Jika separuh hidup q mampu aq balikkan
Aq tetap tidak rela membuang bagian mu
Ketika rasa dan hati telah seirama
Q tau hanya namamu yang mengalun merdu
Rengkuh hidup q dalam nyanyian
Burung pipit kecil pun tau
Bahwa penyair pemula seperti q
Tidak akan mampu menulis isi hati q dengan sempurna
Namun saat cinta telah bicara
Ceritanya akan berubah seindah gubahan seorang pujangga
Larut..marut.. tertutup kabut
Namun lentera mu akan tetap menjadi tujuan arah dan langkah q.. selamanya
Pagi itu seperti biasanya.. Kesibukan yang sangat rutin berjalan seperlunya. Namun Bulan merasa ada hal lain..langkah kakinya terasa ringan. Namun debar di dadanya seperti mencoba mengatakan..ada sesuatu yang berbeda..hanya menunggu waktu untuk muncul..
Mengapa kali ini rasa nya ada beda? Tidak semudah rasa yang dulu. Setiap gundah, setiap gelitik, setiap binaran dan setiap luka akan terjadi dalam rasa begitu saja. Murni hanya rasa itu saja..sederhana..sesimple itu. Tapi..kali ini..rasa itu semakin berwarna.
Bulan menghabiskan waktunya hingga hampir tengah hari sibuk menerka-nerka. Bahkan ia membuat sketsa guratan emosi yang tidak ia mengerti..melukiskan kegundahan yang sangat tidak stabil. Seperti rangkaian warna-warni yang saling bergulat, berbelit satu sama lain..berlatar abu-abu.
Saat tengah larut dalam gerakan guratan jemarinya.. salah satu asisten Bulan menghampiri nya.
Desi : " Bu..ada yang ingin bertemu. Di depan."
Bulan : " Siapa? Ada perlu apa? "
Desi : " Pak Dhany, Bu."
Bulan terhenyak..ada sepercik rasa takut yang timbul saat mendengar nama itu. Kilas balik moment yang tidak mengenakkan yang terjadi di antara mereka kembali melintas. Namun Bulan tidak mungkin menghindari ini. Mungkin Dhany perlu bicara empat mata dengannya, mengingat ketika tempo hari keributan itu terjadi.. Tapi tetap saja Bulan tidak mau berada dalam ruangan yang hanya berdua dengannya. Sesuatu bisa saja terjadi bukan? Ia pun segera berdiri dari kursinya dan kemudian melangkah keluar dari ruang kerjanya diikuti asistennya.
Bulan : " Desi, jangan sekali-kali kau dan yang lainnya meninggalkan aq. Namun jika ada sesuatu yang terjadi, segera bertindak cepat, keluar dan mintalah bantuan."
Bulan memberi perintah dengan lirih kepada Desi asistennya. Desi mengangguk mengerti.
Sosok itu sedikit terlihat lebih kurus. Mengenakan kemeja abu-abu muda dan celana kain navy. Cambangnya dibiarkan tidak beraturan. Sepertinya Dhany keluar dari kebiasaannya yang selalu memperhatikan penampilan. Duduk di kursi bundar kecil, matanya melihat keluar jendela kaca. Tangannya memegang jas yang sewarna dengan celananya. Sepatu kulit warna krem membuatnya selalu menjadi perhatian. Ya.. Dhany dengan segala pilihan item fashionnya yang selalu pas dengan dirinya..dan selalu berhasil membuat wanita manapun memperhatikan nya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Bulan : " Hai..apa kabar, Dhany? Ada perlu apa?"
Dhany tidak langsung menjawab. Dia berusaha tersenyum walau dengan sangat berat.. mencerminkan isi hatinya yang tengah tidak karuan akhir-akhir ini.
Bulan mengambil kursi kecil dan menempatkan nya di hadapan Dhany.
Bulan : " Ada apa mencari q?"
Dhany menatap mata Bulan..lama sekali.. seperti ingin mengungkapkan seluruh isi hatinya hanya melalui jendela hati indah itu. Tapi ia tau..itu tidak lah mungkin. Bulan mendapatkan dirinya dalam situasi yang kini canggung dengan Dhany. Hubungan yang beberapa saat terjalin tidak sempurna dan dia lah yang memutuskan jalinan itu dengan..mungkin.. mendadak. Ia paham.. goresan luka itu ia torehkan pada Dhany..
Saat kau melemparkan sebongkah batu ke dalam lautan..Bukan masalah seberapa besar riak yang ditimbulkannya.. Masalah sebenarnya yang kau tidak akan tau adalah sedalam apakah batu itu akan tenggelam.
Dhany : " Bulan..aq tau, kau takut pada q. Beberapa hari terakhir..aq merenungi kesalahan-kesalahan q pada mu. Seharusnya aq tidak punya muka untuk kembali kehadapan mu. Aq menyakiti mu tanpa memikirkan perasaan mu. Aq..bersalah.."
Bulan : " Sudahlah, Dhany..aq tidak mempermasalahkan nya lagi. Yang telah terjadi biarlah.. Itu sebabnya kita tidak cocok satu sama lain. Aq tidak memaksamu untuk menjadi seperti yang aq mau. Dan jika ini memang tidak berjalan seiring..maka lepaskanlah saja.
Dhany : " Apa kau merasa bahagia setelah berpisah dengan q? "
Bulan terdiam sejenak.. hampir saja ia meneriakkan jawabannya dengan sangat antusias..Namun..ia segera menggigit lidah untuk menahannya.
Bulan : " Aq merasa lebih tenang, Dhany.. Kau tau..saat hubungan itu putus maka walaupun kau bermain dengan wanita lain di belakang q.. tidak ada pengaruh nya bagi q." Bulan memilih menjawab dengan nada dingin. Dan itu sangat tepat sasaran..Dhany yang semenjak awal ingin membangun dinding alibinya kembali mendadak menemukan tamparan itu lagi.
Dhany : " Di hatiku hanya ada nama mu, Bulan."
Bulan : " Cukup, Dhany.. its useless. Aq tidak mempermasalahkan apapun lagi. Kau.. lanjutkan saja jalan mu."
Dhany mendesah.. melihat tidak ada jalan baginya untuk kembali. Mungkin bukan sekarang..
Dhany : " Apa aq masih bisa untuk sekedar menelepon mu atau berteman baik dengan mu?"
Bulan : " Apa mungkin?"
Dhany : " Bulan.. Jangan menutup diri dari q. Aq merasa banyak melakukan kesalahan pada mu. Biarkan aq menebusnya."
Dhany membuat nya bimbang.. Walau ia yakin tentang memutuskan hubungan nya dengan Dhany.. Tapi jika permintaan nya untuk berteman saja tidak ia kabulkan.. sepertinya ia tidak akan setega itu.
Bulan : " Baiklah..mari kita berteman saja. Are you happy now?"
Dhany : " Yes..sure..for now."
Bulan : " Don't expect too much."
Dhany : " I'am cool with that."
Dhany memohon diri meninggalkan boutique. Bulan segera kembali ke ruang kerjanya. Semua terlihat sangat baik sekali seandainya saja ada yang memperhatikan tangan Dhany yang mengepal dan bergetar menahan tekanan emosi luar biasa saat menghadapi Bulan. Jas itu menyamarkannya.. Di dalam mobil, Dhany meraih kaleng minuman yang letaknya paling dekat dengannya. Ia mulai meremas nya hingga bentuk nya tidak beraturan. " Baiklah.. langkah pertama telah berjalan mulus.. Aq memang tidak pernah salah menilai mu, Sayang ku..kau terlalu baik dan..polos.." Mobil putih itu berjalan perlahan..
" Langkah selanjutnya.. aq akan menyingkirkan anjing penjaga mu."