saat tubuh kami sudah lemas tak berdaya kami berdua hanya bisa berbaring menatap langit-langit dengan tangan saling menggenggam dan kami membicarakan banyak hal.
"yank"
"hhmm"
singkatku
"kalau misalnya memang tahun depan kita program dan nantinya kamu positif hamil, kamu maunya cewek atau cowok"
tanya kak Arta
"buat aku sama aja sih Kak mau cewek atau cowok kan sama-sama pemberian"
jawabku
"iya sih yang tapi kan kita sebagai yang meminta punya keinginan masing-masing"
"hhmm emang kenapa kak"
tanyaku
"Aku maunya nanti kita punya anak perempuan"
"kenapa kakak berharap kalau anak kita nanti perempuan"
tanyaku
"karena aku pengen punya anak yang nantinya bisa mirip sama kamu"
jawab menatapku
"lo kenapa gitu emang bakal yakin nanti lahirnya bakal mirip sama aku buktinya tuh Tika miripnya sama kamu kok nggak ada aku akunya"
"makanya itu, ini mirip sama kamu ya kan hehehe"
"wah misalnya kalau nggak mirip"
tanyaku
"ya tinggal buat lagi dong kok susah"
jawabnya langsung
"kamu itu loh Kak enak aja kalau ngomong nggak mikir apa aku yang susah, perjuangan seorang ibu untuk memiliki seorang anak itu nggak mudah mengandung selama 9 bulan dan melahirkan banyak loh para ibu di luar sana yang sampai harus mengorbankan nyawanya untuk melahirkan anaknya"
kataku kesal
"hehehehe kamu kan strong woman sayang"
jawabnya
"uuuuh!!! strong strong emangnya aku apaan superhero!!!"
kesalku memukulnya pakai bantal
"hahahahahah iya kali yank"
tertawanya semakin menjadi-jadi
"dasar!!"
kataku kesal
aku bangkit karena sudah tidak tahan dengan tingkahnya dan juga rasa lengket di sekujur tubuh aku langsung menuju ke kamar mandi dan langsung mandi bersih.
begitu aku selesai mandi dan keluar melihat kak Arta yang ternyata sudah tidur, dengan ide jahil aku mengambil spidol permanen yang ada di tas miliknya dan mencoret-coret wajahnya.
"idiot"
"mesum"
"jelek"
3 kata itu yang tertulis di kening dan pipi kiri dan kanannya membuat aku menahan tawa saat itu, setelah aku rasa cukup tenang untuk mempersiapkan akting Aku membawa sedikit air dengan gayung lalu menyipratkan ke wajahnya agar dia terbangun dari tidurnya.
"mandi bersih sana besok puasa kak"
kataku
"iyaaa"
katanya panjang
aku yang benar-benar sudah tidak tahan akhirnya menyiprati lagi wajahnya dengan air agar dia cepat bangun lalu masuk ke kamar mandi dan aku bisa tertawa dengan sangat lepas.
"iya iya ah yaank"
katanya dan akhirnya bangkit
selangkah demi langkah aku pun mulai berhitung menunggu teriakannya dan
"TARIKAAAAAAAA"
teriaknya keras
"hahahahahahahahahaha"
aku pun akhirnya tertawa dengan sangat bebas
"awas kamu yaa"
keluar dari kamar mandi
aku yang saat itu sedang duduk langsung bangkit dan melarikan diri berputar-putar di dalam kamar karena kak Arta mengejar aku dengan penuh semangat ini benar-benar sangat melelahkan, apalagi lututku masih terasa ngilu sampai pada akhirnya aku pun menyerah dan dia berhasil menangkap ku.
dengan tatapannya yang penuh kekesalan dia mencubit kedua pipiku sangat kuat sampai terasa panas di pipiku.
"mau aku kasih pelajaran sayang"
katanya dengan senyum lebarnya
"ooh no kak noooo"
kataku langsung menolaknya
aku mengerti betul apa maksud dari senyumannya itu, dengan segera aku pun berusaha melarikan diri.
"udah ah kak kan aku ya udah mandi jadi berkeringat lagi kamu tuh ya"
kesalku
"kamu duluan sih masa coret-coret muka aku pakai spidol permanen"
menyalakan
"salah siapa bukannya mandi malah tidur"
aku gak mau ngalah
" kan karena kamu yang buat aku capek"
masih menyalahkan
" siapa yang minta"
lanjutku
"hehehehe aku sih yang"
cengengesan
"hehehe cengengesan aja dasar udah mandi sana"
suruhku
"hehehe sip sayangku"
pergi
begitu kak Arta masuk ke dalam kamar mandi aku menyusun semua yang berantakan karena aku berlarian tadi.
begitu selesai mandi kak Arta memakai baju yang telah aku siapkan dan dia pun kembali berbaring di tempat tidur.
"sini sayang"
panggilnya
kak arta yang saat itu memanggilku menyuruh aku berbaring di lengannya, ya dia tahu benar bagaimana cara meluluhkan aku yang walaupun sebenarnya aku masih sangat kesal dengan dia tapi aku tetap datang menghampirinya dan tidur beralaskan lengannya, karena memang itu adalah hal yang paling aku sukai selama aku menikah dengannya, karena dengan aku tidur di lengannya membuat aku benar-benar nyaman saat berada di sisinya apalagi saat dia memelukku itu benar-benar membuat hidupku sangat bahagia. aku telah berjanji dengan diriku sendiri apapun yang terjadi nanti dan sehebat apapun pertengkaran kami nanti jikalau dia memanggil dan memintaku untuk berbaring di sisinya seperti saat ini aku akan menarik nafas dan menghampirinya dan memaafkan semua kesalahannya.
saat aku begitu dekat dengannya dengan wajah yang saling bertemu mata saling memandang dia menatapku lalu tersenyum dengan lembutnya dan mengecup keningku, saat itu aku hanya bisa terdiam balik tersenyum padanya.
"Aku harap kita bisa selalu seperti ini ya sayang"
katanya dan aku hanya mengangguk
"Aku cinta kamu"
kata kak Arta dan memelukku dan kami pun tidur
Habata itara
modoranai to itte
Mezashita no wa
aoi aoi
ano sora
begitu mendengar nada alarm aku perlahan bangkit walaupun terasa mata yang sekujur tubuh sangat berat tapi aku harus bangun dan menyiapkan makan sahur.
"ya ampun aku lupa masak nasi"
kataku kaget
dengan segera aku memasak nasi dan juga memasak lauk pauk saat itu aku berharap agar nasinya cepat masak dan tidak terlalu panas untuk dimakan nanti.
seperti biasa setelah aku selesai semua barulah aku membangunkan kak Arta.
"kak bangun sahur"
ajakku
"iya sayang"
katanya bangkit
"tumben kok nggak susah dibangunin"
pikirku
tapi ya udah lah aku pun langsung turun ke bawah dan mengambilkannya nasi dan memang benar nasis masih sangat berasap asap dan pastinya sangat panas.
tak lama setelah itu kak arta pun turun dan duduk disampingku.
setelah membaca niat puasa kami pun makan bersama dengan nasi yang masih sangat panas.
"yang nasinya kok masih berasapa banget sih"
tanyanya
"ini semua kan salah kamu"
kataku
"loh kok jadi dia nyalahin aku sih"
bingung
"coba aja kamu nggak minta aah uuh sama aku, kan enggak bakal lupa aku buat masak nasi untuk sahur"
kata manyun
"laaaah aku juga yang salah"
katanya panjang
"lah terus mau nyalahin siapa nasinya gitu dia nggak mau masak sendiri"
lanjutku mengomel
"hehehe iya kali yank"
"dasar!!"
kataku kesal
kami pun melanjutkan makan dan begitu selesai aku langsung mencuci piring.
"aku bantu ya yang"
kak Arta memelukku dari belakang
"laah kalau mau bantu itu pegang piringnya kak bukan orangnya"
kataku melihat ke belakang
"Aku mau bantu doain aja ya yank hehehe"
jawabnya sambil cengengesan
"hhmmmm"
begitu selesai mencuci piring kami kembali duduk di meja makan dan menghabiskan susu kami yang sudah lebih dingin.
aku melihat ke arah jam yang ternyata waktu imsak 10 menit lagi dengan segera aku ke kamar mandi dan menyikat gigi begitu juga dengan kak arta.
benar tak lama pemberitahuan waktu imsakpun terdengar dan di lanjutkan dengan azan subuh.
"eh eh eh kak mau ke mana"
kataku menariknya
"tidur yang"
jawabnya
"gak shalat subuh kak"
tanyaku
"ooh iya yaa yank lupa aku hehehe"
jawabnya cengengesan
"yaa gini kalo udah tua"
setelah selesai shalat kak Arta yang ingin kembali tidur aku tarik dan aku ajak untuk meraton tentu kak Arta menolak ajakanku karena dia lelah dan mengantuk.
"oohh jadi kakak tega biarin aku sendirian masih gelap gini kak"
kataku dan pergi
aku meninggalkan dia yang sudah ada di tepi ranjang, aku ganti bajuku dengan baju olahraga lalu memakai jaket dan keluar rumah dan berlari pelan untuk berkeliling.
"suami macam apa itu tega biarin istrinya lari sendiri masih gelap gini, yaaa walaupun masih ada beberapa orang tapi kan aku takut juga gak ada kalanya"
omelku saat berlari
masih terus berlari aku seperti mendengar seseorang memanggil, aku berhenti sejenak dan melihat kebelakang dan saat itu aku lihat sesosok laki-laki menggunakan jaket, topi dan masker wajah.
aku melihat ke kiri dan kanan ternyata sepi tak ada siapapun membuat aku semakin berdebar.
============================
waaah gimana kelanjutannya yaaa
semoga kalian suka