hari ini akhirnya ayah dan bunda pulang ke kampung halamanku,aku yang saat itu benar benar berat melepas mereka pergi dari rumahku memeluk mereka dengan aratnya.
"ayah bunda baik-baik di sana ya, kalau ada apa-apa cepat hubungi kami, jaga kesehatan kalian, telepon 1 hari tiga kali ke tarika yaa"
kataku saat itu
"waduh nah itu udah kaya makan aja ya 3 kali sehari"
kata ayah
"hahahaha kamu ini loo, ayah bundanya ini bukan anak anak laah"
jawab bunda mengusap kepalaku
"yaa namanya tarika sayang , peduli loo takut ayah dan bunda yang jauh disana kenapa kenapa gitu"
kataku sedih
"uluh uluuuh anak bunda ini yaa cengeng banget"
peluk bunda lagi
"udah lah yang percaya aja sama mereka"
kata kak memegang pundakku
"ya udah iya iya "
angguk ku saat itu
mereka semua pun tersenyum, Kak arta membantu mengangkat barang-barang mereka ke mobil satu persatu semua diangkat masuk sampai akhirnya koper terakhir ayah dan bunda masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan ke arah kami.
aku memang sangat sedih tapi mau bagaimana lagi, kalau bukan karena rencana untuk membangun rumah untuk ayah dan bunda aku pasti akan bersikeras melarang mereka pulang.
setelah mobil berjalan dan aku yang saat itu terus menatap sampai mobil itu tidak terlihat lagi baru aku masuk.
aku duduk di ruang tamu hanya berdua dengan kak arta, aku yang hanya diam merasa suasana jadi sangat sepi.
"HAH!"
kataku kesal dan bangkit dari dudukku membuat suamiku yang disebelah ku kaget
"kamu kenapa sih yang"
tanyanya
"aku nggak kuat dengan rasa kesepian ini kak"
jawabku
"tumben lebay yang"
katanya dengan menaikkan alisnya
"ini bukan lebay tahu memang itu yang dirasakan"
jawabku lagi
"ya udah biar rame kita bakar rumah orang yuk"
dia tersenyum
"gila"
lirik ku dan pergi
aku yang akhirnya keluar rumah melihat lahan yang akan kami bangun berjalan mengukur mengukur akhirnya duduk di sebuah bangku di taman mencari cari kontak langganan toko bahan bangunan yang dulu tempatku bekerja.
aku menemukannya aku langsung menghubungi mereka, memesan semua bahan bangunan yang diperlukan saat awal, aku juga menelpon beberapa kenalanku yang bekerja di bagian pembangunan untuk membantu mewujudkan rencana kami.
setelah pembicaraan dari orang perorangan yang cukup panjang dan memakan waktu hahaha iya kali makan waktu hahahaha.
walaupun pada awalnya rencana ini di awali dengan kebohongan kalau pada akhirnya untuk kebaikan aku rasa tidak masalah walaupun aku juga punya perasaan tidak enak pada ayah dan bunda kalau misalnya semua sudah selesai dan aku mengajak mereka pindah.
beberapa hari ini aku terus-terusan membahas soal ini dengan ke Arta dan kak Arta yang memang tidak begitu tahu soal masalah pembangunan sepenuhnya menyerahkan semuanya ke aku, saat-saat seperti ini membuatku rindu dengan masa-masa kerja dulu tanganku yang sudah lama tidak memegang tidak memegang pulpen untuk kalkulasi angka-angka untuk menghasilkan anggaran biaya dalam satu pembangunan
"aku rindu masa masa kerja dulu"
kataku saat duduk memutar-mutar pulpen di jari jariku dan tersenyum
"hayo rindu apaan"
kata kak arta mengagetkanku
aku yang saat itu hanya tersenyum dipeluknya dari belakang dengan wajahnya yang lucu penuh kecurigaan menatapku.
"biarin aja lah"
kataku dalam hati dengan niat untuk iseng
"yaank"
panggil nya
"iihh kepo banget sih"
kataku nyolot
"yaank!?"
katanya dengan nada sedikit menaik
"apa!?"
jawab ku
"kamu rindu apa"
tanyanya
"kan tadi aku udah bilang rindu masa masa waktu kerja"
kataku mengulang kata-kataku yang tadi
"iya rindu apanya"
tanyanya lagi
"buset dah kak kepo bener, udah ah sana aku lagi nyatat bahan yang besok bakal masuk jangan ganggu"
kataku melepas pelukannya
"ih yank kok gitu"
katanya dengan nada sedih
merasa sukses dengan kejahilan ku aku melanjutkan aksiku itu
"aku kangen semua temen-temen yang ada di kantor kak bos, sekretaris, kawan meeting, dan cowok cowok yang cakep biasa mencuci mata di pagi hari"
kataku dengan sengaja saat itu
"APA!!! cowok cowok yang cakep biasa buat cuci mata!!"
dia menatapku dengan mata lebar
"ups!!"
menutup mulut
aku yang saat itu melihat dia mulai marah berdiri dari tempat dudukku belum lagi aku melangkah dia sudah menarik tanganku dan melihatku dengan sangat dekatnya
"yaank"
katanya dengan serius
aku yang memang tidak pandai untuk berbohong akhirnya tersenyum melihat tingkah lucunya itu, mata kami yang saat itu bertemu membuat kebohongan itu terbaca sangat jelas, aku sentuh dengan sangat lembut pipinya dan berkata
"maaf sayang, istri kamu ini terlalu rabun saat di luar"
kataku masih menatapnya
"maksudnya yang"
bingung
"maksudnya saat aku berada di luar aku tidak pernah memperhatikan laki-laki lain karena memang semua itu tidak terlihat, hanya ada satu laki-laki yang terlihat sangat jelas dimataku, kamu kak hanya kamu"
kataku dan mengecup bibirnya lembut
dia yang saat itu tak lagi bisa bicara hanya memelukku dengan tersenyum.
ruangan tamu itu terasa jadi sangat ber bunga bunga dan membuat kami merasa dunia hanya milik kami berdua.
"ehem ehem"
berdehem
"eeeh eeh eh"
grebuaak (jatuh)
"maaf nak, ibuk gak ada maksud ganggu anuuu ituu Tika nangis, ibuk permisi"
kata buk Inah pergi
kami yang saat itu jatuh masih saling menindih di lantai karena kaget dan tak bisa berkata kata dan hanya menatap lalu tertawa
"hahahahaha"
kami tertawa bersama
begitu bangkit kami kembali bermesraan tapi sambil melihat lihat takut buk Inah liat lagi hehehe dengan bergandengan tangan aku dan kak Arta naik ke atas dan masuk ke kamar anak anak.
***
waktu tak lagi menunggu hari ini semua pembangunan di mulai, tukang mengukur lahan kosong untuk membuat boplang, pondasi dan yang lainnya.
aku yang memantau semua langsung, melihat bahan bahan yang memang berstandar bagus dan membangun semua sesuai yang aku inginkan, syukur tahap awal hari ini berjalan lancar bahkan hari sangat mendukung dengan langit yang begitu cerahnya.
"bundaaa"
teriak Arfa
"kok abank ke sini, bahaya aah sayang"
kataku langsung menggendong nya
aku yang bingung
"kok bisa Afra keluar dan mendekat ke sana"
kataku dalam hati sambil berjalan masuk kedalam rumah, eeh ternyata dan ternyata yang di suruh jaga tidur.
kak Arta yang hari Minggu libur bertugas menjaga Arfa sedangkan Tika ikut bersama buk Inah berbelanja.
aku dengan ide gilaku mengerjainya mencoret wajah nya.
"haaa telur telur"
kataku pelan dan menuju ke dapur
"bunda angan"
kata Arfa
"biar aja laah bank itu ayah kamu di suruh jaga kamu malah tidur gimana coba"
omelku saat kembali
aku yang masih bersama Arfa saat itu kembali memulai aksi, semakin geli aku telur yang aku ambil tadi aku letakkan di tangan kanannya, kalo yang suka nonton Tik tok tau tuh hahaha, aku mulai menggelitik wajah nya dengan daun bunga di vas tak jauh dari situ.
pertama dia bereaksi tapi hanya menggerakkan mulutnya menarik naikkan membuat aku mulai tertawa tapi aku menahannya masih lanjut dan dan
krak!!
"aaakk!"
"hahahahahahahaha"
aku tertawa dengan lepasnya
"SAYAAANG!!"
teriaknya
aku yang saat itu langsung menggendong Arfa mengeluarkan jurus langkah seribu alias melarikan diri
"hahahahaha"
"amiiss!! awas kamu yaaa"
teriaknya lagi
aku berlari masih dengan cikikikan geli gitu, nafasku sudah terengah engah aku turunkan Arfa dan duduk sejenak sambil bersembunyi.
"hah fhuh"
"ngapain aku sembunyi cobak"
mikir
"yok bang"
menggandeng Arfa
aku yang saat itu keluar dari tempat persembunyianku berjalan dengan santainya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun,yang aku lakukan hanya sekedar memberi pelajaran saja karena keteledorannya yang disuruh menjaga anak malah tidur.
"nanti kalau dia marah ya marahin balik aja simpel kan, iya dianya juga salah kok hehehe"
kataku saat berjalan saat itu
sebenarnya ada rasa takut juga sih kalau dia marah atau membayangkan apa yang akan dilakukan nantinya saat melihatku.
setelah aku pikir-pikir membuat aku semakin berdebar dan takut.
setiap langkahku membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya sampai teriakannya terdengar jelas dari belakang
"TARIKA!!!"
teriaknya dan aku pun menoleh kebelakang
"oh no"
saat itu aku yang yakin akan kemarahannya membalas semua perbuatan ku melepaskan gandengan tangan ku pada Arfa dan memilih berlari sendiri.
aku lihat kak Arta sudah membawa telur untuk membalas ku aku yang sudah bingung mencari arah untuk melarikan diri akhirnya terpojok dan tak bisa lari lagi.
"sayang mau kemana lagi, sini sayang"
katanya dengan senyum yang sangat seram
"waah wah aku gak mau yaa kak amis ah, nanti lantainya kotor loh udah udah"
kataku berusaha menghalanginya
"gak, pokoknya aku mau balas biar kita 1 sama"
mendekat
"kaak gak mau iih kak, jangan kaak!!"
mendorong dia yang sudah sangat dekat
"bodok amat ah yang, sakit looh amis pulak"
katanya mulai mengarahkan telur
"kaaak! jangan!!! sakit!!!"
aku keriak dan terduduk takut
aku memejamkan mataku rapat rapat menunggu datangnya si telur yang akan di lemparkan ke aku saat itu
"AYAH!!"
saat itu kami berhenti dan melihat ke arah suara, itu adalah Arfa, dia mulai merengek dan mendekat kearah kami, seolah olah mematung melihat tingkahnya yang menangis dan mendorong kak Arta.
aku yang langsung sadar bangkit dan mendekati nya
"sayang ini gak seperti yang kamu pikirkan kok beneran"
kataku memeluknya
"gak ayah jaat ama bunda"
menolak kak Arta
"waduuuh"
kata kak Arta dan memegang Arfa
"gak mau"
melepaskan
saat itu aku merasa sangat tersentuh dengan sikap anakku saat itu, mungkin di matanya kak arta sedang berusaha untuk menyakiti ku dan dia yang saat itu marah dan menangis membela aku agar tidak disakiti.
"oh Tuhan terima kasih kau ciptakan hati yang baik untuk anak kami"
kataku dalam hati
aku tersenyum dan langsung memeluk 2 jagoanku itu, Arfa yang masih menangis segera aku seka air matanya aku gendong dia keluar dan baru bicara pelan pelan padanya
"bank, ayah gak jahat kok sayank tadi itu gak beneran kok,ayah itu sayank sama bunda ya kan yah"
Mengkode kak Arta
"Iya bang ayah gak beneran kok kayak bunda tadi kan jahilin ayah sayank ayah cuman main main aja kok"
Sambung kak Arta
"Main main Bun"
Tanya Arfa bingung
"Iya sayank cuman main main"
Anggukku
"Ener ayah ndak jaat"
Pelukannya aku masih terisak Isak
"Iya bener"
Kata kami kompak
Dalam isaknya itu kami memeluknya erat membelainya secara perlahan setelah dia menjadi sedikit tenang aku berdiri dan menggendongnya.
kak Arta masih saja mengikuti
"kak"
"ya sayang"
"apa hidup kakak sumbat"
tanyaku
"gak ah yank, kenapa"
bingung
"masak iya kamu gak nyium kamu amis telur banget mandi sana"
kataku meliriknya
"oh iya ya yang lupa hehehehe"
katanya cengengesan
"hhmmm"
"ya udah aku mandi dulu ya"
kata kak Arta naik ke atas
"yang bersih dan wangi kalo gak, aku gak mau kamu tidur di kamar"
teriakku
"yeeee dia enak ngomong yaaa, yang buat gini siapa"
dia berhenti dan menjawab
"yaaa siapa suruh lalai, bukannya jagain anak dia malah tidur"
kataku lagi
"hehehe iya iya maaf yang ngantuk"
jawabnya cengengesan
"makanya kalau malam itu tidur bukan begadang nungguin bola gol, gak berfaedah banget"
omelku
"hehehe maaf maaf"
katanya dan kembali menaiki tangga lalu masuk ke kamar untuk mandi.
setelah selesai mengomel aku yang masih menggendong Arfa mengajaknya keluar berkeliling melihat-lihat sambil masih berusaha mengajaknya berbicara dan membuatnya jadi sedikit mengerti.
Saat aku merasa hening aku melihatnya yang ternyata sudah tertidur dalam pelukanku aku ajak dia naik keatas dan menidurkannya di kamar.
Aku lihat Tika sudah pulang dan sekarang masih asyik bermain dengan bu Inah di kamar itu,dengan pelan aku berbicara dengan bu Inah agar tidak lupa membuatkan susu dan makanan untuk mereka dan dia pun hanya mengangguk saat itu.
Aku kembali turun dan melihat kak Arta saat itu dia yang sudah selesai mandi aku menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"udah wangi kan"
katanya melihatku
"hhmm ya ya"
anggukku
"jadi nanti malam aku tidur di kamar kan yank"
katanya
"hah!?"
aku bingung
padahal aku tadi bilang itu cuma bercanda kami terus saling menatap lalu kembali tersenyum bersama.
"Anak kita sekarang sudah besar ya kak"
Kataku pelan
"Iya yang, aku terharu banget dengan apa yang dilakukan abang tadi, ya walaupun kenyataannya tidak seperti yang dia pikirkan awalnya"
Kata kak arta
"Iya kak aku juga gak nyangka dia bakal ngelakuin itu, anak seumuran dia bisa tahu membela orang tuanya seperti wauw gitu"
Mendekat ke kak Arta
"Semoga aja di kedepannya anak kita bisa terus seperti ini dan jadi semakin baik, anak yang bisa diharapkan dan dibanggakan ya sayang"
Pelukannya
"Iya kak pokoknya apapun dia kedepannya bagaimanapun dia kedepannya harapan aku dia jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, ya pokoknya yang namanya orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya lah apapun itu yakan kak"
Kataku memeluknya juga
"Iya sayang"
================================
Terimakasih udah mau baca cerita aku
Terima kasih buat yang udah dukung dan semangatin
lupa buat kasih đ dan tulis ulasan pendapat kalian tentang cerita ku, juga komentar di siap up
đ