Suara wanita itu tiba-tiba menjerit, melengking tinggi.. seperti menahan kesakitan yang luar biasa..Kemudian isak tangis yang mengikuti menambah kengerian bagi siapapun yang mendengarnya nya. Tetapi tidak bagi Bagaskara..
Setelah mampu mengendalikan emosinya..dengan tenang ia memutuskan hubungan telpon. Kemudian ia segera memeriksa ponselnya. Sebuah aplikasi yang menghubungkan antara ponselnya dengan ponsel Bulan agar ia dapat kapanpun mengetahui letak posisi keberadaan kekasihnya kapanpun ia mau. Setelah mencocokkan nya dengan letak posisi signal yang dipancarkan dari jam alarm yang dulu pernah ia berikan pada Bulan, Bagaskara sedikit bisa bernafas lega. Semua gedget itu menunjukkan letak koordinat yang sama. Sekitaran kediaman orang tua Bulan. Sepertinya Bulan belum berangkat ke boutique. Untuk lebih memastikan keamanan Bulan, Bagaskara menekan tombol nomor telepon rumah Bulan. Seorang pria muda yang menjawab nya.
Rama : " Ya, halo..kediaman keluarga Abditya."
Bagaskara : " Rama, apa kakakmu masih di rumah?"
Rama : " Oh, kak, ya..dia baru saja selesai mandi. Sepertinya agak terburu-buru. Apakah kalian ada janji pagi ini?"
Bagaskara : " Tidak. Bisa tolong panggilkan kakak mu?"
Rama : " Baiklah, Kaaaaakk..kekasih mu rindu padamu..dia tidak tahan hingga menangis di telpon." Rama terkikik geli..
Dasar bocah tengik, Bagaskara menggelengkan kepalanya setelah mendengar teriakan Rama saat memanggil Bulan.
Bulan : " Ya, halo..ada apa Bagas? Tumben sekali menelepon q melalui telepon rumah."
Bagaskara : " Sayang, sebaiknya hari ini kau jangan pergi ke mana-mana dulu. Stay at home just for this day."
Bulan : " Why? Kerjaan q masih banyak di boutique."
Bagaskara : " Just one day, Honey.. Hari ini aq dinas, tidak bisa menemani mu."
Bulan : " Bukankah biasanya juga begitu? Aq bisa menjaga diri dengan baik selama ini, Bagas."
Bagaskara : " Kali ini berbeda, Sayang..Aq punya firasat buruk."
Bulan : " Oh yaampun..tenanglah..aq akan membaca doa sebelum pergi nanti. Dan aq akan memakai jam alarm mu. Aq juga akan segera mengabarkan keadaan q pada mu setiap setengah jam. Bagaimana, cukup?" Bagaskara : " Tidak."
Bulan terdiam..ia berpikir terkadang menjadi sangat menjengkelkan saat berhadapan dengan karakter yang tidak bisa menerima penawaran penyelesaian masalah yang lain.
Bulan : " Bisa kau jelaskan alasannya?"
Bagaskara : " Tidak cukup waktu untuk menjelaskannya, Bulan. Just..trust me."
Bulan menutup telepon nya dengan penuh pertanyaan. Bagaskara tetap tidak menjelaskan alasan sebenarnya. Tapi tetap saja ia harus menuruti nya. Bagaskara berjanji akan segera menemui nya setelah selesai dinas esok hari.
Bagaskara mengatur wilayah patroli hari itu bersama tim nya untuk melewati area kediaman keluarga Bulan. Rama yang merasa heran karena merasa telah mendengar sirine mobil patroli polisi lebih dari 3 kali melewati rumah mereka pun menanyakan hal yang sama dengan apa yang dipikirkan Bulan. " Ini ada apa sebenarnya?"
Berkali-kali wanita itu mengumpat. Ia merasa sangat bodoh karena menganggap dapat dengan mudah memancing Bagaskara untuk keluar dari persembunyiannya. Walaupun sebenarnya dia sama sekali tidak bersembunyi. Hanya saja dia sangat sulit ditebak dan dibuntuti. " Sial! Kenapa sulit sekali untuk bertemu muka dengannya? Aq hanya perlu satu kali kesempatan saja..dan semua pasti akan berjalan sesuai dengan rencana q. Aq hanya perlu satu kali kesempatan untuk bertemu dengan Bagaskara." Violet menarik kursi di hadapannya dengan kasar hingga membuatnya oleng dan jatuh membentur kakinya yang sebelah kiri. Ia meringis menahan perih. Namun rasa kesalnya atas rencana yang tidak berjalan sesuai rencana nya itu menutupi sakit. Ia telah menunggu lebih dari 2 jam dan hasilnya nihil. Percuma. Bagaskara tidak terpancing jebakan murahannya. Namun ia tidak mengerti, bagaimana Bagaskara bisa mengetahui bahwa suara jeritan dan rintihan kesakitan itu bukan milik kekasihnya, Bulan. Tentunya ia tidak memperhatikan bahwa Bagaskara pasti tidak akan membiarkan kekasihnya begitu saja tanpa adanya perlindungan apapun. Dan dia sama sekali tidak menyangka nya.
Kali ini giliran Bagaskara yang menyusun rencana untuk mengeluarkan musuh dari tempat persembunyiannya. Karena lebih baik segera menghadapi musuh yang berdiri berhadap-hadapan dari pada saat kita tetap berada diposisi diintai musuh. Buta terhadap musuh yang dihadapi akan menempatkan diri kita di posisi yang sangat berbahaya. Bagaskara tau itu persis.
Namun kini situsnya sedikit pelik. Karena dia berkejaran dengan waktu. Sedapat mungkin dalam beberapa hari ini ia harus dapat menyelesaikan masalah ini dan juga mengurus semua kelengkapan data pernikahan secara kedinasan. Bagaskara menghempaskan tubuhnya di kursi panjang kemudian menghela nafas panjang.
" Aq tidak ingin mengikuti permainannya. Tidak ada waktu lagi. Sepertinya aq harus meng"cut" nya dari sekarang."
Bagaskara meraih ponselnya, mengetuk sebuah nomor asing, kemudian menghubungi nya..
" Cepat katakan, kau mau kita bertemu di mana?"