semalam kami membuka semua oleh-oleh yang kami bawa dari Korea dan juga membagikannya sedikit pada tetangga terdekat kami.
pagi ini saat duduk di depan rumah sambil bercerita cerita kami memutuskan untuk tidak langsung pulang dan tinggal 1 hari lagi di rumah Ayah dan Bunda.
kak Arta menelpon salah seorang petugas keamanan di rumah
Arta:"assalamualaikum halo man, gimana juga paket kemarin"
Eman:"waalaikumsalam, masih kek gitu aja kok pak bos"
Arta:"bas bos bas bos biasa aja manggilnya man"
Eman:"hehehe iya pak"
Arta:"rumah aman kan, saya baru pulang besok"
Eman:"aman pak, oh ya buk Inah udah pulang loo"
Arta:"loohh iya?? kok gak ngomong yaa"
Eman:"baru tadi pak"
Arta:"ooh ya udah kalian hati hati yaa di sana"
Eman:"iya pak bos"
Arta:"gitu lagi"
Eman:"hehehe maaf maaf"
Arta:"hhmmm"
Eman:"eh pak anu"
Arta:"apa kamu ini anu anu ngomong yang jelas"
Eman:"hhmm itu buk Inah kaya ada masalah atau gimana gitu kok murung dan keliatan kurusan"
Arta:"hah?? apa iya"
Eman:"iya kayanya pak"
Arta:"ya udah nanty saya tanyakan"
Eman:"kalau gitu saya lanjut kerja lagi ya pak"
Arta:"ya ya"
Eman:"assalamualaikum"
Arta:"waalaikumsalam"
begitu menutup telepon Arta langsung ke kamar memberi tahu soal buk Inah pada tarika.
tarika yang masih menyusun kembali oleh oleh yang tadi malam di bongkar langsung khawatir dan menelepon buk Inah.
tapi sayang pada saat itu buk Inah tak mengangkat panggilan dari tarika, jelas itu membuat rasa penasaran di dalam hatinya.
"kenapa ya kak"
kataku khawatir
"aku juga gak tau yang"
duduk ikut membantu
"Oalah ada aja yaa"
"yaa begitu lah yank namanya juga orang hidup pasti ada aja cobaannya"
"iya kak"
setelah selesai dengan semua oleh oleh itu kami keluar dan ikut bermain dengan semua.
melihat tawa anak anak yang bermain dengan kakek dan neneknya rasanya semua kekhawatiran itu memudar.
memang ada kalanya kehangatan keluarga itu bisa menjadi penghibur yang ampuh bagi kita yang sedang punya beban pikiran.
buat kalian di sana baik bapak dan ibu atau siapapun kalau punya masalah atau beban pikiran ayo berkumpul dengan keluarga mungkin mereka bisa membantu, lagi pula tak baik juga menyimpan sesuatu sendirian dan terlalu lama bisa menjadi stres berat.
dan menurut semua ahli kesehatan stres adalah sumber dari banyak penyakit.
jadi untuk kamu kamu yang banyak pikiran lebih baik pulang peluk ayah dan bunda kalian lalu menceritakan keluh kesah kalian jangan memendam suatu masalah itu sendiri karena pemikiran 2 atau 3 orang lebih baik daripada pemikiran 1 orang.
"eh cucu cucu kakek udah mau sekolah SD yaa"
kata ayah saat baru duduk
"iya kakek kami mau pindah sekolah baru namanya apa tadi kek"
kata Arfa semangat
"SD sayank kepanjangannya sekolah dasar"
jawab kakek
"iya itu SD"
angguk Arfa
"banyak temen baru kan Bun"
kata Tika mendekat
"iya sayang"
jawab ku
tak terasa waktu berjalan begitu cepat kedua anakku sekarang sudah berusia 7 tahun dan sebentar lagi mereka akan duduk di bangku sekolah dasar.
ingat saat dulu di masa aku kecil di mana dulu kami tidak merasakan namanya taman kanak-kanak,masa-masa itu kami bebas bermain dimanapun kapanpun dan dengan siapapun tidak ada namanya pendidikan di usia dini seperti sekarang ini.
yaa pada dasarnya kalau guru hanya orang tua kedua buat anak anak yang bersekolah tapi kalau dulu di masa kami orang tua adalah guru terbaik, dia yang selalu tak pernah lelah mengajarkan kami tentang kehidupan dari saat kecil bahkan sampai sekarang ini.
lagipula di zaman sekarang ini banyak kok setelah tamat dari sekolah menengah ke atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruaan (SMK) mereka lebih memilih langsung bekerja daripada harus melanjutkan kuliah banyak alasannya dari malas, bingung menentukan mau lanjut ke mana, bahkan sampai kekurangan biaya.
kunci kesuksesan itu tidak harus bergelar sarjana kok kita hanya perlu berusaha dan berdoa, karena Tuhan menciptakan setiap orang dengan kekurangan dan kelebihan pakailah kelebihan kelebihan kalian itu untuk membangun kehidupan kalian yang jauh lebih baik.
"di zaman ayah dan bunda dulu tamat SMP aja orang udah syukur banget"
kata Bunda
"ya beda loo Bun ini udah tahun 2019 loo"
jawabku
"iya ya beda"
angguk bunda
"di zaman sekarang kemampuan orang diukur dari selembar kertas"
kata ayah
"maksudnya yah"
tanya Arta
"iya selembar kertas seperti nilai akhir selama sekolah"
lanjutnya
"iya betul"
kompak kami semua
"dulu di zamannya Ayah walaupun pendidikan terakhir mereka hanya SMA atau SMK masih bisa tuh dapat pekerjaan asal jadi orang yang bekerja keras dan punya kreativitas"
jelas ayah mengingat dulu
"yaah itu lah bedanya yah walaupun zaman semakin maju masih ada bagian-bagian orang yang tetap berjalan di tempat karena pemikiran dan pandangan setiap orang yang berbeda-beda"
kak Arta ikut bicara
"ini masih 2019 nanti kalau di masa anak-anak kita sudah dewasa dan seperti kita sekarang apa yang terjadi! kita pun tak tahu?? karena semua berubah dan berkembang termasuk kita sendiri"
lanjutku
"begitulah waktu gak ada yang bisa meramal masa depan ketentuan Tuhan itulah yang nomor satu"
lanjut bunda duduk di samping ayah
"Yap 3 ketentuan yang sudah ditetapkan Tuhan pada garis-garis kehidupan manusia"
"rezeki!"
"jodoh!"
"maut!"
mau orang itu cantik, ganteng, kaya, miskin atau apa lah mereka itu gak ada yang bisa menentang semua itu.
yang penting adalah kita mencari ilmu sebanyak banyaknya dan mempergunakannya untuk kebaikan lalu tabunglah kebaikan itu untuk di bawah ke akhirat karena kita semua hanya menumpang di dunia yang fana ini.
jangan takut kalau kalian pernah melakukan kesalahan dia maha baik dan mudah memaafkan jadi selagi kita masih bernafas di dunia ini itu lah kesempatan yang di berikannya untuk kita berubah jadi orang yang lebih baik.
"yank"
"hhhmm"
melihat ke kak Arta
"itu yank"
"apa kak?? Oalah"
melihat ke dua anakku yang sudah tertidur
aku dan kak arta pun meninggalkan ayah dan bunda untuk memindahkan kedua anak kami yang ternyata sudah tertidur saat kami sedang bercerita.
saat kami memberikan Arfa dan Tika di ranjang aku aku duduk di tepian memandang wajah mereka yang begitu polos.
kuperhatikan secara detail anak kembarku itu memang kedua wajah mereka hampir tidak ada bedanya hanya saja saat mereka tersenyum ada yang berbeda seperti sedang tertukar kalau Tika memiliki lesung pipit kecil di pipi kirinya sedangkan arva memiliki gigi gingsul seperti aku.
"kak gimana mereka 15 tahun ke depan yaa"
kataku pada kak Arta
"laah mana aku tau yaang"
kata kak Arta melihatku
"coba aja Doraemon itu nyata ya Aku pingin deh melihat kedua anak kita di masa depan"
kataku lagi sambil tersenyum
"hahahaha yang yang kamu itu loo ada ada aja, kalau iya Doraemon itu nyata yang ada di penjarakan bikin ribut hahaha"
kata kak Arta sambil tertawa
"hahahah iya juga ya kak"
"ya iya kok"
Kami pergi meninggalkan kedua anak kami yang tertidur dan kembali bergabung pada ayah dan bunda.
kami melanjutkan pembicaraan yang sebelumnya dan juga membahas tentang kepulangan kami besok.
"laah cepetnya data pulang"
kata ayah
"mau gimana lagi yah, Arta juga udah harus kerja kan"
arta mengingat jadwal
"Ya udah nanti malam pada kemas-kemas lah"
suruh bunda
"iya Bun"
"ya udah Ayah mau bobok cantik dulu yaa"
kata ayah bangkit dari duduknya
"iihh ayah alay"
ejekku
"sirik aja kamu tar!! yok bun"
ayah merangkul bunda
"udah tua ihh gak maluuu huuu"
ejekku
"rasa cinta itu nggak bisa diukur dengan usia tahu!! ya kan Bun"
kata ayah dan pergi
aku yang merasa geli hanya bisa melihat ayah dan bunda pergi dengan senyuman di bibir mereka.
sedangkan kak Arta juga ikut tertawa geli melihat mertuanya yang seperti kembali muda.
===============================
besok mereka akan pulang
mereka akan buka kotak misterius itu
penasaran gak??
semoga suka yaaa