Ketika satu persatu pintu masuk ke dalam hatiku mulai terbuka
Aq sangat berbahagia saat q tau bahwa kaulah yang memegang kuncinya.
Dan jika tirai penutup itu mulai tersingkap
Aq akan sangat berbahagia jika kau lah yang membuka setiap ikatan pengaitnya
Biarlah kapal-kapal bernahkoda itu singgah dan pergi dari pelabuhan q
Mereka tidak berhasil mendapatkan tempat yang tepat bagi kapalnya untuk mengaitkan jangkar.
Tapi kau..nahkoda kapal impian q..
Sekuat apapun badai yang datang menghempas mu..namun tidak ada yang mampu menghalangi jalur laju mu untuk tetap berlabuh di pantai q.
Kesibukan q dalam menata hati.. mempersiapkan segalanya untuk menyambut mu..
Walau sejujurnya aq juga tidak pernah tau..siapa kau, dari mana asal mu, cinta seperti apakah yang kau tawarkan untuk q?
Kini takdir membimbing jalan mu dan jalan q menyatu
Saat nahkoda kapal impian meniti tangga di jembatan untuk menjemput q..
Aq akan siap
Bulan merasa takjub dengan apa yang baru saja ia dengar. Bukankah seharusnya sebuah pinangan menggunakan kalimat-kalimat romantis..bukan perintah? Tetapi mengapa yang ia rasakan kini justru lebih dahsyat dari pada hujanan kalimat-kalimat romantis yang biasa ia dengar dari para pria perayu nya?
Dengan tangan gemetar Bulan mengambil kotak hitam itu.. perlahan dibukanya..
Sebuah cincin emas bermata indah membuatnya semakin terharu. Bulan sama sekali tidak menyangka..akan dipinang secepat itu oleh Bagaskara. Air matanya berlinang.. Semua rasa campur menjadi satu. tenggorokannya tercekat..
kini ..penantian yang selama ini ia jalani..usai sudah..
Rangakaian cobaan demi cobaan percintaan nya..segala bentuk usaha pendekatan, saling memahami, proses pembelajaran, sakit hati, hingga drama pengkhianatan yang ia alami selama pencarian cintanya selama ini seperti berputar ulang dengan cepat di kepalanya. Semua langkah-langkahnya yang ia lalui dengan ikhlas dan bersabar..tetap berusaha bangkit kembali dari setiap kejatuhannya..dan saat ia kembali berhasil berdiri..maka akan ada terpaan badai yang menghembuskannya lagi. Namun kini..ia dapat melepaskan semua bebannya. Cinta sang ksatria impian telah menemukan nya. Bulan terharu..tidak mampu menemukan kata-kata untuk ia ucapkan.
Dalam keheningan yang syahdu.. Bulan mengambil cincin bermata indah itu.
Namun tangannya masih gemetaran.
" Biarkan aq memakaikannya di jari mu, Sayang.."
Bagaskara segera berdiri dan memasangkan cincin itu di jari manis Bulan.
"Apakah kau benar-benar serius, Bagas? Apa aq sedang bermimpi?" Bulan memandang jari manisnya yang kini telah dihiasi oleh cincin emas bermata indah itu. Dan secara tiba-tiba Bagaskara merengkuh tubuhnya kemudian menunduk dan menarik dagu nya..
Ciuman itu bagai arus laut yang dalam..kuat menarik Bulan semakin tenggelam..menjauhi permukaan. Bulan tidak berdaya dan hampir kehilangan kesadarannya..Namun sejatinya ia pun rela untuk itu. Menyelami samudra hati seorang Bagaskara..menemukan mutiara tiada tara..lalu terlena rebah di dasarnya.. terbuai..
Bagaskara mengakhiri ciuman indahnya dengan tatapan lembut dan berkabut. Ia tampak kesulitan menahan segala rasa yang terus menggelora dalam tubuhnya. Semakin ia menahannya maka dorongan itu akan semakin kuat.
Bagaskara mengetatkan pelukannya sekali lagi hingga Bulan benar-benar kesulitan bernapas. Ia berharap pikirannya dapat teralihkan sejenak dan menghentikan siksaan itu secepatnya.
Dalam pikirannya, Bagaskara bertekad untuk mempercepat segala proses pernikahan mereka yang pasti nya akan berbelit-belit. Sesuai peraturan kedinasan..mereka harus melewati beberapa tahapan sebelum akhirnya mendapatkan persetujuan untuk melangsungkan pernikahan baik secara kedinasan maupun untuk diakui oleh agama dan negara. Baiklah..maka kita akan memulainya dengan persetujuan keluarga..
" Aq berharap ini semua dapat kita lalui dengan cepat." Bagaskara berkata dalam posisi masih memeluk Bulan. Bulan memiringkan kepalanya..tidak mengerti maksud perkataan Bagaskara. Apakah proses menuju pernikahan seorang anggota kepolisian akan rumit? Bahkan Bulan belum bisa membayangkan nya.
Malam itu Bulan telah mempersiapkan diri di rumah. Ia telah memberi tau ke dua orang tuanya mengenai kedatangan Bagaskara. Berkali kali ia melirik jam dinding. Rama, adik laki-laki nya meledeknya. " Kaak.. jam dinding itu tidak akan ke mana-mana. Percaya lah. Kenapa kau mengawasinya terus seakan-akan ia bisa kabur."
Bulan melotot pada Rama yang tertawa geli. Kedua orangtuanya tengah menonton televisi di ruang tengah. " Lan..pak polisi mu itu jadi ke sini jam berapa?" Ayah bertanya karena melihat Bulan yang gelisah. "Seharusnya sebentar lagi, Pa.."
Bel di pintu gerbang berbunyi. Rama dan Bulan berebut keluar untuk membukakan pagar. Tetapi sesungguhnya yang dilakukan Rama adalah untuk menggoda kakaknya. Sangat menyenangkan menyiksa kakaknya dalam kegugupan nya. Kegugupan Bulan sungguh membuat adiknya itu geli dan tidak berdaya untuk tidak menggodanya dalam setiap kesempatan.
"Biarkan aq yang membukanya, Kak..dia calon kakak ipar q." Rama dengan berpura-pura santun yang terlalu dibuat-buat sengaja mendahului dan meraih pintu pagar lebih dulu dari pada kakaknya. " Kau sedari tadi terlihat sangat gembira. Lain kali aq akan membalasnya saat kau membawa kekasih mu ke rumah. Akan q kerjai kau sampai menangis." Bulan terlihat sangat kesal.
Pintu gerbang pun dibuka. Saat itu mereka berdua terkejut melihat sosok di depan mata mereka.. Tampak Bagaskara bediri di depan gerbang, mengenakan seragam kepolisian. Sepertinya ia datang bersama rekan satu timnya dengan mengendarai mobil dinas.
Ia tampak gagah dengan seragam coklat abu-abu nya. Teman-teman satu tim nya di dalam mobil menyapa Bulan dan Rama.
" Selamat malam, Bulan..aq minta maaf..ada panggilan mendadak dari pimpinan. Aq menyempatkan diri untuk tetap menemui keluargamu, namun tidak bisa berlama-lama."
Bagaskara mendekati Bulan. " Mereka rekan satu tim q. Ada kekacauan sedikit di daerah timur. Kami diperintahkan untuk melakukan pengamanan malam ini." Bagaskara menunjuk ke arah teman-temannya. Salah satu dari mereka adalah Dhimas.
" Bulan..kau harus membiasakan diri dengan aktivitas luar biasa dari calon pendamping hidup mu." Dhimas tersenyum menggodanya.
" Yang penting kalian jalankan tugas negara dengan baik dan penuh tanggungjawab. Selalu berhati-hati." Bulan sedikit khawatir.
Tiba-tiba HT di dalam mobil mereka berbunyi. Laporan situasi dari petugas mengatakan bahwa penambahan jumlah petugas pengamanan diperintahkan segera menempati pos masing-masing dikarenakan situasi diperkirakan akan tidak terkendali.
Bagaskara berpandangan dengan teman-temannya..
" Di mana orang tua mu? Aq harus segera bertemu mereka. Sekarang." Bagaskara tidak ingin membuang waktu.