Chereads / Artika family / Chapter 147 - cepat

Chapter 147 - cepat

"kakek! nenek!"

panggil Tika dengan semangat

"wah cucu-cucuku udah pulang"

menyambut dengan pelukan

begitulah keceriaan anak-anak ku kami sudah pulang dari Korea, lain halnya dengan aku yang masih terpengaruh oleh obat.

aku duduk tak jauh dari pintu masuk karena memang aku masih merasa sedikit pusing dan lemas sedangkan kata sendiri menurunkan semua barang bawaan kami dari mobil.

"tarika istirahat sebentar ya Bunda, tolong lihatin anak-anak"

kataku bangkit menuju ke kamar

"iya iya, Ya udah kamu istirahat lah nanti biar Bunda buatin teh anget ya"

"hhmm iya bunda, makasih ya"

pergi

"Podo podo"

saat itu setelah kak arta selesai menurunkan semua barang-barang dan membawanya masuk ke dalam rumah.

kak Arta beristirahat sebentar dengan duduk bersandar tiang di teras depan rumah, saat itu ayah datang menghampirinya dan langsung duduk di sampingnya.

"sehat ayah"

tanya nya di sela sela hembusan nafasnya yang masih berat

"Alhamdulillah sehat"

jawab ayah santai

"kami banyak bawa oleh oleh lo yah tapi nanti malam aja kita bongkar yaa"

menunjuk koper yang tak jauh dari pintu

"waah mantap lah! ok ok!!"

tersenyum

kak Arta pun ikut tersenyum melihat wajah ayah yang saat itu terlihat senang.

tapi kemudian kembali aku perhatikan wajah ayah mertuaku itu, ada sedikit kerutan di alisnya seperti dia punya rasa penasaran dan ingin di tanyakan padaku.

"ada apa ayah"

langsung melihat ke samping

"hhmmm gak ada apa apa kok"

menggeleng kepala

"udah yah bilang aja gak papa"

memaksa dengan halus

"gak kok"

masih berkeras

"ayaaaah"

tersenyum

"iih kamu itu looo"

menjewer telinga

"hehehe"

dengan merasa sedikit kesakitan tapi tetap cengengesan

"perasaan ayah nggak enak"

kata ayah melepas jewerannya

"lah gak enak kenapa yah"

"kepikiran fandri"

(deg! deg!)

sementara jantung Arta terdetak

"emang fandri kenapa yah"

pura pura tak tahu

"dia kayak lagi menyembunyikan sesuatu, Ayah takut kalau dia lagi ada masalah"

kata ayah tertunduk ragu

aku terdiam sesaat menatap wajah tuanya yang kembali mengerutkan alisnya seolah-olah dia memang benar-benar sedang memikirkan anak laki-lakinya itu.

saat itu aku pun langsung merasa tidak enak kalau menutupi semua soal fandri jadi aku pun akan menceritakan semuanya pada Ayah.

"hhhmmm huuuhh"

menarik dan membuang nafas

"kenapa ar cicak nafas"

lirik ayah

"hahaha sesak nafas Ayah bukan cicak nafas"

aku yang mau mengatakan hal yang serius malah jadi tertawa

"hahahaha, ya udah lah ayah masuk dulu yaa"

Ayah berdiri dan hendak masuk ke dalam rumah

"ayah tunggu"

menahan nya untuk pergi

"ngopo neh"

menoleh kebelakang melihat

"sebenarnya Arta mau bilang soal fandri tapi kita cari tempat lain dulu yuk untuk bicara"

kataku

wajah ceria ayah saat itu langsung berubah seolah-olah dia sudah tahu dengan semua yang akan aku katakan.

tanpa bicara lagi Ayah langsung masuk ke dalam rumah dan berpamitan pada Bunda untuk mengajakku pergi nongkrong di warung kopi tak jauh dari rumah.

"ngapain nongkrong nongkrong!! di rumah aja bunda yang buatin kopi nya"

kata bunda seperti tak mengizinkan Ayah pergi

"yo beda toh Bun Bun"

kata ayah masih berusaha

"lah bedanya apa toh cuman campurannya kopi air panas sama gula kan"

lanjut bunda

"lain loo Bun, Ayah udah lama nggak makan gorengan disana pengen"

lanjut ayah

"Halah yah yah kamu itu loh pengen makan gorengan di sana atau pengen ngeliat orang yang masak gorengan di sana"

bunda mulai berbicara entah kemana mana

"Halah Bunda iki lebay banget toh, wong suaminya wes tuwek kok opo iki payu, la seng eneng wedoan muntah ndelok ke aku"

lanjut ayah dengan bahasa Jawa

"Halah!! awas aja ya kalau macem-macem ya!! ARTA!!"

mulai dengan nada marah

"iya bunda"

jawab langsung

"kamu lihat-lihat in ya ayah mertua kamu ini!! kalau matanya jelalatan colok aja kamu juga jaga matanya udah punya istri"

pesannya

"siap Bun"

jawabku dengan

"Oalah bun bun"

ayah menepuk keningnya

setelah pertengkaran kecil itu aku dan ayah keluar dari rumah dan menuju ke warung kopi dengan berjalan kaki.

di saat kami di perjalanan kami sempat ber bincang-bincang sedikit.

"kok kayaknya Bunda takut banget ya Ayah ke warung kopi, emang ada apa yah di warung kopi itu??"

tanyaku

"Halah bundamu aja yang lebay, sebenarnya nggak ada apa-apa sih cuman katanya ada orang baru di sana"

jawab ayah

"orang baru??"

"iya"

"emang orang barunya kenapa yah!??"

"emboh loo ayah udah lama nggak ke situ lagi baru ini"

tak lama setelah pembicaraan itu tinggal kira-kira 10 langkah lagi menuju kedai kopi itu kami melihat memang banyak sekali orang di sana bisa dibilang dari kalangan remaja sampai kakek-kakek ada disana.

aku dan ayah sampai lalu duduk di tempat yang tidak jauh dari tempat dimana memesan makanan.

"mau pesan apa"

suara lembut itu mendekat

aku dan ayah pun langsung melihat ke suara itu dan saat itu kami kaget dan membuka mata dengan lebar melihat siapa yang baru saja berbicara.

"astaghfirullahaladzim"

kataku dalam hati saat memalingkan wajah

pantas saja kalau Bunda marah marah seperti itu, ternyata ada wanita yang benar-benar membuat para lelaki khususnya yang mata keranjang melotot dan betah untuk nongkrong berjam-jam di sini.

"kopi susu satu, teh manis dingin satu dan gorengannya 10 ribu campur campur"

kata ayah tanpa ragu

"ok tunggu yaa"

jawabnya dan pergi

"ih parah"

kataku setelahnya

"hahahahah"

ayah tertawa

"ayah ini yaa"

lirikku

"lah kok ayah, kan ayah juga nggak tahu"

"keliatan semua ah aduuh aduuh"

kataku lagi menggeleng kepala karena tadi melihat wanita itu mengunakan baju ketat dan terlihat belahannya

"hahahaha Arta Arta kenapa gak tahan kamu"

"ihh gak yaa yah, terserah deh ya mau perempuan itu cantik, bahenol, putih, anunya besar, itunya besar, bibirnya apalah itulah!! aku udah punya kekasih halal yang cantik luar dalam untuk apa lagi lihat-lihat atau bahkan sampai jajan diluar"

kesalku

"hahaha iya iya kamu memang menantu ayah yang top lah"

menepuk pundakku

"hhmmmm"

setelah itu aku yang masih kesal hanya terdiam sambil melihat orang-orang di sekitar dan tak lama pesanan kami pun datang.

masih dengan orang yang sama dengan membawa nampan dia meletakkan kopi teh dan juga gorengan di atas meja kami.

saat itu dia berhenti dan tidak langsung pergi dari hadapan kami kami pun melihatnya kembali.

"hmm perkenalkan nama saya Susi"

katanya menjulurkan tangannya

"Arta"

jawabku singkat tak menyambut tangannya

"hhmm anuu boleh minta nomor ponselnya gak"

katanya lagi dengan malu-malu

"maaf ya mbak saya sudah punya istri dan anak"

langsungku

"hah!!?"

kaget

"iya"

terserah

"maaf ya maaf"

pergi dengan malu

begitu dia pergi akupun langsung menggeleng-gelengkan kepala ku merasa terheran-heran dengan keberaniannya.

begitu juga dengan ayah yang hanya terus tersenyum melihatku.

"ayah ini yaa seneng banget kayanya"

"hahahaha ngapa gak di kasih aja ar lumayan"

tertawa

"lumayan apanya yah lumayan nanti kalau ketahuan tarika aku di SmackDown gitu"

"hahahaha Ya kan lumayan ada tontonan"

"hhmm ya ya ayah yang nonton aku masuk rumah sakit"

"hahahaha bukannya dokter gak bisa sakit"

"Yee ayah kira aku apa"

"hahahaha"

susi nama wanita yang barusan, dia itu memang sangat cantik dia juga cukup tinggi walaupun tubuhnya berisi, kalau warna kulitnya terbilang putih bukan sawo matang atau kuning langsat tapi enggak tahu juga sih itu putih alami atau putih karena pakai pemutih.

kalau laki-laki apalagi yang hidung belang, mata keranjang, buaya darat atau istilah-istilah untuk laki-laki nakal pasti langsung tertarik dan berusaha untuk mendapatkannya.

tapi semua itu tergantung pada diri laki laki itu sendiri kalau memang dia laki-laki yang baik apalagi sudah beristri pasti sampai kapanpun dan bagaimanapun dia nggak akan mau untuk melirik wanita lain apalagi sampai macam-macam dengan yang bukan miliknya.

"ayah"

"hmmm"

masih menikmati gorengannya

"soal fandri tadi"

lanjutku

"dia ada masalah di kampus kan"

kata ayah langsung

"iya, kok ayah bisa tahu"

"sebenarnya Ayah sempat tanya juga sama dia tapi dia nggak mengakui, sebenarnya ada apa"

"dia terlibat satu masalah yah"

"masalah apa"

"hhmmm jadi ceritanya dia dekat sama kakak kelasnya yang memiliki geng, di awal-awal mereka baik-baik saja tapi akhir-akhir fandry merasa kalau dirinya sedang dimanfaatkan dan dia pun menjauh tapi saat itu mereka tidak melepaskan fandri, malah mereka sempat menghajarnya beberapa kali dan juga melakukan hal-hal yang memalukan pada fandri.

saat puasa kemarin dia datang ke rumah dan menceritakan semuanya pada kami termasuk soal Bunda yang meneleponnya terus-menerus karena dia tidak memberikan kabar pada ayah dan bunda.

semenjak dari hari itu dia pun tidak masuk kuliah untuk menghindari geng itu dan kemarin saat kami di Korea dia bilang kalau dia mendapat panggilan dari pihak kampus kami pun belum tahu kenapa"

ceritaku dengan panjang kali lebar

"Oalah fan fan"

kata ayah menggelengkan kepalanya

"tapi ayah tenang aja warta bakal usahain menyelesaikan semua masalah dia ya, sekarang ini kami cuman butuh bukti-bukti untuk menangkap mereka dan melaporkan mereka ke pihak kampus"

"gimana mau tenang toh,dia udah dipanggil pihak kampus takutnya nanti dia kena DO"

"mudah-mudahan nggak ayah"

"fandri fandri"

kata ayah lagi

dengan rasa tidak enaknya Ayah berhenti makan dan minum kembali memikirkan anak laki-lakinya yang sedang menghadapi masalah itu.

setelah selesai dengan semua pembicaraan tentang fandri aku pun bilang pada ayah untuk tidak usah bercerita dengan Bunda takut Bunda malah kepikiran dan jatuh sakit.

aku juga berusaha meyakinkan Ayah kalau aku akan menyelesaikan masalah fanri ini secepatnya.

"ya udah yuk kita pulang mumet kepala Ayah"

katanya bangkit dan langsung membayar.

sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan ikut berbaring dengan tarekat dan anak-anak.

===========================

gimana fandri yaa??

mohon maaf baru bisa up yaa

aku lagi pulang pergi nemenin bapak berobat

semoga kalian masih mau baca yaa all