semua sudah selesai memasukkan barang-barang ke dalam mobil, tarika juga sudah meminum obat mabuk nya dari setengah jam yang lalu dan ayah dan bunda juga sudah memastikan kalau semuanya telah terkunci rapat.
"ok ayo kita berangkat"
kataku naik mobil
biasanya nya saat kami menempuh perjalanan dari rumah Ayah dan Bunda ke rumah kami hanya memakan waktu kurang lebih 4 jam, tapi sekarang kami sudah terjebak macet dari setengah jam yang lalu ya mungkin dikarenakan masih masa liburan anak sekolah jadi banyak orang yang berpergian.
setelah 5 jam lebih di perjalanan akhirnya kami pun sampai ke rumah, tergantung dari berangkat pagi jam 10 dan akhirnya kami sampai jam setengah 4 sore.
"Ya ampun setengah jam lebih macet rasanya aku udah jadi ikan asin loh!! panas banget kayak kejemur gitu"
oceh tarika terkapar di rumah bunda
"Halah lebay!!"
kata bunda melempar bantal
"ihh beneran Bun"
duduk
"ya ya ya sak karepmu lah tarika udah sana sana pulang ke rumah kamu, enek sama Bunda liatin kamu terus"
lempar bunda lagi dengan bantal
"buset dah Bun baru juga bentaran melepas lelah"
manyun
"Halah!!"
potong bunda langsung
"hahahahahaha"
ayah yang tadi diam tertawa
"dasar bunda weeek"
berdiri dan mengejek ke Bunda
"hahahahahahaha"
ayah dan bunda kembali tertawa
akhirnya aku bangkit dari berbaringan di sofa lalu pergi menghampiri kak Arta yang sudah ada di pos keamanan.
dari kejauhan terlihat kak arta sudah memegang sebuah kardus lalu ingin beranjak masuk ke dalam rumah, aku yang masih cukup jauh jaraknya dengan kak arta berteriak memanggilnya.
"KAAAK ARTA!!"
terikatku
begitu dia menoleh aku langsung melambaikan tanganku mengisyaratkan agar dia menungguku.
ya entah dia mengerti atau tidak dia berhenti dan aku pun langsung berlari mendekat padanya.
"laaah ngapain lah pakai lari-larian yang"
katanya begitu aku sampai dengan nafas yang terengah-engah
"bi ar cepet sam penya kak"
jawabku masih terputus putus
"kamu ini"
"itu apa kak?"
"ini lah koper kemarin itu yang"
membuka kardus
"kok kopernya kayak yang di film-film ya"
"iya yang, sumpah diperjalanan aku terus kepikiran ini loh makanya belum lagi turunin barang-barang aku udah langsung ambil ini koper"
"hhmm kakak ini yaaa, terus barang-barang yang di mobil gimana"
"nanti minta tolong sama man aja deh buat nurunin nya kita masuk dan istirahat dulu"
"oh deh kak, eeh anak-anak mana??"
"laah entah??"
"kakak gimana sih!!"
"lah kok aku yang"
"jadi!!"
"kamu laaah"
"enak aja!!"
"iihh"
setelah perdebatan itu akhirnya kami pun memutuskan mencari kedua anak kami yang sudah entah kemana.
pertama kami masuk ke dalam rumah dan meletakkan koper itu ke dalam kamar lalu mencari Arfa dan Tika.
rencana kami untuk beristirahat harus tertunda karena kami masih berkeliling-keliling rumah mencari Arfa dan Tika yang entah ke mana.
dan setelah beberapa menit mencari dan kami beristirahat sejenak di taman belakang kami mulai berdebat kembali.
"kakak sih bukannya malah ngurusin anaknya malah ngurusin kopernya"
kata aku mulai menyalahkan
"Ya enggaklah salah kamu bukannya ngurusin anak-anak kamu malah enak-enakan nyantai di rumah Ayah Bunda"
"Ya wajar dong Kak namanya juga aku capek"
"emang kamu kira aku nggak capek apa nyetir"
"kalau kalau memang kamu capek kenapa enggak istirahat kenapa malah ngejar koper"
"kan aku penasaran yank"
"halah emen dasar kamunya aja"
"lah akunya kenapa"
di saat kami masih saling menyalahkan satu sama lain,di antara kami tidak ada yang mau mengalah tiba-tiba perdebatan kami itu terhenti sejenak oleh kedatangan seseorang yang tidak lain.
"kenapa ini!??"
tanyanya
"buk Inah!!"
kompak
"ada apa??? kok nak tarika dan arta berantem, ada masalah apa"
tanya buk Inah
"sebenarnya kami berdua nggak ada masalah apa-apa Bu, cuman aja kami dari tadi udah keliling nyariin Alfa dan Tika belum ketemu"
jelasku langsung
"ngapain Ayah Bunda cariin kami"
kata Arfa tiba-tiba muncul dari belakang Bu Inah
"looh!!"
kaget
"kita lagi main kereta api tut tut tut barang bunah bunda"
sambung Tika
(bunah panggilan Arfa dan Tika untuk ibu Inah)
"oalaaaah. . . kalian sih pergi nggak bilang-bilang ayah dan bunda kan jadi nyariin"
kata kak Arta mencubit pipi Arfa dan Tika
"sakit ayah!!"
kata Tika manja
"Ya udah kalau gitu, oh iya Bu Kami mau istirahat sebentar ya tolong nanti sehabis main ajak mereka tidur ya"
"iya nak"
aku dan kak arta pun segera menuju ke kamar untuk beristirahat, walaupun Arfa dan Tika sudah ketemu kami masih tetap malas berbicara. sampai akhirnya kami berada di dalam kamar dan mengganti pakaian tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami.
"aduh leherku sakit banget"
kataku saat berbaring
hanya kata itu yang terucap suasana hening kembali, tapi saat mataku ingin ku pejamkan sentuhan dari tangan hangat terasa di leherku aku pun segera berbalik melihat kak Arta dengan senyum tipis di bibirnya.
"maaf ya yank"
kata maaf pun akhirnya terlontar dari bibirnya, saat itu akupun langsung menyadari kalau sebenarnya kami berdua memang salah karena tak memikirkan anak anak.
aku tak bisa menjawab ataupun mengucapkan kata maaf kembali padanya, karena rasa malu masih ada di hatiku jadi akupun hanya bisa tersenyum dan kembali membalikan badanku menikmati tangannya memijat leherku sampai akhirnya aku merasakan kantuk dan tertidur dengan sangat lelap.
"aduuh udah jam berapa ini"
mengucek mata dan melihat jam
dengan segera mengambil handuk di lemari dan pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.
setelah beberapa menit akhirnya selesai aku langsung membangunkan kak Arta karena memang sudah hampir jam 6 sore sebentar lagi terdengar suara adzan maghrib.
"kak kak bangun udah mau jam loh mandi gih kita salat bareng"
suruhku
"iya yaank"
berusaha duduk
lagi ke Artha mandiAku menyiapkan pakaian yang akan dipakai ke Artha dan meletakkannya di tempat tidur, aku yang tadi sudah mengambil wudhu langsung mengenakan mukenah halo membentangkan sajadah.
setelah kak arta siap kami pun melakukan salat Maghrib bersama,dan setelah selesai aku menyalami tangannya lalu aku berberes dan pergi meninggalkannya.
mencari kedua anakku yang ternyata sedang makan dan menikmati acara TV favorit mereka.
Aku berjalan menuju ke dapur melihat ada apa saja di sana dan ternyata Bu Inah sudah menyiapkan beberapa makanan untuk kami jadi aku pun hanya membantunya mempersiapkan peralatan makan di meja.
"ooo buk kemarin itu saya telepon ibu lloo"
membuka pembicaraan
"oohh iya ada apa nak tari"
"kemarin itu ada denger dari Eman tapi yang saya lihat ternyata memang benar ibu sekarang kurusan, ada masalah apa buk??"
"oohh itu too, ibuk nggak lagi ada masalah apa-apa kok nak"
"lah jadi kok bisa sampai urusan apa ibu lagi diet"
"hahahaha ya nggak mungkinlah kamu ini lho"
"lah jadi apa dong"
"sebenarnya waktu ibu pulang kampung kemarin itu ibu sempat sakit dan sebelum kemari baru-baru saja sembuh"
"oalah, emang sakit apa bu"
"biasalah asam lambungnya kambuh jadi nggak bisa makan ini itu"
"ooohh kirain ibu ada masalah apa"
"gak ah nak"
tak lama setelah itu kak artapun datang menghampiri kami dan kami semua makan bersama, rasanya aku benar-benar rindu dengan masakan ibu Inah jadi aku sampai makan 2 kali.
setelah selesai makan aku dari kak arta kembali ke kamar dengan niat untuk membuka koper misterius itu.
pertama kami memperhatikan kardus yang sudah dibuka dan disitu kami tidak mendapatkan apapun.
lalu kami mulai memperhatikan koper hitam itu, dari berbagai sisi kami lihat secara detail koper hitam itu memiliki satu sisi dengan corak kotak kotak dan satu sisi dengan polos, benar-benar tidak ada petunjuk sama sekali membuat kami bingung dalam rasa penasaran.
"ini isinya apa sihh!!??"
aku mulai geram
"kalau bom yaa gak mungkin kan udah beberapa hari aman aman aja kan"
masih memperhatikan
"kalau di centerin tembus gak ya, dicoba didengarkan ke kuping juga nggak denger apa-apa"
"hah!! tunggu yank"
"apa kak!??"
kak Arta pun beranjak dari tempat duduknya mencari sesuatu dan setelah dia kembali dengan membawa stetoskop miliknya dia mulai mengarahkannya ke koper dan tiba-tiba dia terkaget.
"apa ini bom beneran!!"
kaget dan agak menjauh
"kenapa kak!"
ikutan kaget
"kaya ada suara detik detik jam gitu yank!!"
dengan mata melotot
"hah!!"
terpelongo
"aduh ini kota isinya apalagi kepalaku pusing deh"
mencari minyak angin
"takut aku ah kak"
pada akhirnya kami pun menyerah untuk memecahkan 6 kode angka di koper itu, kak arta yang sudah pusing akhirnya menyimpan kembali koper itu ke dalam kardus dan meletakkannya ke dalam lemari.
"looh ini hitam kenapa!??"
melihat ke tangan
"kayaknya itu bekas spidol deh Kak"
"spidol??"
"iyaa"
"tapi aku dari tadi nggak ada pegang spidol sayang"
sesaat kami terdiam dan saling menatap lalu dengan cepat membuka lagi lemari dan mengeluarkan koper itu kami perhatikan secara teliti lagi dan ternyata garis kotak kotak itu bisa memudar dan lagi di ujung ujungnya terdapat tulisan.
yang ada di kotak itu ternyata bukan corak dari si koper melainkan coretan spidol.
dengan membentuk seperti kotak kotak yang terdiri dari 4 baris dan 4 kolom setiap ujung terdapat tulisan sedangkan di tengah-tengah terdapat dua angka
"kayaknya ini petunjuknya deh Kak"
"iya sayang ini pasti petunjuk, cuman ini apa!!"
"hhmm bentar dehh kak, tulisan ini apa lagi"
dengan menggunakan kacamata aku mulai benar-benar memperhatikan tulisan itu.
sudah agak memudar dan juga tulisannya sangat susah dibaca membuat Kami benar-benar sedang meraba.
"kak ambilin pulpen sama buku deh"
masih melihat
"buat apa sayang"
sudah malas
"udah ambil aja"
menyuruh
"hhhmm nih"
memberikan
"p a n ini apa lagi y kah atau apa ini"
masih berusaha
"coba aku lihat yank, yang mana sih"
"ini kak yang ini"
menunjuk
"ini j lah yank kan ada titik nya"
"bukannya titiknya ini yang satunya ya"
"kalau yang ini sih nggak pake titik juga ketahuan i sayang"
"hhmm ok jadi itu susunan nya jadi Panji kak"
"hah Panji???"
"iya!"
kak arta yang tadinya sudah menyerah jadi bersemangat kembali, karena sudah terbuka 1 dia pun jadi semangat berantusias untuk memecahkan petunjuk itu.
setelah kami bekerjasama akhirnya semua tulisan itu terbaca dan yang tertulis di sana 4 nama pertama Panji lalu kedua tarika, ketiga arta dan yang ke empat Balri.
"ini yang di tengah-tengah 00 ya kan yank"
"iya kak"
"hhmm lah terus ini gimana lagi"
setelah itu kami tidak lagi menyentuh koper hitam itu kami hanya terus memandangi apa yang telah kami dapat dan berusaha memecahkannya.
=================================
apa sih sebenarnya isi koper itu!???
apa beneran bom!???
pada penasaran
ikutin terus ceritanya yaa