di sana terdapat 3 kotak sedang dan sebuah kotak kecil yang masing masing bertuliskan nama di atasnya.

"eh tunggu deh kayanya aku kenal kotak ini deh"

kata balri mulai mengambil salah satu kotak yang bertuliskan namanya

"apa bal!!"

kak Arta langsung mendekat

"tuuh kan bener"

membuka

"jam!!"

kompak kami

"bukan jam biasa ini mah Rolex!!"

balri mulai mengeluarkannya dari kotak

kami semua yang mendengar langsung terpelongo sangking kagetnya.

setelah itu kami mulai mengambil sesuatu nama masing-masing masih balri, Panji dan kak Arta mendapatkan jam yang sama.

"sama semua njir!!"

kata balri menggelengkan kepalanya

"gila bah!!"

ikut Panji masih melihat jam itu

"kamu apa yang kok lebih kecil kotanya"

"entah kak"

membuka

"wah cincin cantik yang"

kak Arta melihat isi kotak itu

sudah habis rasa terkagum kagum kami tiba tiba aku melihat selembar kertas di bagian bawah, dengan segera aku mengambil dan membacanya.

di sana terdapat tulisan tangan dari ibu Melani, surat itu berisikan.

"semoga kalian suka dengan hadiah yang saya berikan, maaf saya gak kasih secara langsung karena saya tau kalau kalian akan langsung menolak seperti biasa.

oh ya minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin yaa tangan saya terlalu jauh untuk berjabat tangan dengan kalian hehehe"

dengan gambar smile dan tanda tangan ibu Melani di akhir memperjelas semua.

=================================

semoga kalian suka yaaa

jangan lupa untuk dukungan terus cerita ini