Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 107 - Keinginan Yang Menggebu-gebu

Chapter 107 - Keinginan Yang Menggebu-gebu

Berlama-lama berkutat dengan ponselnya, Bulan memeriksa unggahan teman-temannya, mengomentari sekedarnya, bergurau ringan..berusaha mengalihkan pikiran atas kehadiran Dhany yang mencoba meminta tempat dalam kehidupannya kembali. Cukup mengganggu..tapi Bulan tidak menemukan cara yang tepat untuk menolaknya. Bagaskara belum memberi kabar seharian. Ada gelar perkara di polres, sejak pagi ia hanya diberi kabar bahwa kemungkinan sore baru selesai. Bagaskara berjanji untuk segera menghubungi nya jika semua telah selesai.

Setidaknya ia tetap memberi kabar.. tidak membiarkan Bulan menunggu-nunggu dengan penuh pertanyaan.

Pagi tadi suara Bagaskara terdengar agak tegang. Mungkin karena setiap gelar perkara itu membutuhkan energi&pikiran yang cukup membuat lelah, seperti yang sudah-sudah. Bulan harus mampu membiasakan diri.

Tiba-tiba di akun Instagram nya, Bulan mendapatkan pesan dari akun yang tidak ia kenal sebelumnya. Akunnya memang tidak ia privat, tidak terlalu penting menurut nya.

Seseorang dengan akun bernama Violet.

Violet 💌, " Halo, Bulan. Maaf sebelumnya.. Saya Vio. Saya akan langsung ke pointnya saja. Bagaskara dan saya telah menjalin hubungan sebelum kamu datang. Kami memang sedang ada masalah, tetapi kami sedang mengusahakan semuanya agar kembali baik. Seperti pasangan-pasangan kekasih yang lainnya, ada pertengkaran-pertengkaran kecil antara kami yang seharusnya telah selesai. Saya mendapat kabar dari salah satu teman saya bahwa kamu berusaha mendekati kekasih saya. Saya peringatkan, menjauhlah darinya. Dia milik saya. Jangan mengacaukan hubungan orang lain, ok? Carilah pria mu sendiri. Pria available masih banyak di luar sana."

Bulan tertegun..

Hampir tidak percaya. Hatinya mencelos dan seperti diremas. Tiga kali ia ulangi membaca pesan tersebut. Antara percaya dan tidak..Walau Bagaskara telah menceritakan ihwal hubungan nya dengan kekasih yang kini telah menjadi mantan, hubungan mereka telah berakhir beberapa bulan yang lalu. Namun..isi dari pesan ini.. membuat nya berpikir ulang. Selama ini ia memang hanya mendapatkan pernyataan dari Bagaskara saja. Ia percaya pada Bagaskara, lagi pula ia tidak tertarik untuk memeriksa kebenarannya. Baginya itu adalah masa lalu Bagaskara, bukan wilayah nya untuk ikut campur. Namun..mau tidak mau hal ini mengusiknya.

Bulan tidak tertarik untuk membalas pesan dari akun bernama Violet itu. Namun gundahnya saat ini sangat mengusiknya. Sangat ingin segera menanyakan perihal ini langsung pada Bagaskara. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa wanita itu mengatakan bahwa hubungan mereka masih terjalin? Dan kini ia dianggap sebagai pengganggu. Sungguh tuduhan yang sangat membuat hati dan pikiran nya menjadi tidak nyaman. " Aq harus tau apa yang sebenarnya terjadi. Bagaskara harus meyakinkan q lebih dari sebelumnya."

Bulan menarik nafas dalam-dalam..namun tetap saja dadanya masih terasa sesak. Telapak tangannya mulai basah karena keringat dingin. Ia gusar..

Waktu kini seakan berjalan sangat lamban. Detik demi detik ia lalui, berulangkali melirik jam dinding..memeriksa layar ponselnya..berharap segera ada kabar dari Bagaskara.

Sungguh..memperburuk mood. Namun Bulan berusaha keras untuk tidak terprovokasi. Bukankah selama ini ia mengenal Bagaskara.. tidak ada indikasi darinya bermain di belakangnya? Sedangkan wanita itu..dari cerita sebelumnya..kesan yang ditimbulkannya adalah..tidak baik. Bagaskara telah meninggalkannya. Wajar jika ia masih berharap..mungkin ia belum bisa menerima kenyataan bahwa hubungan mereka telah berakhir.

Bulan tidak ingin menuduh Bagaskara sebelum semuanya jelas. Itu tidak adil. Walau ia kini tersiksa dengan segala perasaan yang membuatnya panas..namun Bulan bertahan untuk berpikir secara logis. Tidak akan menuduh sebelum semuanya menjadi terang benderang. Bisa saja hanya permainan wanita itu saja bukan?

Satu jam berlalu..Bulan menyibukkan diri dengan menonton tayangan televisi trailer saja. Setidaknya hanya itu yang mampu menandingi kegalauan hati yang tengah ia rasakan. Dan ketika untuk kesekian kalinya ia memeriksa layar ponselnya..sosok tinggi bercelana kain coklat tua berdiri di sisi pintu ruang kerjanya. Bagaskara masih menggunakan kaus seragam polisi nya yang berwarna abu-abu. Sepertinya ia langsung menuju boutique setelah selesai gelar perkara di kantor. Wajahnya cukup letih, kusut. Mungkin kasus-kasus kali ini cukup memeras otak nya.

Bulan menatap wajah letih itu.. Merasa iba dan tidak tega untuk langsung mencecar nya dengan berbagai pertanyaannya yang pastinya hanya akan menambah pikiran Bagaskara.

Alih-alih menginterogasi, Bulan menatapnya dengan lembut. Bagaskara menghampiri dan merebahkan diri di sebelah kekasihnya itu. Mencari kenyamanan setelah seharian bergelut dengan kasus demi kasus yang menuntut untuk mendapatkan perhatian khusus. Mereka dituntut untuk sempurna..tidak boleh ada kesalahan..karena ini menyangkut dengan keadilan. Di mana keadilan itu akan sangat berbeda jika di lihat dari sudut pandang setiap individu. Semua akan memiliki pendapat nya masing-masing. Dan semua akan merasa menjadi paling benar, tidak sudi disalahkan. Memang bukanlah tugas dari pihak kepolisian untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, karena tugas penentuan itu adalah di tangan pengadilan. Namun tugas berat mereka adalah mengumpulkan segala keterangan, laporan, saksi, maupun bukti sedetail mungkin untuk disajikan kepada pengadilan..Kadang kerja keras mereka pun masih dianggap kurang dan bahkan tidak dihargai. Bahkaann.. seringkali mereka yang tersangkut masalah hukum akan menyalahkan pihak kepolisian yang dinilai tidak adil dalam menjatuhkan hukuman. Padahal itu sama sekali di luar ranah kepolisian. Sungguh, Bulan lambat laun mulai mengerti.. berat nya tugas dan tanggung jawab mereka. Ditempa dengan cara apapun..mereka tetaplah manusia biasa dengan segala keterbatasannya.. Saat ini Bulan tidak ingin mengganggunya.

Setelah memejamkan mata beberapa saat.. Bagaskara akhirnya membuka matanya. Meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Kemudian memeluk tubuh Bulan yang masih duduk di samping nya.

Bulan : " Istirahatlah jika kau masih lelah. Aq akan memesankan makanan untuk mu."

Bagaskara : " Ya..hari ini cukup melelahkan. Aq memang sudah sangat kelaparan, Sayang..aq hampir saja akan memakan mu."

Bagaskara mengetatkan pelukannya. Rasa letih itu terasa lebih ringan setelahnya. Senyumnya terlihat lebih berenergi daripada saat ia baru saja datang tadi.

Bulan menarik Bagaskara untuk tidur di pangkuannya. Dan mulai memesan makanan untuk mereka berdua dan asisten-asistennya.

Bagaskara kembali memejamkan matanya sembari memeluk lengan Bulan. Bulan tidak keberatan. Tidak ada raut wajah mencurigakan yang tertangkap oleh Bulan pada Bagaskara, sehingga Bulan merasa ragu atas pernyataan wanita itu. Kini.. sembari menunggu pesanan makanannya datang, Bulan sibuk mengatur kalimat-kalimatnya untuk bertanya langsung pada Bagaskara agar semua bisa menjadi terang benderang.

Tidak seberapa lama kemudian, olahan China's food tersaji di meja ruang kerja Bulan. Semua favorit Bulan. Dan para asistennya pun tengah asyik menikmati kuliner China's food pilihan mereka masing-masing.

Bulan dan Bagaskara mengobrol ringan di sela-sela mereka menyantap makanan. Dan sepertinya Bagaskara memang sudah sangat kelaparan. Sehingga hampir semua menu yang tersaji ia habiskan. Berbeda dengan Bulan yang merasa nafsu makannya hilang sama sekali. Bagaskara memperhatikan nya.

Bagaskara : " Sayang..ada apa? Apa kau sakit? Kenapa sedikit sekali makan mu?"

Bulan : " Don't worry..i am good."

Namun Bagaskara tidak mempercayainya. Ia merasa ada sesuatu yang tengah mengganggu pikiran kekasih hatinya saat ini. Namun ia belum tau apa.

Bagaskara : " Ceritakan pada q, Sayang.. Apa yang terjadi?"

Akhirnya Bulan memutuskan untuk menceritakan hal-hal yang terjadi seharian tadi.

Bulan : " Tadi pagi, Dhany datang ke mari."

Bulan menunggu reaksi Bagaskara.

Bagaskara : " Mau apa dia menemuimu? Apa dia masih mengganggumu?"

Bagaskara terlihat khawatir.

Bulan : " Dia tidak melakukan apapun, Bagas. Ia hanya memohon pada q untuk tetap bisa berteman dengan q."

Bagaskara : " Lalu bagaimana tanggapan mu? Apa kau menerimanya?"

Bulan : " Dia hanya meminta q untuk tetap menjadi salah satu temannya. Bukankah tidak masalah?"

Bagaskara enggan menjawab. Ia tidak rela jika Bulan masih menjalin hubungan dengan Dhany, mantan kekasihnya. Namun ia pun tidak ingin membuat Bulan merasa terkekang.

Bagaskara : " Aq berharap kau mengerti batasannya, Sayang.."

Bulan : " Sebenarnya aq tidak nyaman berada di dekat Dhany. Mungkin nanti aq akan mencari cara untuk menghindari nya."

Bagaskara : " Apakah hanya itu yang mengganggu mu, Sayang?".

Bulan terdiam..

ia menimbang-nimbang..apakah bijak jika ia menginterigasinya sekarang?

Bulan : " Actually..there is another thing disturbing me."

Bagaskara mengakhiri sesi makannya dan mulai menghabiskan jus buah di hadapannya.

Bagaskara :" Apakah itu, Sayang?"

Bulan segera memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan isi pesan dari akun atas nama Violet.

Bagaskara mengerutkan kedua alisnya.

Bagaskara :" Dari mana dia tau akun mu?"

Bulan : " Q juga tidak tau, Bagas. Tiba-tiba saja dia mengirimi q pesan itu."

Bagaskara membaca beberapa kali isi pesan itu. Terdiam dan menggeleng-gelengkan kepalanya. " Kami telah putus dan tidak berhubungan selama beberapa bulan yang lalu. Dan kini ia mengatakan pada mu bahwa kamu mengganggunya? Dasar tidak waras." Bagaskara mendengus kesal.

Bulan : " Apa dia selama ini berusaha untuk membuat mu kembali?"

Bagaskara : " Setelah kami bertengkar waktu itu, kami memang tidak pernah bertemu secara langsung. Tetapi beberapa kali ia berusaha menghubungi q walau tidak pernah aq gubris. Bahkan setelah aq mengganti nomor ponsel q."

Bulan : " Dia mendapat nomor baru mu dari siapa?"

Bagaskara : " Entahlah..mungkin teman-teman q..mereka memang tidak tau mengenai hubungan pribadi q selama ini."

Bulan : " Lalu..kau mau aq jawab apa pesannya ini ? Jujur saja..ini mengganggu q."

Bagaskara : " Aq tidak ingin kau masuk ke dalam lingkaran emosi yang ia ciptakan. Kau tidak perlu mengikuti arusnya. Dia tidaklah penting. Blokir saja akunnya. Atur IG mu ke mode privat. Karena jika kau menanggapi nya, maka gayung akan bersambut. Dia akan berusaha menyakiti mu. Dan aq tidak ingin hal itu terjadi."

Bulan : " Baiklah..aq mempercayaimu, Bagas. Lalu.. bagaimana jika ia bersikeras untuk menemui mu? Atau mungkin melabrak q?"

Bagaskara : " Tenanglah..aq akan menanganinya. Untuk saat ini aq minta kau untuk tidak memikirkan hal-hal yang dapat mengganggu mood mu seperti itu. Aq ingin kau fokus mempersiapkan diri untuk prosesi pernikahan kita yang cukup panjang, Sayang.. Jangan buang-buang waktu dan pikiran untuk hal semacam itu. Aq minta kau percaya pada q sepenuhnya. Masa lalu q telah jauh aq tinggalkan di belakang q. Masa depan q adalah bersamamu. Dan aq hanya ingin bersama mu seorang saja. Kedepannya kau akan disibukkan dengan segala proses penyesuaian diri kita masing-masing. Tidak mudah..aq tau..tapi kau pasti mampu, Sayang..aq mohon maaf karena semua berjalan begitu cepat. Mungkin bagimu ini terasa sangat cepat dan mendadak. Tapi tidak bagi q. Karena aq telah menunggu kehadiran mu sejak lama, Sayang.."